....
Pertanyaannya
1. Kenapa babi kok dirubah jadi babi hutan..?
2. siapa yg punya otoritas merubah kitab suci..?
...
Maaf, ane baru baca tritnya, jadi telat jawab ... :)
Ane memang bukan ahli kitab (manapun), tetapi ane mungkin bisa memberi tambahan saja.
Yang ditanyakan TS mungkin masalah terjemahan Injil saja, yang saya kira semua orang kristen juga pasti tau (mungkin cuma kurang berminat menjawab) :
Ada terjemahan yang dilakukan oleh tim-tim penerjemah, dan ada beberapa terjemahan yang ada di indonesia, mari kita lihat; Terjemahan Baru, dan Bahasa Indonesia sehari-hari.
Kenapa harus ada banyak terjemahan? Monggo, ini ada beberapa alasannya. Fakta menunjukkan, bahwa dalam penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah khususnya, terdapat perbedaan dengan terjemahan Alkitab berbahasa Indonesia yang umum digunakan digereja-gereja.
Ada beberapa alasan mengapa perbedaan itu muncul:
1. Sasaran Yang Berbeda:
Pertama, ditujukan untuk para teolog saja. Ini mencerminkan pola pikir kuno, era sebelum PD (Perang Dunia) II. Kedua, ditujukan kepada masyarakat umum, menggunakan bahasa sehari-hari, mencerminkan pola pikir modern dan berakar dari Alkitab itu sendiri yang menginginkan agar manusia menjadi percaya, mengetahui Jalan Keselamatan, hidup baru dan dapat berhubungan baik dengan sesamanya, karena itu diterjemahkan oleh para penerjemah Alkitab yang menjalani pelatihan penerjemahan khusus.
2. Ilmu Penerjemahan Sudah Berkembang.
Ilmu penerjemahan Alkitab baru berkembang sejak PD II, sebagai misal, TB (Terjemahan Baru) yang diterbitkan pada tahun 1952 masih berdasarkan penerjemahan tradisional. Dilakukan sebelum ada prinsip-prinsip dan prosedur yang baku dan ditetapkan sebagai suatu disiplin ilmu sehingga kurang sistematis, selain itu lebih mempertahankan bentuk naskah asli.
3. Pendekatan Penerjemahan Berbeda
Pendekatan pertama, penerjemahan secara harafiah, lebih mempertahankan bentuk naskah asli (struktur kalimat, urutan kata, makna kata kurang memperhatikan konteks atau penggunaan di dalam masyarakat sehari-hari). Pelaksanaannya lebih mudah, tetapi hasil kurang memuaskan.
Pendekatan kedua, penerjemahan berdasarkan makna. Prosesnya lebih rumit dan melalui banyak tahapan karena perlu memperhatikan banyak faktor, namun hasilnya lebih memuaskan
4. Pengertian Terhadap Bahasa Asli Berkembang
Secara tradisi PB (Perjanjian Baru) diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani Sastra. Baru sekitar tahun 1880-an diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani Koine yang lebih dikenal dan banyak digunakan oleh masyarakat luas dibandingkan dengan bahasa Yunani sastra (kuno, klasik) ataupun bahasa Yunani Modern. Kamus dan tatabahasa yang lebih baku baru ada setelah PD II. Meski demikian, baru sekitar 1976 sumber-sumber naskah tersebut bisa melengkapi dan memenuhi kebutuhan penerjemahan PB
5. Naskah Sumber Berbeda
Tahun 1516, Erasmus menerbitkan PB pertama kali dalam bahasa Yunani hanya menggunakan 6 naskah sumber yang tidak lengkap sebagai pembanding. Leijdecker menerjemahkan PB ke dalam bahasa Melayu pertama kali menggunakan Alkitab berbahasa Belanda dan beberapa naskah dalam bahasa Yunani. Klinkert dan Bode menggunakan sumber yang lebih banyak dan lebih tua. Sejak tahun 1900 hingga sekarang sudah diketemukan ribuan naskah-naskah sumber yang berbeda, namun perbedaan yang diketemukan sedikit dan tidak mengubah satupun pengajaran gereja. Perbedaan yang ada kemudian diteliti secara rinci oleh para akhli, dibahas dalam debat terbuka berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Hasilnya dikumpulkan dengan catatan lengkap sebagai PB bahasa Yunani. Semua berkeyakinan kuat bahwa PB Yunani yang ada sekarang adalah sumber yang paling dekat dengan naskah asli (tulisan Yohanes, Lukas, dan rasul Paulus)
6. Pengetahuan Alkitabiah Sudah Lebih Berkembang
Sejak PD II sudah banyak sekali diketemukan naskah-naskah sumber, seperti 'Gulungan Laut Mati' (1947) yang menjelaskan makna kata, adat istiadat, peristiwa sejarah, nama-nama binatang, tumbuh-tumbuhan yang ada pada Alkitab. Di zaman sebelumnya, beberapa nama hewan atau tumbuhan diambil langsung dari bahasa Ibrani atau istilah Yunani
7. Tahapan Penerjemahan Lebih Lengkap
Pada mulanya penerjemahan hanya dilakukan oleh teolog asing. Di kemudian hari teolog dan para akhli Indonesia mulai dilibatkan. Banyak istilah-istilah, susunan kalimat, pilihankata ataupun ungkapan-ungkapan tertentu masih terasa asing, sulit dimengerti oleh orang awam dan masyarkat luas. Oleh karena itu penerjemahan, khususnya ke dalam bahasa daerah, lebih melibatkan berbagai lapisan masyarakat awam dan dengan melibatkan lebih banyak dan teliti, sehingga hasuil terjemahannya pun menjadi lebih mudah dimengerti oleh masyarakat luas.
Perlu dicatat, tim-tim penerjemah, yang berkejasama dengan lembaga-lembaga penerjemahan Alkitab internasional yang juga diakui oleh-gereja-gereja, meyakini bahwa Alkitab yang mereka terjemahkan adalah Alkitab yang berasal dan diilhami oleh Tuhan sendiri. Dengan demikian perbedaan yang muncul pada penerjemahannya mempunyai alasan yang kuat dan tentu dikerjakan dengan ketulusan dan kebenaran. Selain itu juga, berbeda bukan berarti salah.
Jadi, bukannya dirubah kan? :)
Berhubung ane belom menguasai sepenuhnya isi dari Konsili Vatikan II , maka jika ada pertanyaan yang lebih spesifik, ane belum berani menjawab.
Salam (satu jiwa) :