Kedua, kondisi dari orang-orang yang datang ke sana. Pada umumnya, orang-orang yang datang ke sana adalah orang-orang yang mengalami gangguan atau guncangan atau ketidak-harmonisan di dalam tubuh, emosi, kepribadian, hubungan-hubungan dan/atau aspek-aspek kehidupan yang lainnya. Kita tahu, bahwa orang yang sedang sakit, hanyalah akan memikirkan dan mementingkan (rasa atau keadaan) sakitnya itu saja, yaitu: bagaimana supaya sakitnya itu bisa segera diatasi (sembuh) atau, setidaknya, bisa berkurang. Hal-hal yang lainnya (seberapa penting, mulia dan menariknya pun itu menurut kita) bagi mereka semuanya itu sama sekali tidak berharga – karena itu, mereka sama sekali tidak akan tertarik dengannya.
Selain dari itu, mereka juga sudah sangat “direpotkan” atau telah dibuat menjadi “terlalu sibuk” oleh penyakit atau kesakitan yang dideritanya itu. Karena itu, mereka sudah tidak “sempat” untuk memikirkan hal-hal yang lainnya lagi. “Kesampingkanlah dulu semua yang lainnya itu! Tolonglah, adakah sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk bisa mengatasi sakit yang saya derita ini? Atau, setidaknya, yang bisa mengurangi sedikit saja dari penderitaan ini?” Begitulah yang akan mereka katakan atau yang menjadi sikap batin mereka pada saat sekarang ini.
Karena itu, kalau orang-orang yang seperti itu datang ke gereja, mereka sesungguhnya tidak datang ke sana karena tertarik kepada gereja atau mau mendengarkan berita atau pesan Kristen yang sebenarnya. Apa yang mereka inginkan (dan tertarik padanya) hanyalah satu hal ini saja: mendapatkan kesembuhan atau, setidaknya, pengurangan dari (rasa) sakit yang sedang mereka derita itu.
Kalau kita menggabungkan kedua hal yang sudah disebutkan di atas itu, maka dari sana kita bisa menarik kesimpulan yang seperti ini: Kedatangan mereka ke sana bukanlah karena mereka tertarik kepada gereja atau berita/pesan Kristen, melainkan karena pesan-pesan yang bersifat membangun dan membangkitkan motivasi itu -- yang disampaikan di dalam gereja-gereja itu -- adalah sangat cocok dengan situasi dan kondisi mereka pada saat ini.
Apa lagi, khususnya jika gereja tersebut adalah gereja (beraliran) Pentakosta-Kharismatik, biasanya pesan-pesan itu disertai dengan iming-iming akan menerima “berkat Tuhan” atau “mujizat dari Tuhan”. Dan, sangat sering di-klaim bahwa “mujizat-mujizat sungguh terjadi” di sana. Sekalipun, sebenarnya, jika sungguh-sungguh diperiksa, yang terjadi hanyalah sejenis sugesti massa atau penerapan – secara disadari atau tidak — teknik-teknik psikologis yang lainnya. Yang memang, jika dilakukan dengan tepat, akan dapat menghasilkan hal-hal yang menakjubkan atau kejadian yang luar biasa, yang sering disangka atau di-klaim, secara keliru, sebagai mujizat atau telah terjadinya campur tangan kuasa Allah yang supranatural.
(Saya menyadari bahwa ini adalah sebuah pernyataan yang “keras” bagi sebagian orang, khususnya bagi mereka yang berasal atau yang merupakan simpatisan dari gereja-gereja Pentakosta-Kharismatik. Perlu Anda ketahui bahwa, sebagaimana yang nantinya akan saya singgung juga di dalam buku ini, saya sendiri sebenarnya berasal dari kalangan Kharismatik. Saya juga sudah melayani dilingkungan Kharismatik selama tidak kurang dari 20 tahun. Dan, saya pun sudah juga ditahbiskan sebagai pendeta dalam wadah organisasi gereja Kharismatik yang terbesar di Indonesia sekarang ini, yaitu GBI . Tetapi, rupanya saya terbeban untuk Gereja secara keseluruhan. Karena itulah, saya menulis buku ini. Dan, selanjutnya akan di susul lagi dengan sebuah buku yang berikutnya, yang secara khusus akan membicarakan mengenai topik sekitar mujizat, sebagaimana yang juga nanti akan saya singgung di dalam buku ini).
Jadi, antara pesan yang disampaikan di sana dan (kondisi) orang-orang yang datang ke sana memang nyambung. Karena itu, tidak heran kalau kita menyaksikan sekarang ini di gereja-gereja tertentu, khususnya yang mengikuti (dan pintar memanfaatkan) trend ini, tingkat partisipasi “jemaat” di dalam setiap acara yang mereka lakukan, pada umumnya, sangat tinggi. Tetapi, seperti yang sudah kita lihat di atas, hal ini tidaklah dapat dikatakan sebagai timbulnya minat yang besar terhadap gereja pada masa sekarang ini. Sebab, minat yang timbul di dalam diri orang banyak itu sekarang ini bukanlah minat yang murni untuk atau terhadap gereja itu sendiri. Minat mereka sebenarnya dibangkitkan oleh dan ditujukan kepada pesan-pesan motivasi dan iming-iming yang diberikan di dalam gereja-gereja tertentu yang mereka datangi itu. Dengan kata lain, minat orang-orang itu sebenarnya bengkok, atau sudah dibengkokkan.