Apakah Yesus Anak Domba Tuhan?
Yohanes adalah satu-satunya Injil yang menggambarkan Yesus sebagai "Anak Domba Tuhan" (lamb of God) tapi Yesus tidak pernah mengaplikasikan gelar ini untuk dirinya sendiri. Augustine mengembangkan gelar ini untuk Gereja Katholik Roma; ia juga mengembangkan "dosa original". Para rasul tidak pernah mengklaim Yesus sebagai inkarnasi Tuhan, anak domba Tuhan. Ada satu sekte Yahudi yang disebut Ebionites yang menerima Yesus sebagai Mesias, tapi mereka tidak pernah mengatakan ia adalah anak Tuhan.
Yesus menolak korban (Matius 9, 12, Hosea 6) dan mengajarkan Hukum Musa (Matius 5-20) yangmana kontradiksi dengan penebusan dosa (Ulangan 24, Mazmur 49, Micah 6-8).
Yohanes Pembaptis dipaksa untuk menyebut "Anak Domba Tuhan" (Lamb of God) (Yohanes 1), tapi Yohanes adalah seorang Essene yang keras, ia tidak akan pernah menggunakan gelar pagan ini! Yesus disebut "Anak Domba Tuhan" (lamb of God) karena ia mengambil alih dosa umat manusia, tapi gelar ini adalah palsu karena Yesus tidak disalib (Mazmur 20) jadi ia bukanlah Anak Domba Tuhan.
Nabi Muhammad telah memperingatkan kita:
Saya mendengar Nabi bersabda, "Jangan melebih-lebihkan dalam memujiku sebagaimana umat Kristen memuji Anak Maryam, Karena Saya hanya seorang hamba, jadi, panggil saya hamba Allah dan RasulNya." (Diriwayatkan dari 'Umar, Sahih Bukhari)
Pada dasarnya, Nabi suci ini menolak segala bentuk ekstrimisme. Kitab suci Al-Qur'an adalah jelas dan simple, Tuhan adalah satu-satunya yang disembah dan Nabi adalah seorang utusan dan hamba.
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridoanNya. (QS Al Fath 48)
Semua manusia adalah hamba Tuhan (1 Petrus 2), jadi menyembah Yesus adalah suatu bentuk hujatan. Injil-injil mencatat perkataan Yesus:
"Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia". (Matius 15-10 TB)
"Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." (Lukas 6-49 TB)
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7-23 TB)
Asal mula dari "Anak Domba Tuhan" adalah kitab Revelation (Kitab Wahyu), yang benar-benar tidak dapat dipercaya.
"Four times the author identifies himself as John (1,4,9; 22).....In the third century, however, an African bishop named Dionysius compared the language, style and thought of the Apocalypse (Revelation) with that of the other writings of John and decided that the book could not been written by the apostle of John. He suggested that the author was a certain John the Presbyter, whose name appears elsewhere in ancient writings. Although many today follow Dionysius in his view of authorship, the external evidence seems overwhelmingly supportive of the traditional view.(From the NIV Bible Commentary, page 1922)"
"Empat kali si pengarang mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai Yohanes (1,4,9; 22).....Pada abad ketiga, bagaimanapun, seorang uskup orang Afrika bernama Dionysius membandingkan bahasa, gaya dan ajaran dari Apocalypse (Revelation/Wahyu) dengan dari tulisan-tulisan lain Yohanes dan memutuskan bahwa Kitab ini tidak ditulis oleh rasul Yohanes Ia menunjukkan bahwa si pengarang adalah seorang yang pastinya Yohanes Prebyster,yang namanya muncul di tempat-tempat lain di tulisan-tulisan kuno. Meskipun banyak orang sekarang mengikuti Dionysius dalam pandangan kepengarangan, bukti eksternal tampaknya banyak sekali mendukung pandangan tradisional. (terjemahan the NIV Bible Commentary, hal. 1922)
“…In determining the canon, both Tradition and Magisterium come into play, as is logical, since the books of the Bible cannot canonize themselves. For diverse reasons, some of the books of the New Testament were doubted in the first centuries of the Church…These included the Letter to the Hebrews, the Letter of James, the Book of Revelation, the Letters of 2 Peter, 2 and 3 John, and Jude. In some cases, as in the Letter to the Hebrews and 2 and 3 John, there were questions of authenticity – some doubted that they were truly written by Saints Paul and John the apostle.
“…Dalam menentukan canon, baik Tradisi dan Magisterium menjadi permainan, karena adalah logis, karena kitab-kitab dari Bible tidak dapat mengkanonisasikan diri mereka sendiri. Untuk beberapa alasan berbeda, beberapa kitab-kitab Perjanjian Baru diragukan pada abad-abad pertama Gereja...Ini mencakup Surat Ibrani, Surat Yakobus, Kitab Revelation, Surat 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes, dan Yudas. Pada beberapa kasus, karena pada Surat Ibrani dan 2 dan 3 Yohanes, ada pertanyaan-pertanyaan keautentikan – beberapa diragukan bahwa mereka benar-benar ditulis oleh Santo Paulus dan Rasul Yohanes. (terjemahan )
Yet, as a matter of fact, every book in the New Testament with the exception of the four great Epistles of St. Paul is at present more or less the subject of controversy, and interpolation are asserted even in these (Encyclopedia Britannica, 12th edition, vol. 3, Chicago: E.B. Inc., 1922. p. 643)
Tapi, karena satu perkara dari fakta, setiap kitab dalam Perjanjian Baru dengan pengecualian empat Surat agung dari St Paulus adalah sekarang lebih atau kurang menjadi subyek kontroversi, dan interpolasi yang dinyatakan sama tinggi ini (terjemahan Encyclopedia Britannica, 12th edition, vol. 3, Chicago: E.B. Inc., 1922. p. 643) )
Pengarang Kersey Graves menyatakan dalam The World’s Sixteen Crucified Saviors bahwa "Anak Domba Tuhan" (Lamb of God) adalah sangat umum:
Was Jesus Christ the "Lamb of God?" (John i. 9.) So was Chrishna styled "the Holy Lamb." The Mexicans, preferring a full- grown sheep, had their "Ram of God." The Celts had their "Heifer of God," and the Egyptians their Bull of God." All these terms are ludicrous emblems of Deity, representing him as a quadruped, as the title "Lamb of God" does Jesus Christ, a term no less ludicrous than the titles of the pagan Gods as cited above.
Apakah Yesus Kristus "Anak Domba Tuhan?" (Yohanes i.9) Begitu juga Krishna "Anak Domba Kudus." Orang-orang Meksiko, lebih menyukai domba yang sudah tumbuh dewasa, mempunyai "Domba Jantan Tuhan" mereka. Orang-orang Celt mempunyai "Sapi Muda Tuhan," dan orang-orang Mesir "Sapi Jantan Tuhan." Semua istilah ini adalah simbol ketuhanan yang patut ditertawakan, merepresentasikannya sebagai seekor binatang berkaki empat, karena gelar "Anak Domba Tuhan" Yesus Kristus, satu istilah tidak kurang patut ditertawakan daripada gelar dewa-dewa pagan sebagaimana telah dinyatakan diatas. (terjemahan )
Gereja meminjam gelar pagan ini dan memberikannya untuk Yesus:
It needs to be better known that the true sign of Christianity for the earliest centuries of Church history was not a crucifix---a cross bearing the figure of Jesus---but either a bare cross or one with a lamb fastened to it. In the entire iconography of the catacombs, no figure of a man on a cross appears for the first six or seven centuries of the era. It will come as a surprise to many that the first known figure of a god on a cross is a likeness of the sun god Orpheus from some three centuries B.C.E. The crucifix on the amulet on the cover of The Jesus Mysteries, by Freke and Gandy, clearly depicts this image. Not until 692, in the reign of Emperor Justinian, was it decreed by the Church (through the Trullan Council) that the figure of the historical Jesus on the cross should supersede that of “the lamb, as in former times”. (Tom Harper, The Pagan Christ, pp. 45-46)
Perlu untuk diketahui lebih baik bahwa tanda agama Kristen yang benar untuk abad-abad terawal dari sejarah Gereja adalah bukan sebuah salib---sebuah salib yang dipikul figur Yesus--tetapi sebuah salib sederhana atau orang dengan seekor anak domba yang diikat untuknya. Pada keseluruhan ikonografi (ilmu arca) dari kuburan bawah tanah, tidak ada figur dari seorang pria pada sebuah salib muncul selama era enam atau tujuh abad pertama. Salib selanjutnya muncul sebagai satu kejutan untuk banyak orang bahwa figur dari seorang dewa pada sebuah salib adalah satu persamaan dari dewa matahari Orpheus dari sekitar tiga abad sebelum masehi. The crucifix on the amulet on the cover of The Jesus Mysteries, oleh Freke dan Gandy, secara jelas menggambarkan imej ini. Tidak sampai 692, pada pemerintahan Kaisar Justinian, diputuskan oleh Gereja (melalui Konsil Trullan) bahwa figur dari kehistorisan Yesus pada salib menggantikan "Anak Domba, sebagaimana pada masa-masa awal". (Terjemahan Tom Harper, The Pagan Christ, pp. 45-46)
Sarjana Muslim Lawrence Brown berkata:
“…Many may choose to reserve judgment based on nothing more than the simple fact that, once again, the Christian world itself does not agree on the meaning or significance of this concept of ‘lambness’. Others question the Bible translation and canonization while still others encounter difficulty coupling Old and New Testament ‘lamb of God’ references to form a reasonable chain of logic. And there should be no surprise – even John the Baptist, from whose mouth the term supposedly took origin, seemed to have trouble with the term. The Christian claim is that John the Baptist knew who Jesus was, and positively identified him as the ‘lamb of God’ in John 1. But if John the Baptist knew Jesus so well as to identify him with certainty in John 1, why, then did he question Jesus years later, “Are You the Coming One, or do we look for another?” (Matthew 11). Amongst those who have difficulty rectifying Old and New Testament references are the Catholic clergy themselves. (The First and Final Commandment, p. 224)
"Banyak orang mungkin memilih untuk memelihara pendapat berdasarkan pada kenihilan daripada fakta sederhana itu, sekali lagi, dunia Kristen sendiri tidak sependapat dalam arti atau makna dari konsep "Anak Domba" ini. Pertanyaan lain terjemahan Bible dan kanonisasi yang masih sulit memadukan referensi "Anak Domba" Perjanjian Lama dan Baru kedalam bentuk satu alur logis yang masuk akal. Dan tidak terkejut- meskipun Yohanes Pembaptis, dari sang pemilik mulut istilah tsb dianggap berasal, tampaknya memiliki permasalahan dengan istilah tsb. Klaim orang Kristen adalah bahwa Yohanes Pembaptis mengetahui siapa Yesus itu, dan tegas mengidentifikasikannya sebagai "Anak Domba Tuhan" dalam Yohanes 1. Tapi jika Yohanes Pembaptis mengetahui Yesus sebaik identifikasi dalam Yohanes 1, mengapa, kemudian ia bertanya kepada Yesus bertahun-tahun kemudian, "Apakah Kamu Orang Yang Datang itu, atau kita perlu mencari yang lain?"(Matius 11). Diantara kesulitan memperbaiki referensi-referensi Perjanjian Lama dan Baru adalah golongan pendeta Katholik mereka sendiri. (terjemahan The First and Final Commandment, p. 224)
Menurut the Theological Dictionary of the New Testament:
“amnos. Attested from classifcal times and used in the LXX, this word occurs four times in the NT, always with reference to Jesus as the innocent lamb who suffers vicariously for others (Jn. 1, 36; Acts 8; 1 Pet. 1). Since Judaism does not call the Redeemer a lamb, two derivations have been sought: first, in the that the servant of the Lord in Is. 53 (cf. Acts 3; 4) is compared to a lamb (cf. Acts 8), and second, in that Jesus was crucified at the Passover and thus came to be seen as the paschal lamb (1 Cor. 5). The Aramaic might also offer a basis with its use of the same word for both “lamb” and “boy or servant”. Thus the Baptist in Jn. 1, 36 might have been describing Jesus as the servant of God who takes away the sin of the world in vicarious self-offering. (Kittel, Gerhard and Gerhard Friedrich, p. 54)
"amnos. terbukti kebenarannya dari masa klasik dan penggunaann dalam LXX (Septuaginta), kata ini muncul empat kali dalam Perjanjian Baru, selalu dengan referensi untuk Yesus sebagai Anak Domba tak berdosa yang menderita menanggung untuk orang lain. (Yohanes 1, 36; Kisah 8; 1 Petrus 1). Karena Yudaisme tidak menyebut penebus seekor anak domba, dua derivasi telah dicari: Pertama, pada hamba Tuhan dalam Yesaya 53 (bandingkan. Kisah 3; 4) adalah perbandingan untuk seekor anak domba (bandingkan. Kisah 8), dan kedua, ketika Yesus disalib pada Paskah sehingga datang untuk dilihat sebagai anak domba paskah (1 Korintus 5). Bahasa Aramaik mungkin juga menawarkan satu landasan dengan penggunaan kata yang sama untuk "anak domba" dan "anak lelaki atau hamba". Jadi Sang Pembaptis dalam Yohanes 1,36 mungkin menggambarkan Yesus sebagai hamba Tuhan yang mengambil alih dosa dunia yang dilimpahkannya. (terjemahan Kittel, Gerhard and Gerhard Friedrich, p. 54)
Sarjana Lawrence Brown berkomentar:
“Finally, there is the now-familiar pattern of Jesus bearing the label of ‘amnos’ in the gospel of John and in none of the other gospels, which once again implies some degree of unimportance, or at the very least, lack of substantiation. Perhaps the terminology was judged by three out of four gospel writers not to be sufficient significance to warrant mention. Perhaps it was never said in the first place, or perhaps it was not stated with the meaning into which the Greek has been translated. Assuming the phrase was stated in the first place, had the original meaning been ‘servant of God’ instead of ‘lamb of God’, the other three gospel authors are to be applauded for having refused to corrupt the message into an abstract recipe of ‘lambness’. Alternatively, if the Bible is to be trusted as the word of God, a person is forced to conclude that God did not see fit to reveal or inspire this knowledge to three of the four gospel authors. (ibid, 225)
"Terakhir, pola familiar sekarang dari Yesus menanggung label 'amnos' di injil Yohanes dan tidak ada di injil-injil lainnya, yangmana sekali lagi mengimplikasi beberapa tingkat ketidakpentingan, atau sekurang-kurangnya, kurang substansi. Mungkin istilah yang dianggap oleh selain para penulis tiga dari empat injil tidak cukup signifikansi untuk menjamin yang disinggung. Mungkin tidak pernah dikatakan di tempat pertama, atau mungkin tidak pernah disebutkan dengan arti kedalam terjemahan bahasa Yunani. Mengasumsikan frase dinyatakan di tempat pertama, memiliki arti asli 'hamba Tuhan' alih-alih 'anak domba Tuhan', para pengarang tiga injil yang lain sependapat untuk menolak pesan korup kedalam resep abstrak 'anak domba'. Secara alternatif, jika Bible benar sebagai perkataan Tuhan, seseorang dipaksa untuk menyimpulkan bahwa Tuhan tidak melihat kelayakan untuk mengumumkan atau menginspirasikan pengetahuan ini kepada para pengarang tiga dari empat injil. (ibid, 225)
Bani Israel menggunakan korban seekor anak domba pada hari penebusan dosa, tapi Yesus bukan seekor anak domba. Yesus tidak pernah disalib! Perjanjian Lama mengajarkan bahwa korban manusia adalah keliru.
maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Akupun mau berlaku begitu. Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi TUHAN, apa yang dibenci-Nya, itulah yang dilakukan mereka bagi allah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi allah mereka. (Ulangan 12-31 TB)
Korban manusia adalah sebuah ritual pagan yang berasal dari ribuan tahun silam. Yesus bukan seorang 'korban manusia' karena bukan praktek Yahudi, tetapi pagan. Orang-orang Yahudi percaya mereka telah menyalib Yesus untuk membuktikan ia adalah palsu (Ulanga 13, 21), tapi Tuhan menyelamatkan Yesus dari salib (Mazmur 20)
Blood sacrifice is the oldest and most universal act of piety. The offering of animals, including the human animal, dates back at least twenty thousand years, and, depending on how you read the scanty archaeological evidence, arguably back to the earliest appearance of humanity. Many religions recount the creation of man through the bloody sacrifice of a God-man--a divinity who is torn apart to sow the seeds of humanity. (Patrick Tierney, The Highest Altar: The Story of Human Sacrifice, Acharya’s Suns of God)
Korban darah adalah terkuno dan perbuatan saleh yang sangat universal. Persembahan dari hewan-hewan, mencakup hewan manusia, berasal dari sekurang-kurangnya dua ribu tahun silam, dan, tergantung pada bagaimana kamu membaca kekurangan bukti arkeologi, dapat didebat kembali ke kemunculan manusia terawal. Banyak agama bercerita panjang lebar mengenai penciptaan manusia melalui korban berdarah dari seorang manusia-Tuhan--ketuhanan yang disobek sebagian untuk menanam benih-benih umat manusia. (Patrick Tierney, The Highest Altar: The Story of Human Sacrifice, Acharya’s Suns of God)
"The worship of suffering gods was to be found on all sides, and the belief in the torture of the victims in the rites of human sacrifice for the redemption from sin was very general. The gods Osiris, Attis, Adonis, Dionysos, Herakles, Prometheus, and others, had all suffered for mankind; and thus the Servant of Yahweh was also conceived as having to be wounded for' men's transgressions. But as I say, this conception had passed into the background in the days of Jesus" (The Paganism in Our Christiantiy, Arthur Weigall, 1928, p106)
"Penyembahan dari dewa-dewa yang menderita ditemukan pada semua sisi, dan kepercayaan pada penyiksaan para korban di ritual korban manusia untuk penebusan dosa adalah sangat umum. Dewa-dewa Osiris, Attis, Adonis, Dionysos, Herakles, Prometheus, dan yang lain, semuanya telah menderita untuk umat manusia; sehingga hamba Yahweh adalah juga dipahami sebagai telah dilukai untuk dosa manusia. Tapi karena Saya katakan, konsep ini telah melewati kedalam background masa hidup Yesus" (The Paganism in Our Christiantiy, Arthur Weigall, 1928, p106)
Jesus was teaching his disciples in the outer court of the Temple and one of them said unto him: Master, it is said by the priests that without shedding of blood there is no remission. Can then the blood offering of the law take away sin? And Jesus answered: No blood offering, of beast or bird, or man, can take away sin, for how can the conscience be purged from sin by the shedding of innocent blood? Nay, it will increase the condemnation. (Gospel of the Nazorenes, online Source)
Yesus sedang mengajar murid-muridnya di luar pelataran kuil dan seorang diantara mereka berkata kepadanya: Guru, dikatakan oleh para pendeta bahwa tanpa menumpahkan darah maka tidak ada pengampunan. Lalu dapatkan pengorbanan darah dari Hukum mengambil alih dosa? Dan Yesus menjawab: Tidak ada persembahan darah, dari binatang atau burung, atau manusia, dapat mengambil alih dosa, karena bagaimana dapat suara hati disucikan dari dosa melalui penumpahan dari darah tak berdosa? Tidak, hal itu akan meningkatkan penjatuhan hukuman. (Gospel of the Nazorenes, online Source)
Tuhan menolak korban manusia
Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri. (Ulangan 24 TB)
Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. (Yehezkiel 18 TB)
"Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. (Yesaya 1 TB)
Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?" "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Micah 6-8 TB)
Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. (Mazmur 40 TB)
Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban. (Amsal 21 TB)
Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9 TB)
Tuhan dapat dengan mudah mengampuni dosa-dosa, kita tidak membutuhkan korban manusia:
"Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu. (Yesaya 43 TB)
TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (Mazmur 103 TB)
Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, (keluaran 34)
Sangat jelas sekali bahwa agama Kristen kontradiksi dengan Bible, dan Bible menolak agama Kristen.
Jesus said that he had come to uphold the law and not to destroy it one jot or one tithe. Jesus was educated in the synagogue in Jerusalem from the age of twelve. He preached in the synagogue. He used to keep the synagogue clean. No Christian today can be found performing these actions. How many Christians have been even been circumcised in the manner that Jesus was? The services now held in today’s churches were developed long after Jesus had disappeared. Many of them come directly from the pagan Graeco-Roman mythological rites. The prayers they use are not the prayers which Jesus made. The hymns they sing are not the praises which Jesus sung. Due to the innovations of Paul and his followers, there is no revealed teaching left as to what to eat and what not to eat. Anyone given a “Christian education” today eats what he feels like. Yet Jesus and his true followers only ate kosher meat and were forbidden to eat pig’s flesh”. (Jesus, Prophet of Islam, 1992 edition, p. 199-200)
Yesus berkata bahwa ia telah datang untuk meneguhkan Hukum (Taurat) dan bukan untuk menghancurkan nya satu sedikit atau satu zakat persepuluh. Yesus sedang mengajar di kuil di Yerusalem dari umur dua puluh. Ia berdakwah di kuil. Ia membersihkan kuil dengan bersih. Tidak ada umat Kristen saat ini dapat ditemukan melakukan perbuatan ini. Berapa banyak umat Kristen telah dikhitan dalam tradisi Yesus? pelayanan yang diadakan oleh gereja-gereja sekarang adalah dikembangkan jauh pasca menghilangnya Yesus. Banyak dari mereka bersumber langsung dari ritual mitologi pagan Yunani-Romawi. Doa-doa yang mereka gunakan adalah bukan doa-doa yang dibuat Yesus. Hymne yang mereka nyanyikan adalah bukan puji-pujian yang dinyanyikan oleh Yesus. Karena inovasi Paulus dan para pengikutnya, tidak ada pengumuman ajaran yang diwariskan mengenai apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Setiap orang yang dianggap seorang "Kristiani berpendidikan" sekarang memakan apa yang ia rasa suka. Tapi Yesus dan para pengikut asli hanya memakan daging kosher (hallal) dan menghindari makan daging babi." (Jesus, Prophet of Islam, 1992 edition, p. 199-200)
“…Christianity was not built on the Bible. Christianity began long before the Bible was written and developed independently of the Bible. Some of Christianity’s central doctrines are contrary to the Bible;
herein lies the problem. (Shabir Ally,
"Agama Kristen tidak dibangun berdasarkan Alkitab. AGama Kristen mulai jauh sebelum Alkitab ditulis dan dikembangkan secara bebas dari Alkitab. Beberapa doktrin utama agama Kristen adalah berlawanan dengan Alkitab; didalam inilah problem kedustaan-kedustaan tsb. (Shabir Ally,
Jika Yesus mati untuk "dosa-dosa dunia" sebagai anak domba, mengapa para rasul melanjutkan korban anak-anak domba?
“…Also, note that some scholars such as Thomas McElwain consider the belief that Jesus has already paid the whole price for sin as a later belief, one unknown to any of the disciples of the first century. They argue that "the followers of Jesus Christ went on participating in the sacrificial system of the temple in Jerusalem until its destruction in AD 70" and "the apostolic church, for more than a generation after the ascension of Jesus, still offered the Old Testament sacrifices."
“…Juga, catat bahwa beberapa sarjana seperti Thomas McElwain menganggap kepercayaan bahwa Yesus telah membayar harga semua untuk dosa sebagai satu kepercayaan kemudian, orang tidak tahu untuk setiap murid-murid dari abad pertama. Mereka membantah bahwa "para pengikut dari Yesus Kristen pergi berpartisipasi dalam sistem pengorbanan dari kuil di Yerusalem hingga kehancuran kuil di 70 M" dan gereja apostolic, selama lebih dari satu generasi pasca kenaikan Yesus, masih menawarkan korban-korban Perjanjian Lama."
Umat Kristen generasi awal menolak Yesus disalib, itulah mengapa mereka melanjutkan untuk mengorbankan anak-anak domba!
Yesus diriwayatkan pernah berkata:
No blood offering, of beast or bird, or man, can take away sin, for how can the conscience be purged from sin by the shedding of innocent blood? Nay, it will increase the condemnation. (Gospel of the Nazarenes, online Source)
Tidak ada persembahan darah, dari binatang atau burung, atau manusia, dapat mengambil alih dosa, karena bagaimana dapat suara hati disucikan dari dosa melalui penumpahan dari darah tak berdosa? Tidak, hal itu akan meningkatkan penjatuhan hukuman. (Gospel of the Nazarenes, online Source)
Ada banyak riwayat penyaliban Yesus:
“The Christians have dozens of different versions, rather than one universally agreed view, regarding the crucifixion of the Messiah. This in itself is an eloquent testimony that the Christians were doubtful about the actual event. Some of them held the view that the one who was crucified was someone other than Jesus and that Jesus himself in fact remained standing somewhere nearby, laughing at their folly… Had the truth been fully known and well-established so many divergent views could not have gained currency”. (Towards Understanding the Quran, Vol 2, Sayyid Abul Ala Mawdudi, p. 108)
"Umat Kristen memiliki lusinan versi yang berbeda, daripada satu kesepakatan pandangan universal, dalam memandang penyaliban dari Almasih. Ini adalah sebuah kesaksian mengharukan bahwa umat Kristen meragukan mengenai peristiwa yang sebenarnya. Beberapa dari mereka berpegang pada pandangan bahwa orang yang disalib adalah orang lain bukan Yesus dan bahwa Yesus sendiri pada faktanya tertinggal berdiri disuatu tempat yang dekat, sedang menertawakan ketololan mereka... Telahkan kebenaran secara utuh diketahui dan tak dapat dipungkiri begitu banyak pandangan menyimpang could not have gained currency (Towards Understanding the Quran, Vol 2, Sayyid Abul Ala Mawdudi, p. 108)
Kita harus percaya bahwa Tuhan menyelamatkan Yesus dari penyaliban:
Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya. (Mazmur 20 TB)
"Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat terhadap nabi-nabi-Ku!" (1 Tawarikh 16 TB)
tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku. (Mazmur 18 TB)
TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya! (Mazmur 28 TB)
Lihatlah perisai kami, ya Allah, pandanglah wajah orang yang Kauurapi! (Mazmur 84 TB)
Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. (Ibrani 5 TB)
Bahasa Yunani kata 'Kristus' artinya 'yang diurapi'. Yesus diurapi, jadi untuk itu ia diselamatkan dari penyaliban.
Artikel ini merupakan terjemahan dari "Is Jesus the Lamb of God?" oleh Abdullah Raheem.
catatan:
- Terjemahan Alkitab kedalam bahasa Indonesia menggunakan Alkitab edisi TB.
- LXX adalah 70 atau Septuaginta (Perjanjian Lama bahasa Yunani). Dikatakan LXX atau 70, karena berdasarkan info dari Ahli Kitab yang tidak dapat dipegang 100% kebenarannya ada 70 orang Yahudi yang menerjemahkan Perjanjian Lama kedalam bahasa Yunani. LXX ini adalah sebutan lain untuk Septuaginta.