Sekarang ini jumlah gereja sudah sangat banyak atau, lebih tepatnya, sudah kelewat banyak atau kebanyakan! Jumlah pendeta (atau yang disebut begitu), tentunya, sudah berkali-kali lipat banyaknya dari jumlah gereja yang sudah kelewat banyak itu tadi. Mengapa? Sebab, banyak juga pendeta yang tidak atau belum mendirikan/memimpin suatu gereja. Sementara itu, sekolah-sekolah teologia/kependetaan (yang jumlahnya juga sudah sangat banyak sekarang ini) terus saja "memproduksi" para pendeta baru lagi. Menurut saya, keadaan ini tidak baik, tidak sehat dan juga tidak strategis bagi kekristenan. Apakah alasannya saya berkata demikian itu? Berikut ini adalah penjelasan (yang sederhana saja) untuk itu.
1. Tidak baik: Karena dengan demikian, akan sangat sukarlah (bahkan, mustahil) untuk menjaga mutu gereja (dan pendeta) itu sekarang ini.
2. Tidak sehat: Karena keadaan yang demikian itu, mau tak mau, akan menyebabkan kita (gereja-gereja dan para pendeta) menjadi saling bersaing (secara tidak sehat) dan, bahkan saling berebut (untuk tidak mengatakan: bertempur atau berkelahi), dalam menjalankan pelayanan kita. Bukankah "wabah penyakit" yang seperti inilah yang sedang menjangkit di antara kita sekarang ini? Sampai-sampai keadaan yang sangat memalukan ini menjadi tontonan (gratis!) bagi orang luar.
3. Tidak Strategis: Karena dengan terlalu banyaknya gereja (dan pendeta) sekarang ini, hal itu menyebabkan (dengan meminjam bahasa pemasaran) "pasar" menjadi kebanjiran "produk" kita. Itulah mengapa orang-orang menjadi tidak begitu tertarik lagi terhadap "produk" kita. Sebab, dengan keadaan yang digambarkan di atas itu tadi, maka hal itu sama saja kita telah meniadakan rasa "curiosity" di dalam diri mereka terhadap "produk" kita itu.
Lalu, apakah jalan keluarnya? Ayolah, kita kurangi saja sekarang jumlah yang sudah keterlaluan atau kelewatan itu. Saya ungkapkan ini dari hati saya yang terdalam: Saya mengimbau kepada semua teman-teman yang sudah "kadung" jadi pendeta atau menjadi "full-timer" dalam pelayanan, kalau Anda tidak begitu pasti bahwa Anda benar-benar dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi pendeta atau untuk menjalani pelayan "full-time" tersebut, lepaskan sajalah hal itu! Biarkanlah Tuhan yang berurusan dengan orang-orang tertentu, yang memang dipanggil oleh-Nya untuk menjalankan pelayanan-pelayanan "full-timer" itu. Dan, camkanlah ini: Anda tidak diminta untuk memikul "kuk" buatan Anda sendiri, tetapi yang Yesus katakan adalah: "pikullah kuk yang Kupasang" (Mat 11). Jadi, Anda hanya berkewajiban untuk memikul "kuk" yang memang dipasangkan oleh Yesus (kepada Anda) saja. Selanjutnya, mulailah merintis suatu pekerjaan atau profesi yang memang lebih sesuai untuk Anda. Dan, sangat mungkin, dengan peralihan tersebut, Anda justru akan menjadi lebih "produktif" lagi bagi Tuhan (dan "pekerjaan Tuhan" di bumi ini).
Saya menulis begini, karena sudah melakukan dan membuktikan sendiri mengenai hal ini. Selama belasan tahun saya melayani secara "full-timer". Dan, 10 tahun terakhirnya saya menjadi pendeta yang menggembalakan jemaat. Namun demikian, untuk singkatnya, saya sudah melepaskannya pada tahun 2007 yang lampau. Tetapi, saya masih tetap bisa melayani (memberikan kontribusi terbaik saya bagi kemajuan kekristenan/Kerajaan Allah) dan, sungguh, menjadi lebih produktif sekarang ini. Terpujilah Tuhan! Bagaimana tanggapan Anda?