Kita baru saja merasa girang teramat sangat, ketika Cik Noordin tewas..
Itu sebuah prestasi besar dari Kepolisian Republik Indonesia..
Pak Bambang sumringah.. Presiden banyak senyum..
Ucapat selamat atas keberhasilan datang dari seluruh penjuru..
Sungguh sebuah situasi yg langsung menghilangkan kesan buruk Polri selama ini..
Semua keburukan (salah tangkap, sikap kasar dijalanan dll) seolah termaafkan..
Tapi ternyata kekaguman kita tidak berlangsung lama..
Semua rasa hormat kita hilang dalam sekejap, hanya karena sikap ceroboh petingginya !
Sikap yg ditunjukkan para Perwira di jajaran Kabareskrim.. yg baru saja dielu-elukan itu..
Seandainya, Polri punya "public relation" yg hebat.. pasti semua itu tidak terjadi..
Kini, tidak bisa dipungkiri.. Polri jatuh ketitik terendah dalam kepemerintahan SBY.
Semua orang bicara tentang Bibit dan Chandra.. semua Stasiun TV dan Radio bicara proses penangkapan.
Begitulah.. akhirnya wibawa Polri dipertaruhkan ditangan Susno, Dikdik dan Nanan..
Ketiga Pati inilah yg tidak mampu menahan emosi dan bicara berapi-api soal penahanan itu..
Sangat kontras dengan BHD yg masih mampu tetap tersenyum.. ketika ada pertanyaan nakal dari wartawan.
Bahkan SBY pun tidak mampu menyembunyikan raut wajahnya, ketika ditanya wartawan di istana.
Apa yang salah dari ketiga Pati Polri itu?
Mereka terlihat kurang bisa menahan diri, dan tidak mumpuni dibidangnya.. seharusnya jangan bicara !
Mereka berulang kali meminta jangan menganggap penangkapan itu adalah karena dendam..
Janganlah mengait-ngaitkan penangkapan dengan persoalan rekaman.. dsb..
Pak Dikdik menganggap penahanan adalah hak Polisi !
Kecerobohan yg seharusnya tidak terjadi, adalah:
Berubah-ubahnya tuduhan terhadap Bibit dan Chandra..
Malah tuduhan terakhir adalah, kasus penyuapan dan pemerasan !
Coba cermati kasus yg dituduhkan terakhir (menerima suap dari Anggodo)
Anggodo menyerahkan uang dari Anggoro kepada mereka berdua..
Herannya, mengapa yg dituduh menerima langsung ditahan..
Sementara yg mengaku memberikan (anggodo) malah bebas ?
Bukankah yg memberikan dan yg menerima sama-sama bersalah?
Itu sangat aneh..
Mereka tidak ingin dikait-kaitkan.. tapi sepanjang keterangannya, adalah tentang rekaman..
Tentang hukuman yg lebih 5 tahun.. tentang konferensi pers.
Bolak balik, minta agak kita tidak mengaitkan penangkapan dan rekaman.
Kalau memang tidak berkaitan dengan itu semua, ngapain bolak-balik dikatakan soal itu?
Ada lagi pernyataan, bahwa soal penangkapan adalah hak Polisi ! benarkah demikian?
Mana ada soal penangkapan adalah masalah hak, penangkapan adalah kewajiban bila dianggap perlu.
Tidak ada hak polisi, malah yg ada.. adalah hak setiap orang untuk bebas !
Dari sedikit pendapat saya itu, jelas memperlihatkan ketidak mampuan pejabat tsb menangani masalah..
Sangat disayangkan, martabat Polri dipertaruhkan pada pundak ketiga orang itu.
Seandainya, Pak BHD menempatkan orang yg sesuai (public relation yg handal)
Maka persoalan penangkapan tsb, tidak akan merusak citra yg sudah sedemikian baik itu jadi hambar.
Ibarat pepatah: Panas setahun dihapus Hujan sehari !
Saya menulis pendapat ini, karena tahu persis bahwa Pak BHD tidak seperti itu..
Saya kenal dekat sosok beliau.. bagai mana kelembutan sikapnya pada semua orang.
BHD adalah sosok Polisi yg amat sangat manusiawi, hanya saja.. kali ini salah memilih orang yg tepat !