Sesungguhnya kita juga harus prihatin melihat Demonstrasi yang dilakukan Mahasiswa. Sebenarnya maksud dan tujuan awal mereka cukup bagus, yaitu menyampaikan Aspirasi. Entah itu, Aspirasi Rakyat (katanya), atau perasaan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintahan Republik Indonesia. Tapi, sunggun sangat disayangkan, akhirnya berujung tindakan kekerasan atau anarkisme. Perusakan fasilitas umum, perusakan kendaraan, lempar-lemparan batu, bambu, dll. Aparat penegak hukum sendiri, yang seharusnya mengawal lajunya Demonstrasi sehingga bisa berjalan lancar dan tenang, terkadang akhirnya ikut terlibat secara langsung dalam anarkisme tersebut. Bahkan, dengan teganya mereka memukuli beramai-ramai seorang demonstran. Masya Allah, sungguh perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang Aparak penegak hukum.
Mahasiswa yang Demonstrasi, karena dia merasa banyak teman dan massa, merasa dirinya sudah yang paling hebat. Rasa percaya dirinya sangat tinggi untuk melakukan hal2 yang dianggapnya benar. Akan tetapi, suatu hari, jikalau mereka sudah memiliki keluarga, anak dan istri, saya yakin mereka akan jauh berpikir lebih kritis. Bukan kritis untuk berorasi, tetapi kritis mensikapi beratnya tanggung jawab terhadap keluarganya. Jangankan untuk ikut-ikutan demonstrasi, untuk mencari pekerjaan yang layak dan pantas saja mereka akan berpikir lebih jauh dan panjang. Maka, pantaslah apa yang disampaikan TS sebagai suatu pengingat, bukan sebagai cibiran ataupun hujatan terhadap Mahasiswa.
Kita tidak bisa memungkiri, adanya perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia, sejak jaman perjuangan, angkatan '66, sampai dengan gerakan Reformasi tahun '98, tidak terlepas dari peran Pelajar dan Mahasiswa yang menginginkan perubahan secara menyeluruh terhadap pemerintahan. Walaupun akhirnya banyak yang terkorbankan jiwanya. Akan tetapi, kalo setiap perubahan harus mengorbankan "tumbal" rasanya kita seperti Keledai, yang selalu mengulangi kesalahan yang sama. Sudah waktunya kita sama-sama membangun Negara ini dengan keseimbangan Lahir dan Batin. Tidak harus turun di jalan untuk Demonstrasi, tetapi cukuplah aspirasi disampaikan dengan santun dan berkepribadian yang tinggi. Pantaslah kita malu dengan sebutan Mahasiswa, kalau kita berlaku seperti adik-adik pelajar Sekolah Dasar atau Taman Kanak-Kanak. Wakil (yang katanya) Rakyat, sebagai tempat menyampaikan Aspirasi, hendaknya juga bisa mengakomodir Aspirasi yang berkembang. Tidak hanya mencari keuntungan untuk kelompok dan pribadinya. Tetapi haruslah lebih mengutamakan tugas untuk kepentingan Negara dan Bangsa.
Mudah-mudahan tulisan saya diatas tidak sekedar Teori kosong belaka. Allah SWT tidak tidur untuk perkembangan dan kemakmuran bangsa ini, selama bangsa ini mau merubah dirinya ke arah yang lebih baik. Amin