Injil sendiri menyatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang bebas dari dosa (ma’shum).
Di dalam Lukas 1, 66, 80, Markus 6 dan 1, dinyatakan bahwa “Yohannes adalah manusia ma’shum, penuh dengan Roh kudus mulai dari rahim ibunya. Ia adalah orang suci dan takwa kepada Allah.”
Habil, anak nabi Adam juga merupakan manusia yang ma’shum, takwa dan terpercaya. .
Daniel juga orang yang penuh dengan Roh para dewa yang kudus . Masih banyak keterangan lain yang termuat di dalam Injil dan Taurat yang menyebutkan orang-orang yang ma’shum dan suci.
Walhasil, doktrin penebusan dosa oleh Yesus justru bertentangan dengan Injil sendiri. Sebab, ada orang selain Yesus yang terlahir dalam keadaan ma’shum. Jika Yesus dilahirkan untuk menebus dosa seluruh manusia –karena manusia itu (menurut pandangan Kristiany) telah memikul dosa--, tentunya seluruh manusia selain Yesus bukanlah orang ma’shum. Namun, Injil sendiri malah menyebut orang-orang yang ma’shum. Walhasil, doktrin penebusan dosa malah bertentangan dengan ajaran Injil sendiri , iyakan om justin...?
Kedua, doktrin penebusan dosa menyakini bahwa Yesus lahir untuk menebus dosa dan memikul dosa seluruh umat manusia. Al-Masih mati disalib untuk menyelamatkan orang yang percaya kepada penyalibannya. Akan tetapi, Injil sendiri malah membantah pandangan ini.
“Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah anak dihukum karena ayahnya; setiap orang harus dihukum karena dosanya sendiri.”
Ketiga, Umat Masehi yakin bahwa, dosa yang dilakukan Adam pindah kepada anak keturunannya. Dosa itu diwariskan kepada anak-cucunya melaui nutfah ayah. Oleh karena itulah, al-masih dilahirkan tanpa ayah, agar tetap terpelihara dari bekas-bekas dosa warisan tersebut.
Keyakinan semacam ini justru bertentangan dengan Injil sendiri. Kitab suci telah menyatakan bahwa Adam dan Hawa telah makan buah dari pohon larangan itu. Dengan demikian, keduanya sama-sama bergelimang dosa. Bahkan, dosa Hawa jauh lebih besar. Sebab, dialah yang memulai dan membujuk Adam
“Lagi pula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.”
Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama sudah mengatakan bahwa, perempuan itulah yang menyebabkan dosa pertama. Filsafat masehi juga berpendapat bahwa perempuanlah yang menyebabkan terjadinya dosa awal dan seluruh umat manusia memikul beban dosa itu melalui nutfah laki-laki akibat dosa pertamanya. Lantas, kita bisa mengajukan pertanyaa, ‘Tapi mengapa Isa-Masih harus dikecualikan dari dosa warisan itu, padahal dia dilahirkan oleh perempuan yang menyebabkan terjadinya dosa pertama.. :