Sengaja saya membahas masalah iblis dalam tradisi Islam pada thread ini baik secara eso dan eksoteris. saya berharap teman-teman dari berbagai latar belakang bisa memberikan pendapat dan masukan mengenai sosok iblis. Saya menganggapnya unik dan menarik untuk didiskusikan, secara gamblang ia adalah ikon kejahatan hingga akhir zaman tetapi juga sekaligus sosok yg misterius, cendikiawan, sebagian pemikir Islam berpendapat ia merupakan teladan monotheis sejati, yang dalam apologianya menyatakan : ia tidak lain adalah korban takdir Tuhan, walaupun dijanjikan penderitaan dan ancaman siksa yang kekal ia tetap melakukan tugasnya menggoda anak cucu Adam seterunya, yang membuatnya mengalami kejatuhan.
Iblis adalah streotip individu yang menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam yang dianggapnya tidak lebih dari segumpal lempung. Konsekuensi dari prinsipnya ini iblis dikucilkan, mendapat predikat sombong dan secara eksplisit mengemban tugas menggoda keturunan Adam hingga akhir zaman. Iblis merupakan golongan jin (QS Al-Khahfi), seorang ahli ibadah dan luas pengetahuannya akan Tuhan. Sebagian pendapat menyebutkan iblis diciptakan jauh sebelum penciptaan manusia dan ribuan tahun menyembah Allah SWT serta mencapai derajat yang tinggi dalam perbendaharaan ilmu sehingga sewaktu Adam diperkenalkan ia berada dibarisan malaikat namun menolak sujud setelah diperintahkan oleh Allah.
Iblis dapat masuk kedalam darah anak-anak Adam dan mempengaruhi kecendrungan kepada keburukan. Tetapi iblis tidak pernah diberi kekuasaan mutlak atas manusia; ia dapat membohongi dan menggoda, seperti yang ia lakukan terhadap Adam, tetapi manusia mempunyai kemungkinan untuk melawan godaannya. Nabi Muhammad SAW berkata bahwa seytan yang diperintahkan untuk menggodanya telah menjadi muslim. Namun secara menyeluruh, streotip iblis merupakan pengaruh buruk, musuh utama umat manusia dan simbol kejahatan di bumi..
Salah sebuah aspek yang menarik dari psikologi Islam esoteris (sufi, pelaku mistik Islam) punya pendapat lain. Iblis merupakan tokoh sentral dalam kisah penciptaan seperti yang diceritakan dalam Qur'an (surah 2-34). Beberapa kalangan mistik bersimpati terhadap sosok Iblis, satu diantaranya adalah Al-Hallaj berpendapat hanya ada dua monotheis sejati, Muhammad SAW dan iblis. Dalam teori Al-Hallaj, iblis menjadi "lebih monotheis dari pada Tuhan sendiri" dengan menolak sujud dihadapan Adam padahal ada perintah yg jelas dari Allah. Al-Hallaj menterjemahkan hal tersebut dalam sebuah kwatrin sajaknya "Pemberontakanku berarti memaklumkan Kau Kudus".
Tentu saja Iblis telah membaca dalam Lauh al_Mahfuz bahwa suatu makhluk akan dikutuk Tuhan,namun tanpa prasangka sama sekali kalau makhluk tersebut adalah ia sendiri, iblis meratap dan mengeluh tentang tipu muslihat Tuhan yang sudah bermaksud mengutuknya sejak dari kekekalan dan menjadikan Adam sebagai alasan kejatuhannya tanpa memberikannya pilihan yg lebih baik. Tradisi tentang pendapat ini ditulis oleh Sana'i.
Ulama sejaman Sana'i, Ahmad Ghazali lebih jauh lagi berpendapat, "siapa yang tidak belajar tauhid dari iblis adalah kafir" (kitab al-qussas wal-mudhakkirin, Ibn-al-Jawzi). Pendekatan lainnya dilakukan oleh Fariduddin Attar dalam komentar-komentar tulisannya, ia berpendapat iblis sebagai monotheis dan kekasih yang sempurna, yang sekali dikutuk Tuhan, menerima kutukan ini sebagai suatu kehormatan "dikutuk oleh-Mu, bernilai seribu kali lebih bagiku dari pada memalingkan muka dari-Mu. Beberapa abad kemudian, seorang Yahudi yang beralih ke tasawuf (dihukum mati 1661) di Mogul India menyerukan, "Pergilah, belajarlah cara pengabdian dari iblis. Pilih salah satu qibla dan janganlah kamu bersujud di hadapan apa saja".
Kalau merujuk konsep diatas, menurut saya sosok iblis cenderung mengingatkan kita akan konsep takdir qadha dan qadar dalam Islam ketimbang memojokkan fungsi iblis sebagai kambing hitam dari segala sesuatu yg jahat, bukankah semua hal berasal dari hadirat Tuhan. Iblis merupakan sosok makhluk yg taat beribadat dalam tujuannya mendekatkan diri kepada Tuhan, ribuan tahun ia lakukan hal tersebut guna memperoleh kedudukan yg tinggi disisi-Nya tetapi takdir Tuhan menentukan hal yg berbeda. Mungkin ini kritik bagi orang-orang yg beribadah hanya karena menginginkan sesuatu, bukan karena mengejawantahkan kemahamutlakkan eksistensi dan kekuasaan-Nya.
Kalau ada pendapat yg lain, silahkan ditambahkan dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.