Namun sayang, ada gereja yang mengembangkan paham inerrancy (to err = berbuat salah), yaitu paham yang mengajarkan bahwa Alkitab tidak dapat salah, sehingga segala macam pernyataan ilmiah maupun non-ilmiah yang bertentangan dengan Alkitab tidak dapat diterima.
GKI menolak paham inerrancy karena mempertentangkan secara langsung antara Alkitab dengan ilmu yang senantiasa berkembang. Sejarah membuktikan bahwa ketika gereja memiliki sikap yang keliru terhadap Alkitab, yaitu menentang segala pernyataan yang bertentangan dengan Alkitab, maka tindak kekerasanlah yang muncul. Misal: Galileo Galilei mengemukakan teori bahwa bumi itu bulat, tidak datar seperti yang dipahami Gereja pada waktu itu; Nicolaus Copernicus mengemukakan teori heliosentris (matahari/helios sebagai pusat tata surya), berbeda dengan yang dipahami Gereja pada waktu itu, yakni geosentris (bumi/geos sebagai pusat tata surya). Kedua ilmuwan itu lantas diekskomunikasi (dikeluarkan dari Gereja) bahkan dijatuhi hukuman mati, hanya gara-gara menyatakan pandangan yang berbeda dengan Alkitab.
Memang Alkitab mengandung pengetahuan, namun ia terbatas oleh situasi ketika ditulis. Lagipula Alkitab bukanlah buku ilmu pengetahuan, tetapi buku kesaksian iman.
Ilmu pengetahuan-> bagaimana sesuatu terjadi
Alkitab-> mengapa sesuatu terjadi
Ilmu pengetahuan yang ada, seperti arkheologi, sosiologi, sejarah, bahasa dsb. justru dapat menolong kita dalam upaya memahami Alkitab. dengan demikian pesan Alkitab dapat kita terima dengan jelas dan utuh, misalnya: lobang jarum (Mat. 19). Apa artinya lobang jarum itu? Jika dipahami secara harfiah, ucapan Yesus dalam Injil tsb., tentu sangat mustahil. Bagaimana mungkin seekor unta dapat masuk lobang jarum? Syukurlah, lewat arkheologi kita dapat mengetahui bahwa lobang jarum itu menunjuk pada pintu kecil yang ada di sebuah gerbang besar kota (bnd. pintu kecil untuk pejalan kaki di pintu gerbang perumahan dengan sistem kluster).
Dari pemahaman di atas, hal yang perlu kita camkan adalah:
* Sekalipun ada keterbatasan dalam Alkitab (dikarenakan konteks yang terentang kl. 14 abad), kebenaran dan kesaksian Alkitab melampaui ruang dan waktu.*
KANONISASI
Dari pemaparan di atas, kita dapat melihat bahwa Alkitab muncul setelah melalui proses penulisan. Penulisan itu sendiri tidak sekali jadi, tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama. Perjanjian Lama sendiri membutuhkan waktu k.l. 1000 tahun dalam penulisannya. Itu dikarenakan setiap kitab muncul pada zaman dan tempat yang berbeda-beda. Setiap kitab biasanya memuat keprihatinan atau menjawab kebutuhan umat. Intinya adalah kesaksian iman Israel. Bukan iman yang mengambang, tetapi yang nyata dalam keseharian hidup mereka. Iman mereka diuji ketika mengalami berbagai persoalan hidup. Dan pada akhirnya mereka mengakui bahwa campur tangan Allah bisa dialami lewat peristiwaperistiwa alam dan keseharian mereka.
Dari iman yang mereka hayati ini, mereka menceritakan secara lisan kepada anak-cucu mereka (bnd. Ul. 6-9). Dari tradisi lisan/cerita ini, beberapa orang mulai membuat catatan dan menuliskannya. Di sinilah proses perumusan dan penulisan kitabkitab mulai berlangsung. Dengan adanya catatan tertulis proses pewarisan iman dari satu generasi ke generasi berikutnya terjamin, karena pewarisan tidak hanya dari mulut ke mulut (tradisi lisan/cerita). Di sinilah muncul pola penulisan kitab-kitab suci: dari penghayatan iman ke pengungkapan iman, yaitu perumusan dan penulisan.
Dalam penulisannya, selain memanfaatkan tradisi lisan, ada juga sumber-sumber lain yang dijadikan rujukan oleh para penulis kitab2 PL (pola yang sama digunakan juga dalam penulisan kitabkitab PB), misalnya: "Buku Peperangan Tuhan" (Bil. 21); "Kitab Orang Jujur" (Yos. 10, 2 Sam. 1); "Kitab Riwayat Salomo" (1 Raj. 11), "Kitab Sejarah Raja-raja Yehuda" (1 Raj. 14, 2 Taw. 16), dsb.
Kitab-kitab yang ditulis itu kemudian disusun menjasi satu. Proses penyusunan kitab-kitab menjadi satu disebut kanonisasi (Yun: canon= batang pengukur, patokan). Jadi, kanon adalah sesuatu yang sudah diukur, dipatok. Jumlahnya dianggap sudah cukup, tidak perlu ditambah / dikurangi.
Kata "perjanjian" dalam Alkitab PL, mencerminkan isi dari "PL" itu sendiri, yaitu perjanjian Allah dengan Israel, di mana Allah adalah Allah Israel dan Israel menjadi umat Allah (Kel. 6-6). Nama "perjanjian" baru muncul pada zaman Gereja Perdana.
Lanjut . . . . . .