"Anak ibu sekolah yang pinter ya, biar nanti jadi dokter"
"Jangan seperti ibu dan bapakmu ini yang cuma jadi orang miskin"
"Biarkan kami aja yang susah yang penting kamu sekolah yang tinggi dan jadi orang sukses"
Itu tadi sebuah cuplikan tentang pengharapan seorang Ibu atau bisa saya katakan sebuah pengharapan sederhana dari semua orang tua terutama yang berada di kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Sebuah harapan sederhana yang ingin agar anaknya dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya dan menjadi orang yang sukses. Tapi sepertinya seiring dengan kemajuan zaman dan berkembangnya pemikiran "kaum Intelektualitas" harapan dari rakyat kecil (kalo boleh saya bilang) hanya menjadi sebuah mimpi. Dan mungkin saat ini sebagian rakyat kecil ini semakin tidak berani untuk sekedar bermimpi.
Kenapa saya berani bilang seperti itu??
Karena saya hanya melihat realita di lapangan. Anak-anak yang mampu untuk menempuh pendidikan yang tinggi hanya berasal dari dua kalangan yakni kalangan anak-anak orang kaya dan anak-anak yang super pintar.
Dan tidak ada untuk kalangan rakyat kecil(Orang miskin). Kalaupun ada, hanyalah program wajib belajar 9 tahun dari pemerintah yang akhir-akhir ini baru "Digratiskan" dan mungkin yang juga saya dengar adalah SMK. Dari dua program tersebut sebagai orang awam dapat saya simpulkan output yang ingin dicetak adalah "Pekerja".
Kembali ke harapan atau mimpi sederhana dari untaian kata seorang ibu terhadap anaknya, apakah pendidikan tertinggi yang dapat dicapai hanya sampai SMP atau SMK??apakah dengan itu sudah dapat menjadi dokter atau insinyur??
Saya rasa sudah jelas jawabannya. Oleh karena itu saya tadi mengatakan bahwa pendidikan hanya untuk anak-anak orang kaya dan anak-anak super pintar.
Anak-anak orang kaya karena jelas mereka mampu membiayai pendidikan dengan model apapun. Mau Swasta atau negeri, dalam negeri atau luar negeri atau kalau ada sampai luar angkasa mungkin.
Anak-anak super pintar karena "mungkin" mereka bisa mendapatkan "beasiswa" di tempat "tertentu" dan bahkan tidak menutup kemungkinan kalangan ini juga termasuk kalangan anak-anak orang kaya.
Lalu dimana tempat untuk rakyat kecil yang bahkan untuk makan saja mereka harus bekerja keras, apalagi untuk memikirkan "les atau kursus ini itu".
Dan bagaimana dengan salah satu tugas pemerintah yang tercantum dalam UUD 45 yakni "Mencerdaskan kehidupan bangsa"
Sebuah Ironi dari hingar bingar kehidupan.
Dan rasa sedih dari di sahkannya UU BHP dan semakin maraknya Komersialisasi pendidikan.
merefresh kembali masalah yang terlupa tapi penting dan maaf kalau tanpa solusi karena sebenarnya sudah banyak solusinya tapi bapak bapak kita di pemerintahan lebih sibuk berpolitik.
Repost dari tulisanku sendiri disini