Mari kita tengok kutipan dari karya asli Ibn Arabi, supaya tidak terlalu salah persepsi seperti kutipan pemikiran orientalis di awal post...
"Syariah-syariah (dari Allah) seluruhnya adalah cahaya. tapi syariah Muhammad saw di antara berbagai syariah Allah (selainnya) adalah bagaikan cahaya matahari di antara cahaya bintang gemintang.Bila matahari terbit, cahaya bintang tak lagi terlihat. Cahaya mereka terserap ke dalam cahaya matahari.
Hilangnya cahaya bintang-bintang (syariah yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi sebelumnya) adalah semisal di-nasakh-kan (dibatalkan) sebagian hukum (islam), meski mereka masih ada persis seperti masih adanya cahaya bintang-bintang (meski mereka telah terserap ke dalam cahaya matahari).
........kalau saja seluruh nabi masih hidup di zaman (Nabi Muhammad saw), niscaya mereka akan menjadi pengikutnya sebagaimana syariah mereka mengikuti syariahnya.
.........karena dia (Muhammad saw) diunggulkan atas yang lain berkat zatnya yang menyeluruh (dzatihi al ammah). Kemencakupan Kata (jawami al kalimah) yang dianugerahkan Allah kepadanya, tingkatan tertinggi sebagai orang yang memiliki Kedudukan Terpuji (al maqam al mahmud) di hari akhir, dan kenyataan bahwa Allah menjadikan umatnya sebagai umat terbaik yang diciptakan bagi manusia (QS. Ali Imran). Tingkatan umat para rasul adalah sejajar dengan rasul itu sendiri. Ketahuilah itu....! Al Futuhat Al Makkiyyah Jilid III halaman 153. 1220
Sebagaimana yang terungkap dalam puisinya yang termasyur..
"Hatiku mampu menerima berbagai bentuk/ Biara untuk rahib, kuil untuk berhala/ Padang untuk menjangan/ Kabah untuk haji/ Lembaran untuk Taurat, untuk Al Qur'an/ Cinta adalah iman yang ku pegang, (dan) kemanapun unta-untanya berpaling/ tetaplah iman yang benar itu milikku"
Haruslah dipahami sebagai berbicara tentang prinsip-prinsip autentik yang terkandung dalam berbagai agama sebagaimana ia diturunkan dari Tuhan yang menurunkan ajaran Islam.
:)