@Brainwashed.
“Baik sekali waktu sebelum siang dan malam,
Tanpa duka, dan bebas dari kelelahan,
Kita bersatu dengan Raja dari Keberadaan,
Persoalan yang lain adalah kosong dan hampa,
Realitas dari dunia tanpa terhitung dan persamaan,
Tanpa pengetahuan dari diri dan “yang lain”.
Tiba-tiba lautan dari keberadaan memecah dalam gelombang,
Dan mewujudkan semua dalam Diri Sendiri dan dari Diri Sendiri.”
Ini adalah suatu keadaan dalam aspek Keberadaan tanpa waktu tanpa ruang,
Realitas-realitas kita (a’yaan) mempunyai segi-segi dalam (bathin) dan luar (zhahir) nya
Sama seimbang dalam pengetahuan Tuhan, seperti air sebelum pemunculannya sebagai
ombak, adalah adam (tiada) dan bahkan tak mempunyai bentuk.
“Dia kembali ke pintu darimana dia tadinya keluar.
Sekalipun dalam pengembaraannya , dia pergi dari pintu ke pintu.”
Pengembaraan adalah dunia ini.
Dia adalah hanya adam (ketiadaan), hanya bentuk dalam pengetahuan Tuhan-
dan bukan pelaku.
Ini adalah fanaa fil ‘l-af all (pemusnahan dalam perbuatan).
Dia menyadari bahwa pelaku sesungguhnya adalah Tuhan.
Ini adalah baqaa (kekekalan) dalam af aal (perbuatan).
“Pelaku dalam gerak dan diam adalah Dia”
“Dia adalah satu dan tak ada sesuatu di samping-Nya (adalah arti penting ini).
Dari afaal (perbuatan) dia naik ke sifat dan menyadari bahwa sebagai “adam” (ketiadaan) dia tidak mempunyai sifat.
Ini adalah tahap “pemusnahan dalam sifat-sifat”.
Dia kemudian menyadari bahwa semua sifat, yang dimanifestasikan , adalah sifat Tuhan.
Ini adalah tahap baqa (kekal) dalam sifat.
Fana adalah melepaskan dari semua sifat seseorang,
Baqa adalah menggabungkan semua Sifat-Nya.
Bila dia menyebut sifat adalah kepunyaannya, dia menjadi “yang terbatas”.
Bila dia menyadari sebagai kepunyaan Tuhan, dia menjadi Baaqii (kekal) dalam Tuhan
Dan Faanii dalam dirinya sendiri.
Ini adalah, bila engkau menyebut, sifat-2 itu adalah sifat-2 mu, engkau menjadi “yang terbatas”
Sebaliknya, sifat itu adalah sifat Tuhan, engkau adalah adam (tiada).
Bila dalam perjalanan , maju meningkat ke bentuk-2 dan dari bentuk-2 ke kemampuan-2.
Bila dalam tahap terakhir ini dia berpaling kepada cermin Dzat, dia berkata “Ana ‘l Haqq” (Aku adalah Tuhan).
Seperti sebuah gelembung memandang lautan, berkata “Akulah Lautan”.
Dan bila memandang realitasnya sendiri , yang adalah adam (tiada), dia berkata : “Hua ‘l Haqq” (Dia adalah Tuhan), artinya, gelembung itu memandang dirinya sendiri, berkata kepada Lautan : “Itulah Lautan”.
“Orang kelihatan dalam refleksi, itulah Tuhan dalam dunia,
Refleksi kelihatan dalam Orang, itulah dunia dalam Tuhan.
Orang adalah Dzat Bathin, refleksi adalah sifat-sifat yang diagungkan,
Ahmad kemashuran yang agung adalah barzakh antara dua cermin”.
Seseorang tidak menjadi Dzat Tuhan “dia adalah dia” dan “Tuhan adalah Tuhan”.
(bersambung)