Siang sampai sore malam minggu kemarin di Bandung hujan turun terus-menerus dan membuat beberapa jalan di kota Bandung tergenang air dan membuat udara di kota kembang ini menjadi dingin yang mengakibatkan birahiku naik … Hehehe …
Malam itu aku suntuk di rumah, aku pengen jalan2 keluar sembari cari makanan. Saat itu aku hanya memakai daster mini hitam polos tanpa bra dan karena udara di Bandung malam itu dingin, maka aku menambahkan selembar kain sejenis syal berwarna sama untuk menutupi leherku. Sementara bagian dada yang belahan sangat rendah dan membuat sebagian dadaku terlihat jelas dibiarkan terbuka.
Setelah mengunci pagar rumah, aku menuju jalan supratman dan lalu menuju Cilaki. Tadinya aku mau makan didaerah pusat jajanan di Cilaki tapi karena suasananya tidak enak, rame lalu aku putuskan saja ke daerah Dago bawah … Ternyata sama disana juga suasananya tidak enak. Akhirnya aku berhenti di Cirkle K disebelah Dunkin Donut yang terletak di dekat Aquarius Dago.
Di Cirkle K pada malam itu ada beberapa cowok yang berusia belasan tahun, jauh dibawah usiaku. Dengan dandananku yang hanya mengenakan daster mini yang seksi dan hanya memakai selembar syal tentu saja semua mata lelaki yang berada disana saat itu menatapku. Termasuk pelayan dan kasir di Cirkle pun ikut menikmati keseksianku. Anggap aja sebagai penghangat di udara dingin spt ini, pikirku. Aku membeli beberapa makanan dan minuman ringan disana, walau aku kurang bebas karena setiap gerak gerikku diawasi pelayan dan kasir. Rejeki merekalah, hehehe....
Setelah aku selesai belanja, aku mengeluarkan sebungkus rokok dari kantung belanjaan dan memegang rokok tersebut ditangan kanan sementara tangan kiri memegang belanjaan berjalan melalui kedua pemuda brondong yang kebetulan duduk didekat pintu masuk Cirkle K dan sengaja pura-pura menjatuhkan bungkus rokok yang sedang kupegang. Aku sengaja membungkukkan badan didepan kedua brondong tersebut dan tentu saja akibatnya sebagian dadaku yang tidak ditutupi bra terlihat jelas oleh pemuda tersebut.
Pemuda berkaos merah mengambil rokokku yang jatuh dan memberikannya ke aku. Setelah mengucapkan terimakasih, aku menuju mobil.
Aku melihat mereka pemuda yang baik dan bersih, kayaknya sih mahasiswa baru. Aku iseng2 memanggil mereka dengan lambaian tangan. Dari spion kulihat mereka saling berpandangan bingung antara si kaos merah dan si kaos hitam. Kemudian si kaos merah menuju arah mobilku.
Dengan gugupnya si kaos merah menghampiriku yang karena pintu mobil belum ditutup maka si kaos merah berdiri berada disampingku yang telah duduk dengan disengaja paha mulusku dipamerkan karena ukuran dasterku yang mini, bertanya dengan sopannya “ Ada apa mbak?”
“Tau jalan ke lapangan golf dago gak mas?” Tanyaku kemudian.
“Tau mbak … Dari sini mbak lurus aja terus ngikutin jalan ini jangan belok-belok sampai deh” Jawab si kaos merah.
Dalam hati aku berkata kok nanyanya jalan yang gampang sih? Yang susahan sedikit kek ….
“Kalo dari lapangan golf, perumahan resort dago pakar jauh gak?” Tanyaku kemudian.
Si kaos merah dengan sopannya sambil tetap berdiri disamping mobil menjawab “Ooo … Itu mah sebelum lapangan golf mbak …”
“Mbak mau kesana?” Tanya si kaos merah kemudian.
“Iya … Saya mau jalan jalan lihat-lihat kota pemandangan kota Bandung dari atas tapi takut nyasar soalnya aku dari luar kota jadi gak ngerti jalan di Bandung.” Jawabku asal tapi serius.
“Oh … Mbak dari Jakarta ya? ” Tanya si kaos merah kemudian.
“Iya … Oya kamu mau gak nganter kesana sekalian kamu tunjukin tempat tempat yang bagus di Bandung” Pintaku manja.
Terlihat si kaos merah memikirkan ucapanku.
“Tapi saya sama teman mbak …. “ Jawab si kaos merah gugup.
“Ajak aja temannya … “ Pintaku.
Lalu si kaos merah pamit untuk kembali ke temannya si kaos hitam dan terlihat mereka berdua bercakap-cakap sejenak dan lalu mereka berdua berjalan menuju arah mobilku.
“Duduk disini aja biar gak nyasar biar temennya duduk dibelakang” Pintaku ke mereka.
Ternyata si kaos merah yang memilih duduk disebelahku sementara si kaos hitam duduk dibelakang.
Setelah berkenalan sejenak dan berbasa-basi sedikit akhirnya mobil aku jalankan keluar dari area Cirkle K tersebut menuju dago atas.
Si kaos merah ternyata bernama Ari dan si kaos hitam bernama Anton. Mereka adalah mahasiswa tahun kedua di salah satu perguruan swasta di Bandung. Polos dan terlihat kaku sekali aku perhatikan mereka berdua ini terutama si kaos merah yang duduk disebelahku.
Tetapi setelah mobil kami melewati daerah simpang suasana kaku telah mencair dan berganti dengan suasana akrab, mereka berdua ternyata senang humor dan menceritakan cerita-cerita yang membuat aku tertawa terbahak-bahak. Sesekali ada cerita jorok yang mereka lontarkan.
Aku melepaskan syal yang tadi kupakai sehingga sekarang hanya tinggal daster mini yang melekat dibadanku yang mulus.Posisi duduknya sengaja ditengah sehingga berdekatan sekali dengan Ari.
Ari terlihat gugup tetapi dia tetap saja melontarkan cerita-cerita jorok yang membuat kami semua tertawa dan semakin akrab.
Ketika mobil melewati pom bensin dago dekat terminal, aku mengarahkan badannya ke arah kaca tempat dimana Ari duduk dan bertanya ke Ari “ Ri … Itu jalan kemana tadi?”
Ari terbata-bata menjawab “ Ke .. ke … ke .. Dago Tea House mbak …… “
Aku yang melihat Ari yang sangat kaku menjawabnya semakin menggodanya dengan membalikkan tubuhku melihat arah kaca belakang mobil, sehingga membuat mereka berposisi seberti sedang berhadapan dan semakin menonjolkan dadaku.
“Bagus gak Ri … Dago tea house itu?” Tanyaku tetap diposisi tersebut.
“Ku .. ku .. ku .. rang bangus mbak …. “ Jawab Ari dengan tetap terbata-bata.
Kemudian aku bertanya dengan suara pelan dikuping Ari tatapi tetap terdengar oleh ku “Kenapa gugup Ri …” sambil tangan kananku memegang jemari tangan kanan Ari.
“Gak … Apa … Apa … Mbak ….” Jawab Ari kaget.