karena g muat jadi ku potong ya....
Seperti kerajaan-kerajaan lainnya, Negeri Sembilan telah memiliki sistem pemerintahan yang teratur meskipun baru terbentuk setelah runtuhnya kerajaan Melayu Melaka dan Johor.
Raja Melewar berasal dari Minangkabau diangkat pada tahun 1773 oleh Datuk-datuk Penghulu Luak (waktu itu belum bergelar Undang) di Kampung Penajis, Rembau. Sebelumnya Negeri Sembilan berada di bawah pemerintahan Sultan Johor, tetapi Luak-luak di Negeri Sembilan ada di bawah perintah Penghulu masing-masing dengan dibantu oleh Lembaga dan Buapak. Sistem pemerintahan negeri dapat dikatakan satu pemerintahan yang bercorak demokrasi yang berbentuk tear system. Dikatakan dalam sebuah ungkapan,
suatu saat anak buah menjadikan Bapak
suatu saat Bapak menjadikan Lembaga
suatu saat Lembaga menjadikan Penghulu
suatu saat Penghulu menjadi Raja'
membuktikan atas kebenaran ini. Sedangkan sistem pentadbiran pula turun dari atas yaitu Raja, Penghulu, Lembaga dan Buapak. Buapak yang memiliki anak buah menyampaikan segala perintah. Itulah yang disebutkan dalam perbilangan adatnya: 'Berjenjang naik, bertangga turun'.
Setelah penjajah Inggris mencampuri pemerintahan, maka berlakulah berbagai-bagai perkara yang tidak diingini "pecah-pecah dan perintah" yang menjadi permainan penjajah itu telah digunakan dengan bijaksana oleh penjajah Inggeris. Akhirnya Sungai Ujung dan Jelebu terpaksa menerima seorang Residen British, kemudian diikuti oleh Rembau manakala Seri Menanti telah kalah berperang dengan Inggeris yang dibantu oleh Penghulu Syed A.Rahman Sungai Ujung pada tahun 1874M.
Nama Negeri Sembilan sekarang ini diambil dari nama 'Sembilan Negeri' yang diketuai oleh 'Sembilan Penghulu' yang menabalkan Raja Melewar. Perkataan 'Negeri' di pangkal huruf 'Sembilan' itu diambil dari istilah yang lazim dipakai di tanah leluhur Minangkabau yang membawa pengertian satu kawasan atau daerah yang kira-kira seluas luak (luhak) atau mukim atau kampung, orang-orang Minangkabau memanggil dengan nama 'negeri' (Bahasa Minangkabau: nagari).
Sebelum negara mencapai kemerdekaan seperti halnya negeri-negeri Melayu yang lain, Negeri Sembilan adalah sebuah negeri yang dijajah sejak Yamtuan (Yang Dipertuan) Antah, dikalahkan dalam perang Bukit Putus pada tahun 1874. Resminya Negeri Sembilan bernaung di kekuasaan Kerajaan Inggris (protektorat), dan diperintah oleh Pesuruhjaya Tinggi British (British High Commissioner).
Negeri ini memiliki bendera sendiri, lagu kebangsaan sendiri seolah-olah menggambarkan sebagai sebuah negeri yang berdaulat. Baik Pesuruhjaya Tinggi Inggeris yang berkantor pusat di Singapura itu, Residen British atau pegawai-pegawai daerah yang semuanya Inggeris dalam surat menyurat dengan DYMM, Datuk-datuk Undang, Penghulu malah dengan Datuk-datuk Lembaga pun mereka membahasakan dirinya dengan perkataan 'beta' dan 'sahabat beta', artinya mempunyai taraf yang sama.
Tetapi kalau kita meneliti perjanjian yang dikatakan persahabatan di antara British di satu pihak dengan Raja dan Undang di pihak lain ada disebutkan disitu, bahwa kerajaan British berhak meletakkan seorang Pegawai British, yang dipanggil 'British Resident' untuk memberikan nasihat dalam bidang pemerintahan yang mesti dipatuhi kecuali yang mengenai agama dan adat istiadat.
Untuk menjalankan pemerintahan dalam negeri, yang dikatakan bersahabat itu, kerajaan British telah membentuk sebuah majlis pentadbiran yang disebut 'Dewan Keadilan dan Undang. Anggotanya terdiri dari DYMM Yang DiPertuan Besar sebagai Pengerusi, Resident British, Datuk-datuk Undang yang Ampat, Tunku Besar Tampin, Tunku Besar Seri Menanti, Datuk Shahbandar dan seorang ketua kaum Tionghoa, sementara seorang pegawai Inggeris menjadi setiausahanya (sekretaris).
Dewan ini memiliki kekuasaan membuat undang-undang dan peraturan. Ia dapat diandaikan seperti Exco sekarang, yang berbeda Exco tidak memiliki kekuasaan membuat undang-undang. Meskipun dikatakan 'Dewan Keadilan' yang dipengerusikan oleh DYMM itu berkuasa membuat undang-undang dan menjadi pusat cucuran tadbir pemerintahan negeri tetapi nasihat Residen British hendaklah diterima dan dipatuhi. Kebijaksanaan diplomasi Inggeris yang lunak di sebalik menggunakan perkataan 'nasihat' tidak 'perintah' itu menjadikan orang-orang Melayu termasuk orang-orang besar kita khayal dibuai dalam mimpi-mimpi indah yang tidak ramai di antara kita yang menyadari 'mulut disuap pisang, buntut dicangkuk duri'.