Kapal Perang Siluman Rancangan Basuki Widodo
Tinggal Masuk Produksi, Dephan Berpaling ke Negara Lain
DUA tahun silam, Ketua Jurusan Matematika ITS Prof Basuki Widodo tidak menyangka bakal mendapatkan sebuah tantangan besar. Dia dan sejumlah dosen ITS mendapatkan kepercayaan dari Departemen Pertahanan (Dephan) untuk membuat korvet (kapal perang) nasional. Proyek itu bukan sekadar kapal perang biasa. Melainkan, kapal perang yang tidak terbaca oleh radar alias siluman (stealth).
Dalam proyek tersebut, Basuki mempunyai tugas sentral. Yakni, merancang sebuah alat atau peranti agar korvet itu benar-benar bisa tidak terbaca oleh radar. Dia lantas menyanggupi. Doktor matematika lulusan University of Leeds, Inggris, itu pun tancap gas untuk memulai proyek prestisius tersebut.
Kerja Basuki dimulai dengan menciptakan peranti lunak stealth profiler. Dengan alat itu, rancang bangun kapal bisa dihitung secara cermat sehingga memungkinkan korvet besar tersebut tidak terbaca oleh radar musuh. "Kami susun hitungan khusus agar bodi kapal tidak sampai tegak lurus," terang pria 42 tahun itu.
Tentu keahlian di bidang ilmu matematika itulah yang membantu Basuki. Dia pun berhasil memformulasikan sebuah rumus permodelan matematika dalam satu software. Melalui software tersebut, berapa radar cross section (RCS) konstruksi kapal bisa dihitung. Itu merupakan hitungan khusus untuk mengukur seberapa besar sinyal suatu objek ditangkap oleh radar. "Software tersebut saya bikin setelah mengajar. Saya mengutak-atik begitu saja tanpa kenal lelah," katanya.
Namun, awalnya, pembuatan sebuah peranti tersebut tidak semudah membalik telapak tangan dan harus melalui ketelatenan luar biasa. Bahkan, saat mengajak koleganya yang sesama dosen ITS untuk mewujudkan karya itu, banyak yang mengatakan bahwa membikin alat penghitung kesilumanan suatu objek adalah mustahil.
"Saya hanya menahan diri. Tetapi, saya yakin bisa. Sebab, semua dasarnya ada di matematika," ujarnya. Keyakinan pasti bisa menuntut dia untuk berburu banyak pengetahuan tentang "ilmu siluman". Bahkan, dia mendapatkan banyak kiriman buku tentang pengenalan stealth dari koleganya di Amerika.
"Teman saya itu tengah menempuh doktor ilmu fisika. Dia mendukung penuh rencana saya menjadikan korvet besar sebagai siluman," tambahnya.
Untuk meneliti stealth profiler itu, dibutuhkan dana lumayan besar. Sebagai modal awal, Basuki mendapatkan kucuran dana Rp 60 juta dari kampus ITS saat posisi rektor masih dijabat oleh Muhammad Nuh. Berkat ketelatenan, formula untuk menjadikan siluman suatu benda benar-benar bisa dibuat.
Bahkan, bukan untuk mendeteksi korvet saja. Basuki menuturkan, pesawat F-117 milik Amerika pun bisa dihitung dengan nilai RCS. Termasuk, asal bahan pesawat itu. "Saat saya hitung, RCS pesawat F-117 itu 0,1. Dengan nilai segitu, orang pasti mengira bukan pesawat, melainkan burung," ungkapnya.
Setelah penemuan tersebut, pria kelahiran Blitar itu makin bersemangat. "Sebab, yang saya tahu, alat penghitung semacam itu hanya dimiliki oleh Amerika, Inggris, dan Swedia," lanjut doktor matematika yang lulus dengan predikat without correction tersebut.
Dengan stealth profiler itu, rancang bangun korvet tinggal menyesuaikan saja. "Kurang miring atau kurang bagaimana," tutur bapak tiga anak tersebut.
Di benaknya, Basuki juga sudah membayangkan apabila peranti itu dihubungkan dengan radar pertahanan. Maka, fungsi alat tersebut benar-benar luar biasa. Misalnya, setiap ada pesawat musuh melintas di langit Indonesia, mereka akan terdeteksi dengan mudah. "Laporan tentang pesawat yang melintas saja bisa terekam secara keseluruhan," sambungnya.
Basuki makin bersemangat merealisasikan korvet nasional itu. Sebab, tim lain yang menyiapkan teknologi korvet juga sudah siap. Dengan demikian, proyek korvet siluman tersebut tinggal selangkah lagi. "Sebetulnya, tinggal masuk ruang produksi," jelasnya.
Namun, setelah ditunggu-tunggu, proyek korvet nasional hingga kini belum menemui kejelasan. Dephan yang meminta dibuatkan proyek korvet tersebut tak juga memberikan kabar. "Kelanjutannya bagaimana, saya juga belum mengetahui. Saya tunggu dua tahun, ternyata juga belum ada kabar," tambahnya
Belakangan, dia tahu ternyata Dephan berpaling pandangan dan membeli korvet buatan Belanda. Padahal, persiapan membikin korvet itu boleh dibilang sudah 90 persen. "Kalau kita percaya diri, semuanya bisa dilakukan. Teknologi kita tidak kalah dengan negara lain," ucapnya bersemangat.
Meski berhenti di tengah jalan, Basuki tidak lantas berdiam diri. Dia kini mulai berpikir membikin siluman kendaraan taktis (rantis) hingga tank. "Mungkin bisa digunakan oleh AD (Angkatan Darat, Red)," imbuhnya. Namun, hingga kini pihaknya juga belum mendapatkan tawaran untuk proyek itu.
Basuki menambahkan, sebenarnya software tersebut bisa saja dimiliki oleh Dephan. Paling tidak, kalau ada broker senjata menawarkan sebuah pesawat siluman, Dephan bisa menggunakan software itu untuk mengecek lebih dulu. "Teliti sebelum membeli, berapa RCS-nya. Dengan begitu, yang terbeli benar-benar siluman," bebernya.
Meski hingga kini belum jelas kelanjutannya, karya besar itulah yang mengantarkan Basuki menjadi guru besar termuda di ITS pada 16 Februari 2008. Dalam pidato pengukuhan tersebut, dia menyampaikan banyak materi seputar "ilmu siluman" itu. (git)
jawapos maneh.