Siklus badai matahari itu oleh para astronom diberi nomor untuk memudahkan pengenalan. Siklus yang akan terjadi pada 2012-2013, misalnya, diberi nomor 24. Pada saat itu, kata Thomas, belum tentu intensitas ledakan paling kuatnya terjadi pada tahun itu juga, tapi bisa jadi sebelum atau sesudah puncak siklus tersebut.
Thomas mencontohkan siklus 23 puncak badai matahari yang terjadi pada tahun 2000. Ledakan terbesarnya justru terjadi tiga tahun kemudian. Pada rentang Oktober-November 2003 memang terjadi badai matahari yang sangat kuat, yang menyebabkan komunikasi sejumlah satelit terganggu.
Menurut Thomas, badai matahari itu baru menjadi persoalan jika ledakannya mengarah ke bumi. Saat itu, kata dia, bukan hanya satelit yang mengangkasa di orbit bumi yang terganggu. Bumi pun mengalaminya.
Saat ledakan matahari mengarah ke bumi, partikel berenergi tinggi yang ikut terlontar menyusup masuk bumi mengikuti arah medan magnet bumi dari kutub utara dan menyebar memasuki atmosfer. Insiden itu pernah dilaporkan pada saat siklus 22 pada 1989. Kala itu transformator (trafo) pembangkit listrik di Quebec, Kanada, terbakar dan sesaat kemudian listrik yang memasok kebutuhan 6 juta penduduk di sana padam selama 9 jam.
Partikel matahari itu, kata Thomas, menyebabkan induksi pada trafo. Induksi, atau peningkatan muatan listrik tiba-tiba, membakar trafo secara masif sehingga jaringan listrik mati total. Menurut Thomas, sejauh ini, belum ada laporan pengaruh badai itu pada peralatan elektronik selain trafo listrik.
Thomas menjelaskan penyusupan partikel matahari itu paling banter hanya mampu memasuki wilayah bumi yang berada di lintang tinggi, di atas 60 derajat. Pada kondisi ekstrem, trafo listrik di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia bakal terancam langsung oleh induksi akibat partikel itu.
Pengaruh langsung itu bahkan belum pernah dilaporkan terjadi di wilayah lintang menengah. Indonesia, yang berada di jalur ekuator, hanya akan mengalami akibat tidak langsungnya. Kalaupun ada, itu terjadi pada satelit milik Indonesia. "Itu pun kalau operator satelit kita tidak mengantisipasinya," kata Thomas.
Ledakan matahari kini sudah menjadi perhatian dunia. Sejumlah satelit telah diluncurkan khusus untuk mengamati ledakan ini. Informasi ledakan juga disebar secara terbuka di Internet, sehingga operator satelit, misalnya, dapat segera mengendalikan satelitnya pada posisi stand-by, kondisi minimum untuk menekan dampak badai.
Chatief Kunjaya, asisten profesor di Departemen Astronomi Institut Teknologi Bandung, membenarkan bahwa catatan mengenai gangguan akibat badai matahari ini sebatas pada gangguan sistem satelit hingga padamnya listrik. "Selama ini, tidak pernah menimbulkan bahaya langsung di kehidupan manusia," katanya.
Gangguan komunikasi, kata Chatief, ada kemungkinan bakal mendominasi efek badai matahari. "Gangguan yang dulu tidak terlalu kentara itu kini bakal terasa seiring dengan meningkatnya penggunaan telepon yang mengandalkan jaringan satelit," katanya.