Kata Penutup
Banyak orang pada masa kini pergi ke gereja sekadar untuk memenuhi kewajibannya, seperti membayar premi asuransi ke surga. Apabila kebaktian atau misa sudah lebih dari satu jam, mereka mulai merasa gundah dan tak betah duduk. Sudah kelamaan dan bosan, ingin cepat-cepat pulang. Lihat saja di gereja Anda, walaupun kebaktiannya belum selesai, mereka sudah saling berlomba untuk bisa segera mencapai pintu keluar.
Juga perlu diketahui bahwa gereja bukanlah tempat berkumpulnya orang yang hebat-hebat atau orang kelas DU-DU-ber-DUit atau punya ke-DUdukan saja. Juga bukan tempat untuk orang-orang yang merasa dirinya suci dan saleh. Melainkan tempat berkumpulnya orang-orang yang berdosa, orang-orang yang mempunyai luka batin, dan orang-orang yang hancur hatinya.
Gereja adalah tempat orang mau mengakui bahwa mereka itu adalah orang yang lemah, berdosa, dan yang merasa dirinya tidak sempurna. Seperti yang dikatakan Rasul Paulus, "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak" (Roma 3).
Oleh karena itu, di hadapan Tuhan kita semuanya sama, yaitu orang yang berdosa. Begitu juga dengan gereja, tak ada gereja di dunia ini yang benar-benar sempurna tanpa noda 100%, mulai dari pendeta/romo maupun para panatua gerejanya sendiri. Setiap gereja mempunyai kelemahan maupun kebobrokannya masing-masing. Mungkin di luarnya tampak putih bersih dan sempurna, tetapi di mata Allah yang Mahakudus, kita masih jauh dari standar-Nya. Kita semua memerlukan anugerah pengampunan dosa yang hanya dapat diberikan oleh Yesus Kristus.
Kristus mati untuk orang berdosa, terlepas dari mereka menyatakan dirinya baik atau jahat. Yesus datang ke dunia ini bukan untuk orang sehat, melainkan untuk orang yang sakit, lemah, punya luka batin, dan menanggung beban. Untuk itulah gereja didirikan: Untuk mereka yang bersedia berlutut di hadapan-Nya dan mau menyerahkan beban maupun dosa-dosa mereka di bawah kaki-Nya.
Setiap kali berkunjung ke rumah orangtua saya di Bandung, saya selalu merasakan kebahagiaan tersendiri bisa berkumpul dengan mereka. Rasa sukacita ini bukan dari pihak saya saja, melainkan juga dari pihak orangtua saya sendiri. Walaupun kami berkumpul berjam-jam, bahkan berhari-hari lamanya dengan mereka, tak pernah timbul rasa bosan sesaat pun.
Saya yakin perasaan yang sama bisa dialami dan dirasakan juga oleh para pembaca, terutama kita orang Asia di mana hubungan kekeluargaan masih sangat erat. Namun, tanyakanlah pada diri Anda sendiri, apakah sukacita yang sama bisa kita rasakan dan dapatkan bila kita berkunjung ke gereja? Bukankah gereja sebenamya bisa disamakan seperti rumah Bapak kita, tempat kita bisa berkumpul dengan saudara-saudara kita di dalam Kristus?
Coba renungkan, apakah Anda berkunjung ke rumah orangtua untuk menjenguk mereka atau sekadar untuk melihat rumah mereka yang wah dan aduhai? Apakah rumah mereka jauh lebih penting daripada orangtua Anda sendiri? Apakah kalau rumahnya kecil dan furnitur butut dan tua, Anda tidak akan mau berkunjung lagi ke tempat mereka?
Begitu juga kita ke gereja bukan karena gedung atau tim pujiannya, bukan juga karena pendeta/ romonya yang aduhai dan pintar khotbah, me¬lainkan karena kita ingin mencari Yesus. Kita ingin lebih mendekatkan diri kepada Yesus, dan kita ingin berkumpul bersama Yesus serta dengan saudara-saudara kita di dalam Kristus.
Oleh karena itu, menurut pendapat saya, bila kita benar-benar ingin mencari Tuhan Yesus dan ingin bersekutu dengan Dia, gedung gereja maupun tim pujiannya tidak lagi penting. Kehadiran-Nya jauh lebih penting daripada segala macam sarana maupun embel-embelnya.
Dan tanyalah kepada diri sendiri: "Di mana Yesus akan berada seandainya Dia datang hari ini? Yang pasti Yesus tidak akan menanyakan di mana gereja yang paling baik atau di mana gereja yang paling banyak pengunjungnya, atau di mana gereja yang paling megah dan wah bangunannya. Tetapi Yesus akan berkata: "Tunjukkan kepada-Ku di mana orang-orang yang paling membutuhkan Aku saat ini!", yaitu mereka yang rumahnya baru saja digusur, di penjara, di rumah sakit, di rumah duka, para pelacur, para yatim piatu, dan terlebih lagi bagi mereka yang merasa dirinya berdosa dan membutuhkan pengampunan-Nya. Di situlah tempat yang akan dipilih-Nya terlebih dahulu.
Di samping itu, Dia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur untuk mendudukkan mereka bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat mereka memiliki kursi kehormatan. "Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan" (1 Samuel 2).
Pertanyaan: "Apakah Anda bisa memilih gereja dengan kriteria yang sama seperti yang diajukan oleh Yesus?" Jawabannya hanya Anda sendiri yang tahu, dan sebelumnya Anda memilih-milih gereja, renungkanlah terlebih dahulu ayat yang tercantum di bawah ini dengan saksama:
"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu (Yohanes 15).
Disalin dari :
Mang Ucup, Gereja Duit vs Gereja Allah, Kairos, 2004.