Ndan Ciek dan Yom Kippur, seandainya ente bedua diminta menyelesaikankan masalah seperti ini, apa membandingkan dua kasus yang sama namun berbeda tempat akan memberikan solusi yg efektif ?
Jujur saja, versi toleransi antar umat beragama di Indonesia masih didominasi golongan mayoritas dan bukan dibangun atas azas keadilan yang fair. Hasilnya adalah resistensi, ini hal sensitif, dua golongan yang bertentangan bakal adu ngotot, buntut-buntutnya adu otot. Dalam kondisi seperti ini kedua golongan yang berselisih sangat mudah terprovokasi, insiden-insiden yang terjadi bukan hasil dari pemahaman keagamaan yang mendalam namun lebih dari buah hasutan pihak-pihak yang diuntungkan jika terjadi perselisihan.
Hal yang terbaik adalah menahan diri, biarkan hal ini di selesaikan berdasarkan hukum yang ada sembari memberikan pengertian tentang tenggang rasa antar umat beragama. Sentimen yang berkembang dikhalayak adalah sentimen berdasarkan kepentingan yang mengatasnamakan agama. Kalau kita yakin dengan agama kita sendiri mengapa mesti khawatir dengan keberadaan agama lainnya...
Memang tidak selalu efektif membandingkan dua kasus, apalagi tidak sama permasalahannya. Kan sudah jelas dari isi beritanya, yang satu (yang di Sumut) bukanlah SARA, dimana sudah diadakan investigasi melibatkan aparat maupun pemuka agama setempat. Cuma pada akhirnya dikhawatirkan mengarah ke SARA karena kebetulan ada kasus HKBP ini yang diekspose media. Jadi sebetulnya kalo ada yang mencoba membandingkan, itu hanyalah ulah oknum2 yang ingin memanasi situasi supaya mengarah SARA. Masalah pengusutan selanjutnya tentang pelaku pembakaran mesjid di Sumut itu adalah tugas dan wewenang polisi, dimana sudah ada statemen awal bahwa pelakunya bukanlah dari golongan non muslim.
Bahkan disitu pun juga ada kasus pelemparan gereja seperti saya kutip dari berita:
"Sementara ketua Majelis Ulama Indonesia MUI kota Medan Muhammad Hatta mendesak kapolda sumatera utara untuk memberikan penjelasan secara terbuka terkait perusakan masjid di Besitang kabupaten Langkat dan pelemparan gereja di Binjai yang menurut versi kepolisian dilakukan oleh pria kurang waras."
Jadi kalo ada yang masih ngotot membandingkan kasus disana dengan HKBP, berarti emang pingin mengarahkan ke SARA...:
Apalagi kalo bicara masalah aturan, jika memang HKBP menyalahi prosedur, ya silakan diusut tuntas. Termasuk perijinan mesjid yang digunakan untuk merencanakan penusukan, seharusnya ya diusut juga dong. Bukankah itu berarti jelas menyalahi ijin?? Lha wong ijinnya untuk tempat ibadah, malah digunakan untuk merencanakan tindakan kriminal / kekerasan...:
Atau mungkin itu yang dimaksud oleh TS dengan "Budaya Setempat", sesuai Judul Threadnya..??: