Narkoba
Di Desa Langensari, Lembang, Bandung, Yayasan Sekolah Tinggi Theologi (STT) Doulos menyebarkan Kristen dengan cara merusak moral calon korbannya terlebih dulu. Di sana, para pemuda berusia 15 tahunan dicekoki minuman keras dan obat-obatan terlarang sampai kecanduan berat. Setelah kecanduan, para pemuda itu dimasukkan ke panti rehabilitasi Doulos untuk disembuhkan sambil dicekoki injil (Republika, 10 dan 12/4/1999).
Filantropi
Para misionaris sering menampilkan diri sebagai orang yang penuh belas kasih terhadap sesama manusia. Mereka mendatangi orang-orang miskin sambil menawarkan makanan (beras, mi instan, gula, dan lain-lain.) secara gratis. Mereka juga memberi obat-obatan, pakaian bekas, alat-alat pertanian (bibit, pupuk, obat pembunuh serangga/hama, dan lain-lain.). Setelah orang desa merasakan manfaatnya, barulah para misionaris menyatakan maksud yang sebenarnya, bahwa mereka adalah pelayan dari Yesus Kristus, dan bantuan yang orang desa nikmati itu adalah dari Yesus. Lalu sang misionaris bertanya, mana yang lebih baik, Islam atau Kristen? Singkatnya, masyarakat desa dibaptis.
Menggunakan Idiom-idiom Islam
Para misionaris menggunakan idiom-idiom keislaman dalam tatacara peribadatan serta menerbitkan buku-buku dan brosur berwajah Islam, tetapi isinya memutarbalikkan ayat-ayat al-Quran dan Hadis Nabi, untuk mendangkalkan akidah umat. Ayat-ayat Ilahi dipermainkan untuk melecehkan Islam sembari menjunjung tinggi Kristen. Maksudnya jelas, agar kaum Muslim meragukan ajaran Islam lalu pindah ke Kristen. Cara ini dilakukan, misalnya, dengan meniru kebiasaan umat Islam dalam hal bangunan dan tatacara ritual. Bangunan gereja GPIB Padang memakai lambang-lambang Minang untuk merayu orang Minang agar tertarik kepada Kristen. Di beberapa desa di Yogyakarta, misionaris meniru adat kebiasaan umat Islam, seperti tahlilan, pakai kopiah yang biasa dipakai umat Islam, dan tak lupa mengucapkan salam ‘assalamualaikum’, dan lain-lain. Ada juga shalat 7 waktu dengan pakai peci, sajadah, tilawah Injil dan kasidah versi Kristen yang dilakukan oleh Kristen sekte Ortodoks Syria. Mereka juga sering mengadakan Natalan bersama dengan memakai atribut Islam, seperti yang pernah dilakukan jemaat Doulos di Kampung Sawah.
Penerbitan Buku
Buku yang diterbitkan ada yang berwajah Islam dan ada yang langsung menghujat Islam. Contoh yang berwajah Islam adalah Ayat-ayat al-Qur’an karya Drs. A. Poernarna Winangun, sementara Islamic Invasion: Confronting the World’s Fastest Growing Religion oleh Robert Morey adalah contoh yang menghujat. Masih banyak lagi buku-buku sejenis.
Ada dua target yang ingin dicapai dengan menerbitkan buku-buku berwajah Islam. Pertama, target ke dalam, yaitu memantapkan ajaran Kristen, seolah-olah ajaran Kristenlah yang benar. Kedua, target ke luar, yakni mengelabui umat Islam yang masih dangkal pemahaman agamanya, agar mau membaca lalu meyakini doktrin Kristen.
Buku-buku itu diterbitkan oleh Yayasan Jalan Al-Rachmat, Yayasan Christian Center Nehemia Jakarta, Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiah (YPPA), Dakwah Ukhuwah, dan Iman Taat kepada Shiraathal Mustaqiim. Sebaliknya, buku yang menghujat biasanya terjemahan tanpa identitas penerbit asli.
Mistik
Para misionaris kini kerap menggunakan jurus-jurus alam gaib untuk memurtadkan orang Islam. Majalah Sabili (Edisi 12/Desember/2003) dan Gatra (Edisi 51, 31/Oktober/2003), menurunkan laporan mengenai maraknya aksi pemurtadan lewat jin, sihir, dan hipnotis di Sumatra Barat. Banyak Muslimah di sana yang dibuat kesurupan lantas diajak masuk Kristen.
Demikianlah sepak terjang kristenisasi di Dunia Islam, yang harus selalu diwaspadai oleh kaum Muslim.