--------------------------------------
Gue pernah denger cerita dari Tukang jual Nasi Goreng. Untuk masukin anaknya Pendidikan TNI, dia harus ngrogoh koceknya sampai 50 jeti...buseeeet. : Angka yang besar untuk seorang Penjual nasi goreng keliling. Entah itu didapet darimana, pokoknya yang penting anaknya masuk jadi Anggota TNI.
Ada lagi temen sekolah gue sendiri. Untuk mengikuti pendidikan Secapa, dia harus ngrogoh koceknya sampai diatas 100 jeti. ----------------------------------------------
tp belum tentu loh, mereka mengatakan yang sebenarnya..
sah-sah aja mereka bilang, "gw sekolah secapa habis 100jt" atau, "anak saya menjadi bintara TNI habis duit 50 juta"
Beberapa contoh kasus yg memungkinkan mereka bilang seperti itu :
1. Pendidikan Secapa di Bandung atau di Kodikal Surabaya, kesatuan asal/keluarga diluar Jawa. Setelah mendapat Ijin Bermalam ( IB ) / Weekend, dia sering PP naik pesawat. Tentu saja habis biaya banyak, coba klo mau hemat.. ? Bolehlah klo dia banyak duit, atau anak orang kaya...
Yang jadi pertanyaan, apakah siswa secapa seperti dia semua, tentu tidak... Banyak diantara mereka justru prajurit biasa-biasa saja. Rumah masih ngontrak, sepeda motor masih belum lunas, cicilan BRI juga punya. Toh dia sanggup menjalani pendidikan secapa.
2. Nah, klo yg ini contoh kasus yg sering dijumpai, yaitu biar orang lain/kawannya menganggap dia punya banyak duit/ terkesan "wah". Biasanya cerita seperti ini di hembuskan ke rekan2 non TNI/POLRI. Karena klo mereka ceritakan kepada rekan sesama, bukannya dapat acungan jempol tapi malah di cap sebagai orang yg suka "ngabulathuk"
CMIIW