Okeh kita kembali ke manunggaling lagi dech.... :
Dalam diri manusia terdapat segumpal daging,
Apabila segumpal daging itu rusak,
Maka rusaklah seluruhnya,
Segumpal daging itu bernama qolbu,
Qolbu itu ati dalam bahasa Jawa,
Gusti sering diartikan Bagusing Ati,
Gusti berarti pula Qolbu,
Qolbu yang menjadi cerminan,
Khaliq dengan ciptaan-Nya,
Qolbu adalah terminal,
Ati itu jangka jangkahing jaman,
Atau titik pusat kesadaran kehidupan,
Ruang dan waktu dimana kita hidup,
Kawulo adalah hamba,
Gusti adalah bagusing ati,
Bagusnya qolbu manusia,
Dalam menghamba kepada Allah,
Manusia menghamba itu kawulo,
Dengan hati yang bisa mencerminkan Allah,
Maka manunggallah kawulo dan gusti,
Apabila qolbu itu dekat dengan Allah,
Sampai dekatnya dengan urat nadi leher,
Maka hati hamba menjadi tempat bersemayamnya Allah,
Kalau hati dekat dengan Allah,
Fikiran tenang dan mendengarkan suara hati,
Perkataan difikirkan dulu,
Tindakan diniyatkan dijalan Allah,
Maka benar,
Manunggaling Kawulo Gusti,
Sehingga,
Jumbuh Kawulo lan Gusti,
Dalam ridlo-Nya,
Ketidakbenaran Manunggaling Kawulo Gusti,
Terletak pada kurang tepatnya persepsi dalam memahami,
Akhirnya hal ini bisa menimbulkan kesesatan,
Jadi, Manunggaling Kawulo Gusti tidak salah,
Namun menyesatkan apabila tidak pas dalam memahaminya
Seorang temanku pernah berkata,
Seks itu tidak tabu,
Seksi itu adalah fitrah manusia,
Namun kalau ada anak lima tahun yang bertanya tentang seks,
Akan menimbulkan ambiguitas akibat pemahaman perseptif anak lima tahun,
Maka, orang tua merahasiakan seks pada anak seusia itu,
Pemahaman tentang seks,
Harus diberikan kepada orang yang sudah layak untuk memahaminya,
Begitu pula Manunggaling Kawulo Gusti bukanlah ajaran yang diberikan pada orang kebanyakan,
Yang belum layak,
Alias masih dalam usia 5 tahun dalam spiritual….
Manunggaling Kawulo Gusti,
Bukan berarti engkau jadi Fir’aun,
Karena Fir’aun pun mengaku aku menjadi Tuhan,
Padahal Manunggaling Kawulo Gusti bukanlah mengaku-aku Tuhan,
Justru sebaliknya menghamba kepada Tuhan,
Sehingga semua tindakan mencerminkan sifat dan asma Tuhan.
Engkau hanya bisa mencerminkan sifat dan asma Tuhan,
Justru ketika engkau melakukan sebaliknya,
Dimana qolbu, hati, ati atau manah,
Menjadi cerminan Sifat Tuhan,
Pemahaman Manunggaling Kawulo Gusti bukan berarti tidak bekerja,
Karena bekerja merupakan syarat hidup,
Dengan bekerja kita merasa membutuhkan Tuhan dalam berkarya,
Bukan sebaliknya….
Apabila Manunggaling Kawulo Gusti ini justru mendatangkan kesalahan persepi,
Dan kesesatan akibat kesalahan persepsi,
Mending dilarang saja ajarannya berkembang di masyarakat,
Sebagaimana dilarangnya gambar porno di masyarakat,
Seks-nya itu sendiri tidak dilarang,
Namun penyimpangan yang diakibatkan pemahaman yang tidak pada tempatnya-lah yang menyebabkan kerusakan.
Manunggal bukan berarti hilang atau lenyap
- karena Roh adalah pribadi yang bebas, cerminnya dapat dilihat dari Kemauan dengan pantulan Perasaan.
- Roh itu diciptakan abadi
Manunggal dalam beberapa hal:
1. Manunggal Karsa adalah kemauan / kehendak
2. Manunggal Karya adalah kerja / proses / aktivitas
3. Manunggal Rasa adalah Perasaan
Dalam hal yang lebih sederhana adalah kemanunggalan dapat dicapai jika kita Melaksanakan sesuai dengan panggilan kita.
Tujuan Kemanunggalan adalah
Agar kita mencapai atau menjadi jati diri yang Sejati / yang sebenarnya.
Cara untuk cepat Manunggal dengan Allah
1. Sendiko: selalu meng”Iya”kan dan setia. Tidak diikuti dengan kata “TAPI”
2. Nyuwun dawuh : Mohon perintah
Kedua sikap ini bisa kita capai kalau kita Pasrah / Sumeleh pada Allah.
Sikap yang terbaik menurut cara pandang Kristen, didalam Injil Markus 12 ; “Kasihlah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, jiwa ragamu, akal budimu, kekuatanmu”.
Itulah Sumeleh yang benar.
Rumusan dari Kemanunggalan itu adalah Jawa itu sendiri yaitu yang berkesatuan ukuran dan keserasihan.
Dengan mengerti dan melaksanakan Jawa itu sendiri, maka akan terjadi kemanunggalan.
Yg jadi pertanyaan dimana sesatnya...... :