Gelora Rumah Panjang
Tara adalah seorang Ibu rumah tangga, yang cukup santun, cantik dan pandai, dia
seorang karyawati menengah yang sukses adapun suaminya Nico sangat religius dan
agak kaku; malah dapat digolongkan sangat tradisionil jalan berpikirnya.
Kehidupan Tara menjadi berubah dengan segala prubahan zaman serta kariernya,
dimana dia bekerja disebuah hotel yang bintang lima di suatu property di kota
besar dibagian dunia ini. Dengan penampilan Tara yang manis, ramah, pandai
juga sexy, Tara menjabat sebagai 'Event Coordinator Manager', adalah suatu
bagian yang memang cukup sibuk, di dunia 'Hospitality Industry' dan sering dia
harus bekerja sampai larut malam.
Didalam kehidupan social diHotel ada sebuah motto yang tak tertulis bahwa semua
orang seharusnya bantu membantu, apa bila orang pernah tidak membantu satu
bagian lain, otomatis suatu ketika dia akan kena batunya sendiri karena tidak
akan diperlakukan baik bila dia mendapat kesukaran dikemudian hari.
Motto ini dipegang teguh oleh Tara, sejak kepindahaannya dari lain
perusahaan, yang benar-benar berbeda nafas dan warna usahanya; namun dengan
cepat Tara bisa mengikuti jalur permainannya.
Namun tak mengherankan juga, cara kehidupan yang begitu erat di property
Hotel itu akhirnya mereka juga saling menjalin kasih diantara mereka, entah itu
orang dari Front house dengan Back house, manager dengan waitress nya, ataupun
chef dengan front office officernya; walaupun, ada tertulis bahwa mereka tidak
boleh saling melecehkan pegawai, dalam arti pelecehan apapun termasuk sexuality.
Banyak pegawai menyebutkan bahwa Tara adalah seorang yang sexy, menawan dan
ramah, dengan kulit 'fair' rambut panjang serta 'grooming' selalu terjaga,
tidak terlalu menyolok dalam berdandan, juga ringan tangan. Mungkin hal ini
karena dia dari Indonesia, yang terkenal dengan ramah tamah dan berbudi bahasa
halus.
Suatu saat pegawai Hotel dihebohkan dengan kejadian adanya pemerkosaan dan
pembunuhan sebelah kanan gedung property Hotel, dilakukan oleh orang lokal
yang memang tampang dan cara kehidupannya agak menyeramkan bagi yang menemuinya,
namun jumlah mereka tidak banyak, dan makin memudar.
Dengan peristiwa itu, banyak wanita pekerja Hotel itu harus di'escort' sampai
ketempat parkir atau pun tempat pemberhentian bis dimana dia harus mengambil
jalur bis menuju ke rumahnya masing2 di malam hari, oleh siapa saja yang
bertugas malam itu, bagian front office yang laki-laki, terutama Security.
Tak berbeda dengan Tara, diapun mendapat perlakuan yang sama karena sering
kali dia harus selesai jam 22 atau 22. dimana kadang dia hanya naik bis
saya menuju ke suburb dimana dia tinggal.
Disuatu malam, karena Hotel memang sedang sibuk sekali Tara harus pulang
malam, Tara menelephone pada suaminya yang sudah dirumah. "Nic, kerjaan aku
belum selesai tuh, mungkin aku sampai agak malam karena harus keluarin leaflets
dan brochures ini besok pagi?" "Biar deh aku naik bus aja ntar kamu jemput
di halte bis aja ya?" "Uchh aku juga lagi nyiapin presentasi buat besok nih
Tar, udah deh bila aku udah ngantuk ya sampai ketemu ditempat tidur aja ya",
jawab Nico. "OK deh soalnya aku belum tahu sampai jam berapa aku selesai, I
love you" "OK I love you too, anak-anak udah pada belajar kok mereka udah mo
pada bobo, udah ya muuacch!" kata Nico.
"Ya udah sampai nanti, Mmmuuachh", sambut Tara dengan agak rasa kesal. Tara
meletakkan telephonenya dan mulai bekerja kembali menyelesaikan
pekerjaannya yang menuntut penyelesaian malam itu. Jam 20 dia turun keKantin
untuk makan malam, banyak pria yang menayakan akan keberadaannya dan
menawarkan untuk panggil aja bila butuh escort. Tarapun menjawab dengan ramah
dan santai, sambil memikirkan akan makan apa yang ada dikantin, karena kadang
membuat dia bosan juga makanan ala Hotel yang itu-itu juga, terasa kurang rasa,
tidak seperti di rumah makan Indonesia atau di warung makan biasa. Akhirnya dia
cuma makan cumi yang digoreng pakai tepung dengan sayur mayur dan sedikit nasi
goreng yang memang tinggal sedikit.
Tara tak menghiraukan lingkungannya selama makan, karena ingin cepat kembali
kepekerjaannya dan pulang tak terlalu malam, rupanya ada seorang yang
memperhatikan tingkah lakunya yang agak serius setengah resah. "Banyak
kerja Tara?" Tarapun menoleh karena kaget rasanya sangat familiar dengan
suara itu. "Oh ya, kok kamu Harry, kok makan sini sih, bukannya kamu
harusnya udah pulang tadi 2 jam yang lalu." "Ya sama aku juga terjerat
kerja nih besok ada Press Release", kata "Deputy Executive Managing Director"
ini menerangkan.
Selesai kerja, Tara pergi kebawah menuju keFront Office untuk minta
"escort", kemudian seorang ditugaskan untuk mengantarnya sampai kehalte bis
menunggu sampai dia naik bis. Namun tiba tiba Harry menyahut dari belakang,
"Biar saya saja yang mengantar Tara" Maka Tarapun jadi tidak enak hati dan
menjawab, "Gak usah deh Harry biar Peter aja yang menantarku, keluargamu
menunggumu" "Ya OK deh Peter, antar Tara kepemberhentian bis, jangan
kamu pulang bila dia belum naik bis ya", godanya.
Sampai dirumah, Nico telah mengorok diperaduannya, melihat anak anaknya
udah lelap, kelihatan sangat suci sekali wajahnya dalam tidur nyenaknya. Cepat
Tarapun membersihkan diri dan masuk ke quilt menyusul Nico tidur di malam
spring yang agak sejuk itu. Mendekap Nico dari belakang, berusaha melupakan
kekesalannya terhadap Nico yang selalu agak masa bodoh.
Segera terjatuhlah Tara tertidur, namun belum pulas sekali; Nico merasa bahwa
istrinya telah berada disampingnya, segera dia membalik dan melucuti pakaian
Tara, juga dirinya sendiri. Segera dia memasukkan kemaluannya kedalam
vagina Tara.
Walaupun Tara agak capek dari kerja masih terpejam matanya, dia tak dapat
mengelak perilaku suaminya yang memang tanpa permisi dan basa basi bila ingin
menyalurkan syahwatnya, pun pula tanpa "warming up" dan cumbuan; Nico langsung
menancapkan kemaluannya dan memompanya sepuasnya, bagaikan sebuah mesin sex yang
lagi di"switch on", semua getaran badan Nico terasa dibadan Tara.
Belum juga Tara merasa mencapai pendakian birahinya, Nico telah sangat
memburu nafsunya dan deru nafasnya tak terelakkan, kemudian keluarlah air
many Nico dalam rahim Tara ,creet, cret, cret. Tarapun menjadi kaget,
karena dia masih belum separoh jalan menuju ke puncak pendakiannya dan masih
harus berkonsentrasi akan rasa gesekan penis Nico dalam relung kenikmatannya,
namun Nico telah KO, dan lunglai di dadanya.