Cara anda sangat mulia dan merupakan satu motivasi pemikiran cukup mandiri.
Hanya sayang orientasi lapangan anda masih perlu di tunjang dgn kenyataan lapangan dan contoh soal yg bisa memberikan titik motivasi itu berjalan.
Andai ada org yg memiliki visi n misi yg baik belum tentu bisa mereka terapkan dan berhasil pada orientasi_nya ke daerah tersebut.
Perusahaan Migas seperti Caltex jelas feasible_nya tdk diragukan dan sudah dilakukan dr jaman penjajahan. Andai tdk feasible mereka tdk akan mengerjakan seperti beberapa lokasi yg sebelumnya telah terjadi eksplorasi tapi tdk dilanjutkan ke Ekploitasi.
Begitu juga yg terjadi sekarang, cadang kantong Migas kita masih byk dan belum memasuki tahap Eksploitasi, kenapa???
Setelah perusahaan demikian bergerak barulah perusahaan lain yg terdahulu tdk feasible menjadi feasible karna tersedianya jalan yg layak sebagai barometer transport.
Hanya sayang setelah perusahaan Migas di alihkan menjadi BUMN pihak swata hanya sebagai Kontrak Mitra.
HPH tdk bisa dijual karna proses perizinan beda dgn IUP Perkebunan. Yg dijual HPH adalah kayunya.
Masalah perizinan menjadikan profit oriented berkurang tapi masih ada pertimbangan benefit orientednya, sy rasa tdk menjadi masalah bg pengusaha. Dan sy yakin itu jg bisa dilakukan karna tidak semua usaha berbentuk Profit Oriented.
Perizinan sawit,
Bagi perusahaan raksasa mungkin tdk menjadi masalah karna memiliki cash flow yg cukup besar utk menembus pembelian izin dalam skala misalnya 10.000ha (skala feasible utk mendirikan pabrik pengolahan, CPO). Pabrik pengolahan adalah salah satu penunjung feasibilitas drpd perkebunan tersebut. Tapi kenyataannya tdk semua perusahaan raksasa bisa jalan biarpun memiliki cashflow yg cukup utk nembus perizinan dan pembebasan lahan. Kenapa? sy rasa anda tau alasannya bukan?
Bagaimana dgn pengusaha menenggah ato para pelaku bisnis lokal yg hanya memiliki final trade dgn penjualan TBS? Ato tdk mampu mengusahaan sampe pada skala standar suatu pabrik pengolahan (7.000 s/d 10.000ha)?
Mereka memiliki cashflow terbatas utk pembelian izin lewat tangan kesekian dan pembebasan lahan. Masih mending mereka bisa dapat lahan dalam skala menenggah seperti dibawah 1.000ha.
Sedangkan lahan yg ada rata2 telah diploting oleh pengusaha bayangan yg notabene hanya menjual perizinan dalam satu paket berskala puluhan ribu hektar?
Mereka yg ploting perizinan pd daerah terpencil juga menyadari bahwa dlm waktu yg dekat tdk masih jauh dr feasible. Mereka hanya menahan dan menunggu waktu saja.
Bagaimana nasib para pengusaha menenggah lokal?
Ada beberapa cara yg bisa meningkatkan percepatan pendapatan daerah sebagai basic penunjang finance daerah tersebut.
1. Pelaksanaan Otonomi daerah yg lbh mandiri.
- Tidak seperti menerbitkan UUD no 4 Minerba 2009 yg sekoyong-koyong memangkas hak otonomi daerah.
2. Legalitas dan fasilitas yg dikondisikan harus dilakukan hanya pada ibukota.
- Menyebabkan kepadatan penduduk tdk terbendung yg merusak Lansekap tata kota, biaya perawatan besar, fasilitas penunjang tdk seimbang oleh lajunya perkembangan kota.
- Akibat banjir rawan banjir, pembangun yg terpaksa dilakukan (monorel, bus transjakarta, Instalasi pompa, Fly over, dll) menyebabkan pembengkakan biaya dimana-mana pd ibukota.
3. Kepedulian terhadap desa ato daerah tertinggal (Jaman era Pak Harto masih bisa jalan). Dahulu jaman pak harto secara bergantian byk daerah2 tertinggal yg dibangunkan fasilitas Jalan, Irigasi, Listrik dll. Sekarang kita masih bisa melihat buktinya yg sudah rusak hancur karna tdk ada lagi yg menjalankan visi misi beliau.
Contoh
http://forumbebas.com/thread-45109.html
Sayang ada satu contoh link "Native People" yg hilang di GalKom.
disana dulu sy ada tampilkan beberapa photo kondisi wilayah tertinggal.
Saya tdk menguji kemampuan anda disini.
Tapi justru dr semua diskusi ini bisa melahirkan satu pandangan yg bermanfaat.
Dari itu bisakah anda memberikan satu contoh orientasi yg mendekati solusi utk mereka rakyat tertinggal agar bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.
Dan menjadikan daerah yg tertinggal bisa berkembang menjadi satu daerah yg memiliki roda perekonomian mandiri.
Bukan hanya sekedar bertahan hidup utk makan anak bini dan tdk pernah berkembang seperti sekarang.
Siapa tau cara bisa sy infokan saat survey ke daerah tertinggal tersebut.