kalau berbicara masalah gelar, entah gelar di depan atau di belakang, belum tentu yang punya gelar adalah seorang ahli di bidangnya...
Berbicara masalah kitab, membaca kitab masih diperlukan untuk menambah wawasan ilmu, hanya orang yang bodoh mengatakan baca kitab yang tidak ada gunanya atau tak diperlukan...
Filsuf junior perlu baca kitab tulisan filsuf senior untuk mengetahui kebijaksanaan sang filsuf tua.
:)
kata yang saya bold sangat menarik.
belum tentu orang yang memiliki gelar ahli di bidangnya....?:
bisa tidak diuraikan....
- belum tentu orang yang beragama islam mengetahui esensi islam sesungguhnya?
- belum tentu orang yang beragama kristen mengetahui esensi kristen sesungguhnya?
dst (kalau bisa sampe 99).
menurut pendapat saya sangat rawan dengan berpedoman :
Filsuf junior perlu baca kitab tulisan filsuf senior untuk mengetahui kebijaksanaan sang filsuf tua.
mengapa?karena apakah filsuf senior sudah benar2 memahami kehendak yang dimaksud dari filsuf tua?atau jangan2 filsuf senior malah nyasar????
ada suatu cerita disebuah desa(kejadian nyata)
ada perkumpulan zikir yang didirikan oleh seorang tua.
pesan dari pak tua "kalian semua kuat kuat lah ibadah"
setelah pak tua wafat.......apa yang terjadi?
sekarang semua orang kalau ber zikir teriak teriak(kuat kuat) akibat filsuf senior(anaknya pak tua) tidak mampu / salah mengartikan pesan pak tua (".....Kuat kuat lah ibadah")
analogi saya...semua mahluk yang disebut manusia itu sama.....so semua harus setara(merujuk ke kata keadilan).
syarat keadilan :
- tidak pandang pangkat.
- tidak pandang jabatan.
- tidak pandang lahir dari golongan apapun.
- dst (teruskan sampe 99).
dengan SEHARUSNYA tidak ada lagi istilah senior dan yunior.
kalau belum tahu(mungkin belum waktunya)entah itu akan memakan waktu ribuan/jutaan kalpa....ndak masalah.....karena setiap makhluk punya fungsi dan tugas masing2 di dunia ini.