2000 tahun yang lalu
Seorang pemuda berwajah rupawan tinggal di sebuah desa yang sangat gersang. setiap hari dia berangkat ke pasar untuk memenuhi kebutuhannya yaitu air minum. namun ia selalu menghindari jalan raya yang biasa dilewati orang-orang, bukan karena malu atau terpaksa namun ia sengaja demi menghindari pujian yang berlebihan dari orang yang memujinya dan menghindari rasa iri dari orang yang membencinya. suatu akhlak yang tidak biasa padahal untuk memenuhi kebutuhan pribadi tetapi dia tetap menjaga kualitas hati orang lain. begitulah setiap hari ia rela melewati jalanan sepi di belakang desa, ia akan menggulung celananya untuk melompati sebuah parit, ia juga harus mengecilkan perutnya manakala melewati jalanan sempit diantara bebatuan.
Suatu hari sesampai di pasar persediaan air minum yang biasa dia beli sudah habis, yang tersisa hanya sebotol soda. karena tidak mendapatkan air minum yang dicari dan belum pernah minum soda sipemudapun memutuskan pulang meski dalam keadaan haus. sepanjang malam ia tidak bisa tidur, rasa haus menyerangnya ditambah pertanyaan kemungkinan apa yang akan terjadi jika ia minum soda tersebut.
Dini hari menjelang subuh sipemuda berangkat kepasar dan berharap air minum yang dicari sudah ada. iapun menapaki jalan yang sama yang dilaluinya selama ini. namun nasib berkata lain sipenjual minuman masih memberikan jawaban yang sama bahwa air minum sudah habis dan yang tersisa hanya sebotol soda. Takut dehidrasi sipemudapun memberanikan diri membeli soda tersebut dan langsung meminumnya. Aghhhhh.. lega rasanya ternyata selain menghilangkan rasa haus soda tersebut memberikan perasaan riang luar biasa. wajah pemuda berseri-seri, seluruh tubuhnya seakan mengeluarkan cahaya. sipenjual minuman merasa takjub dan tak sadar menundukkan dirinya dihadapan sipemuada. ternyata soda tersebuat bukan soda biasa, soda tersebut adalah soda gembira.
Tidak berapa lama seluruh pasar gempar, cerita tentang pemuda bercahaya menjadi pembicaraan hangat.
1500 tahun yang lalu
Batas antara desa dan pasar sudah samar karena pembangunan yang begitu pesat, desa si pemuda telah menjadi tujuan wisata spritual. jalanan yang biasa dilalui si pemuda menjadi favorit para turis. kepala desa melihat peluang usaha, jalanan kecil dipugar dan dihias sedemikian rupa. brosur-brosur dicetak besar-besaran. seluruh penduduk desa menjadi makmur, tourist guide, menjual cendramata, menjual buku-buku tentang seluk beluk jalanan menjadi pekerjaan utama mereka.
1000 tahun yang lalu
Cerita tentang jalanan yang di tempuh si pemuda sudah melegenda, tak bisa dihindari kepadatan penduduk dan laju pembangunan telah merambah ke jalanan yang dilalui si pemuda. di atas jalanan itu telah dibangun mall-mall dan tempat-tempat hiburan untuk umum. desa telah berubah jadi kota.
Tak ingin kehilangan kebanggaan leluhur kepala desa memerintahkan kepada semua penduduk untuk membuat parit dan meletakkan dua buah batu di depan rumah masing-masing. dan penduduk dengan senang hati melakukannya. kepala desa juga memerintahkan untuk menerbitkan buku-buku perihal parit dan dua buah batu tersebut.
500 tahun yang lalu
generasi sudah berganti, namun tiap rumah masih menjaga tradisi parit dan batu dengan serius.
bagaimana menggali parit dan memelihara batu menjadi pelajaran utama di sekolah-sekolah. pernah seorang siswa menanyakan perihal parit dan batu ini kepada gurunya dan dia langsung dipecat dan dianggap kafir.
sekarang (ini yang bikin saya bingung:, sedih :( , jengkel: :)
-parit dan keberadaan batu menandakan keimanan seseorang
-jika tidak bisa melewati parit dan celah batu, tidak akan masuk sorga
-meletakkan jembatan di atas parit atau tidak meletakkan batu di depan rumah, dianggap kafir
-bicara tentang jalan sempit yang dilalui pemuda, dianggap menyimpang dan sesat
-bicara tentang soda, wahhhhhh... akan dianggap murtad dan menduakan tuhan.
lamzay