Setengah delapan, setengah sembilan.. kenapa suami saya belum datang juga? Jam enam sore tadi, saat kami berbicara melalui telepon, ia mengatakan sedang dalam perjalanan menuju rumah dosennya. Saya memperkirakan ia tiba di rumah jam tujuh. Tapi sekarang sudah hampir setengah sembilan. Suami saya sudah di akhir skripsi, dan itu berarti pertemuan dengan dosennya tidak mungkin selama itu. Ketika akhirnya ia tiba juga jam setengah sembilan lebih, ia bercerita ada dua mahasiswa yang mengambil kelas malam juga, tengah berkonsultasi dengan dosen tersebut, dan mereka kemudian mengobrol tentang hal-hal biasa lama sekali! Saat giliran suami saya, dosen tersebut cuma memerlukan waktu sepuluh menit untuk melakukan acc dan pertemuan itu berakhir. Tapi suami saya menunggu lebih dari dua jam, yang berarti kepergian kami ke rumah sakit juga tertunda lebih dari dua jam!
Percayakah Anda bahwa Ia mengatur segala sesuatu indah pada waktu Nya?
Sepertinya tidak. Adik saya sudah sangat kesakitan di rumah. Bergerak sedikit saja ia mengerang dan merintih. Entah kenapa sama sekali tidak terlintas di pikiran saya untuk memanggil taksi, atau meminta bantuan tetangga, atau saudara. Adik saya mengatakan ia takut usus buntunya sudah pecah, kalau memang itu usus buntu. Saya mengatakan padanya berdoa saja.
Kami pun tiba di UGD rumah sakit jam setengah sepuluh malam. Dan seperti dugaan saya sebelumnya memang penyakit yang diderita adik saya adalah usus buntu. “Dan ini harus segera ditangani, ada dokter yang sedang mengoperasi pasien usus buntu juga di atas, Anda mau langsung dioperasi malam ini?”
Tentu saja, adik saya sudah sangat kesakitan seperti itu. Ibu dan ayah saya mengurus pengambilan sample darah untuk memastikan diagnosa dokter UGD itu, suami saya menelepon perusahaan asuransi, sementara saya menunggu adik saya di ruang darurat UGD yang dibatasi tirai-tirai. “Kita berdoa yuk..” aku mengajak.
Doa yang jauh dari sempurna, kami panjatkan malam itu. Agar Tuhan memilihkan dokter untuk kami, agar Tuhan ikut campur tangan dalam operasi itu.
Operasi pun dilakukan. Jam satu malam, dokter keluar dari ruang operasi untuk memperlihatkan usus buntu yang berhasil ia potong. “Kenapa baru sekarang datang?” dokter itu sedikit marah. “Usus buntunya sudah lama pecah, dan sudah bernanah ke mana-mana, sampai-sampai yang baru kami ambil saja sudah 50 cc!”
Kami terbengong dan ternganga.
Ketika operasi selesai dan dokter itu keluar dengan pakaian biasa, ia berkata adik saya masuk ICU. Meremang rasanya tubuh ini. Saya mengira ini cuma operasi usus buntu biasa, tapi nyatanya adik saya sekarang di ICU dengan tiga selang dipasang dalam perutnya.
Kami menunggu mondar-mandir di ICU tengah malam itu, memperhatikan foto-foto para dokter yang ada di rumah sakit itu. Dan menemukan suatu kenyataan. Dokter yang melakukan operasi tadi, yang memarahi kami tadi, adalah direktur rumah sakit ini! Ia punya deretan gelar yang banyak sekali di belakang namanya. Ia orang yang pintar sekali yang bahkan pernah melakukan operasi dengan dokter asing di luar negeri. Dan kami bahkan sebelumnya tidak tahu namanya, kami bahkan tidak pernah meminta ingin dioperasi oleh dokter itu.
“Oh ya, ia dokter terkenal..” tante saya mengatakannya pada saat ia tahu siapa yang melakukan operasi itu.
“Oh ya, ia biasanya praktek setelah jam sembilan malam..” om saya mengatakannya pada saat ia tahu siapa yang melakukan operasi itu.
Apakah Anda merinding? Saya juga. Tuhan telah menjawab doa bahkan jauh sebelum doa itu diucapkan naik ke hadirat Nya. Ia sudah menyediakan jauh sebelum segala peristiwa terjadi. Percakapan dua mahasiswa kelas malam itu dengan dosen, yang cuma berbicara tentang basa-basi. Apakah itu ada tujuan Nya? Oh ya. Menurut Anda, kalau suami saya tiba jam tujuh dan kami sampai rumah sakit lebih awal, apakah mungkin dokter yang melakukan operasi adalah dokter lain, yang mungkin saja terkejut dengan kondisi adik saya yang usus buntunya sudah pecah dan nanah mengalir ke mana-mana? Adik saya bisa saja meninggal.
Anda tahu ucapan direktur rumah sakit itu pada siang hari setelah adik saya sadar di ICU? Ia bilang, “..kamu ini paling menyusahkan operasi!” Seorang direktur rumah sakit besar dengan deretan gelar di belakangnya, dan pernah melakukan operasi dengan dokter asing di luar negeri mengatakan itu operasi yang sulit!
Bukankah Tuhan kita Tuhan yang luar biasa?
Pada saat saya bertanya pada Nya, rumah sakit A atau R, ya Tuhan? Ia menjawab, R saja, Aku memilihkan yang terbaik untukmu. Kusediakan ia di sana, sedang melakukan operasi usus buntu juga, karena cuma ia yang bisa melakukan operasi yang sulit ini. Tapi jangan datang terlalu cepat, nanti kau diberikan pada dokter lain. Datanglah tepat pada waktu Ku. Segala sesuatu indah pada waktu Ku.
Dan malam itu di UGD, saya berdoa dengan adik saya, pilihkan dokter untuk kami, Tuhan, campur tangan dalam operasi ini, ya Tuhan.
Anda tahu, saya membayangkan saat itu Tuhan tersenyum. Anakku, Aku sudah memilihkan dokter untukmu jauh sebelum kau meminta padaKu, Aku sudah turut campur dalam segala sesuatunya untuk mengantarmu tepat pada waktu Ku.
Ya. Ia menjawab doa, bahkan sebelum kita (sempat) berdoa.
***
.. karena Bapa mu mengetahui apa yang kamu perlukan,
sebelum kamu minta kepada Nya (Matius 6)