Sudah sejak 13 tahun yang lalu Gereja Kristen Jawa (GKJ) Manahan Solo mengadakan program Nasi Murah Peduli Kasih yang dilaksanakan setiap bulan Ramadhan berlangsung, setiap hari selama sebulan penuh. Program ini setiap tahun selalu mendapat perhatian dari media, mulai dari radio BBC, MetroTV, SCTV, TransTV, dan stasiun televisi yang lain.
Di dalam melaksanakan program ini, panitia memasak sendiri makanan yang akan dijual kepada para saudara kita yang kurang mampu. Tukang becak, buruh bangunan, dan berbagai jenis profesi yang lain cukup menyediakan Rp.500,- untuk bisa mendapatkan segelas teh hangat manis, semangkuk kolak pisang, dan semangkuk nasi yang setiap hari menunya berubah-ubah. Terkadang mereka bisa menyantap nasi soto, nasi timlo solo atau juga menu yang lain. Jika ditaksir secara fair, maka paket yang mereka dapatkan seharusnya setara dengan Rp.5.000,-.
Membeli dengan sepersepuluh harga pasaran bisa jadi memang sudah tidak bisa dikatakan diskon lagi. Mungkin lebih tepat dikatakan hibah, bonus, atau pemberian. Tetapi ternyata tidak demikian yang ada dalam pikiran para pembeli ini. Sukirno, seorang tukang becak asal Semanggi Solo bahkan menyatakan bahwa dirinya merasa dihargai karena untuk mendapatkan makanan ini bukan dengan cara gratisan. ”Saya membeli kok, bukan meminta-minta. Saya merasa dihargai,Mbak.” Mungkin konsep demikian yang membedakan dengan program-program acara serupa, misalnya buka bersama gratis.
Tetapi sayang sekali, tahun ini pelaksanaan program yang bertujuan untuk mewujud-nyatakan toleransi antar-umat beragama ini harus tersendat jalannya ketika pihak Poltabes Surakarta datang menemui panitia dan Pendeta GKJ untuk meminta mereka menghentikan program nasi murah tersebut. Pihak Poltabes Surakarta mengatakan bahwa pihak kepolisian mendapat banyak masukan dan desakan agar segera menghentikan program tersebut yang dikhawatirkan bisa menimbulkan isu kristenisasi.
Ingin menuntut kejelasan dari perintah penghentian tersebut maka pihak GKJ menuntut pertemuan dengan pihak kepolisian untuk mengetahui permasalahan lebih lanjut. Hasil pertemuan antara pengurus GKJ Manahan dengan Kasat Intelkam Poltabes Surakarta, Jumat (28/8/2009), adalah menghentikan program yang telah berjalan selama 13 tahun setiap bulan Ramadhan tersebut, dengan alasan agar dapat menjaga dan memelihara kondusivitas karena ada sejumlah elemen masyarakat yang tidak menyetujui program nasi murah tersebut.
Pihak gereja diwakili Pendeta Ratna Ratih, J Soeprapto (mantan Wakil Walikota Surakarta) dan Tumiriyanto (aktivis LSM di Solo) terpaksa menyepakati (atau lebih tepatnya mematuhi) hasil diskusi (atau lebih tepatnya perintah sepihak) dari Kasat Intelkam Poltabes Surakarta. Bahkan pihak kepolisian mendesak untuk segera menghentikannya sore itu juga (Jumat, 28/8/2009), tetapi pihak GKJ tidak dapat memenuhinya karena semua masakan yang akan dihidangkan sore itu sudah matang. 500 paket minum, kolak, dan nasi timlo sudah siap dijual kepada masyarakat marginal.
Jumat petang memang acara penjualan paket hidangan buka tersebut tetap diadakan. Bahkan acara tidak lagi diadakan di dalam gedung gereja ( di dalam gedung serba guna ) seperti biasanya, melainkan diadakan di depan gereja yaitu di jalur lambat Jalan MT Haryono Solo.
Seperti hari-hari sebelumnya, setiap pembeli yang datang harus membayar Rp 500 untuk mendapatkan minuman pembuka, teh, nasi dan lauk. Menu petang ini adalah masakan khas Solo, yaitu timlo. Panitia menyediakan 500 porsi, langsung ludes.
Kepada seluruh hadirin, Pendeta Ratna Ratih mengumumkan bahwa hari ini adalah hari terakhir program nasi murah itu diadakan. Kepada hadirin, dia juga menyatakan bahwa program tersebut terpaksa dihentikan karena mendapat teguran dari pihak kepolisian. Kepada wartawan, dengan bergurau Pendeta Ratih menyatakan ini adalah perjamuan terakhir. Selanjutnya dengan mimik serius dia mengatakan akan mengupayakan bentuk-bentuk lain untuk mengungkapkan rasa kerukunan beragama dan santunan kemanusiaan bagi warga tidak mampu.
Akhirnya, pada hari Sabtu (29/08/09), pihak GKJ Manahan benar-benar menghentikan program nasi murah ini. Meskipun sehari sebelumnya sudah diumumkan bahwa mulai esok hari program tersebut akan dihentikan, tetapi kenyataannya pada hari Sabtu masih banyak masyarakat yang datang untuk membeli nasi murah. Bisa jadi mereka gambling untung-untungan, siapa tahu masih tetap berjualan, atau mungkin pada waktu diumumkan penghentian itu mereka tidak mendengar/tidak datang.