Menteri-menteri sebagai pembantu Presiden yang berasal dari parpol, belum menunjukan kualitas dan peningkatan kinerja serta tidak mempunyai daya dobrak yang bisa merubah keadaan menjadi lebih baik, pembantu-pembantu Presiden hanya bisa menunjukan kemewahan dan arogansi di jalanan.
Rasakanlah bagaimana pembantu itu menuju kantornya, dengan menggunakan mobil mewah, dan diapit 2 mobil mewah depan dan belakang plus pengawalan polisi di depan sebagai pembuka jalan. Bila kita di depannya akan diperintahkan minggir untuk memberi jalan si pembantu itu dengan maksud agar si pembantu ini cepat sampai di tujan.
Mari kita hilangkan arogansi pembantu Presiden dengan tidak memberikan jalan atau jangan minggir jika pembantu itu lewat apalagi jika jalanan macet, sebab kita dan pembantu presiden adalah warga negara Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama, yang membedakan adalah meraka adalah pembantu presiden sedangkan kita adalah rakyat, selain itu kita dan pembantu itu sama-sama pengguna jalan, artinya aturan umum yang berlaku harus tetap dilaksanakan, (seperti antri kala macet, berhenti jika lampu merah) dan jalan yang digunakan adalah jalan umum, serta dibangun dari penerimaan pajak yang dibayar oleh kita.
Terlebih lagi jika di jalan Tol dalam keadaan macet, jangan mau minggir jika pembantu itu lewat, karena kita sudah bayar tol dan pembantu presiden belum tentu bayar tol.
Bagaimana bisa seorang menteri merasakan apa yang dirasakan rakyat, sedangkan mereka hidup dalam kemewahan dan prestise ?
Bagaimana bisa seorang menteri berpikir atau memikirkan rakyat, sedangkan mereka tidak pernah menjadi rakyat?
Mari kita sukseskan Gerakan Hilangkan Arogansi Menteri di Jalanan !!!!
:)