Siapa yang tidak pernah mengalami rindu ? Setiap insan manusia yang pernah hidup di dunia ini pasti pernah merasakan perasaan rindu akan sesuatu. Apalagi bagi pasangan yang sedang memadu kasih (pacaran), biasanya hampir setiap saat merindukan untuk bertemu sang pujaan hati. Satu hari nggak ketemu si dia, oh rasanya seperti sudah setahun lamanya tidak berjumpa. Tahukah Anda saat ini kita sebenarnya juga sedang ‘pacaran’ dengan Tuhan? Kita semua yang telah ditebus oleh darah Kristus merupakan mempelai-mempelai wanitaNya Kristus. Pada satu waktu sang mempelai pria yaitu Yesus Kristus akan datang untuk menyunting kita semua sang mempelai wanitaNya.
Akan tetapi, marilah kita jujur bahwa seringkali yang kita rindukan dalam hidup ini bukanlah Tuhan. Pada waktu baru bertobat memang biasanya kita semua dipenuhi oleh kasih mula-mula sehingga begitu rindu dan bersemangat untuk ketemu Tuhan namun seiring dengan berjalannya waktu kita pasti akan mengalami masa-masa kering dalam kerohanian.
Kebanyakan yang kita rindukan itu adalah mimpi-mimpi yang ingin kita capai dalam hidup ini mungkin itu berupa karir, menikah, punya anak atau bagi anda yang seorang gembala gereja mungkin memiliki mimpi rohani seperti gereja anda yang bertumbuh. Kita bisa saja setia saat teduh lewat doa dan pembacaan Firman setiap hari namun kegiatan tersebut bisa jadi hanya berupa kewajiban bukan kesukaan bagi kita ( meski begitu tetaplah disiplin saat teduh).
Banyak mimpi-mimpi yang pernah saya impikan tidak atau belum menjadi kenyataan dan hal itu sungguh menyakitkan bahkan kadang menghancurkan hati saya. Kadang saya bertanya-tanya, mengapa Tuhan tidak atau belum mengijinkan mimpi-mimpi tersebut terwujud? Sekarang ini saya sadar bahwa mengapa Tuhan mengijinkan banyak mimpi-mimpi saya mengalami kegagalan sebab itu bukanlah hal terbaik yang Ia ingin berikan kepada saya.
Walaupun dulu saya berpikir jika impian-impian tersebut dapat terwujud maka saya akan bahagia namun Tuhan tahu bahwa tanpa terlebih dahulu saya diproses maka seandainya impian tersebut terwujud tetap tidak akan membahagiakan saya. Tuhan membawa saya terlebih dahulu mengalami kegagalan dan kehancuran impian untuk membawa saya kepada pengharapan yang sejati yaitu untuk menemukan kebahagiaan melalui keintiman dalam hubungan dengan Tuhan.
Mimpi-mimpi yang saya pikir bisa membahagiakan jiwa saya sebenarnya hanya sebuah fatamorgana (tipuan) sebab sebenarnya jiwa ini hanya dapat dipuaskan melalui kasih dari hubungan intim dengan Tuhan. Hanya air kehidupan yang mengalir dari hadiratNya yang dapat memberikan sukacita dan kepuasan sejati bagi jiwaku. Sama seperti pemazmur saat ini saya dapat bernyanyi dari hati karena memang mengalaminya yaitu seperti rusa merindukan sungai demikianlah jiwaku rindu kepada Allah.
Memiliki impian itu sesuatu yang baik sebab bila kita tidak bermimpi maka sebenarnya kita tidak lagi hidup. Setiap kita pasti memiliki sebuah impian (visi) dalam hidup ini yang sudah ditaruh Tuhan di hati kita. Namun sebelum visi tersebut bisa terwujud akan terjadi sebuah proses kematian visi dimana kita merasa sudah tidak sanggup lagi mencapai visi tersebut.
Proses kematian visi ini dialami oleh semua tokoh iman yang ada di Alkitab seperti Abraham, Musa, Yusuf, Daud dan lain-lain. Musa yang memiliki visi untuk membebaskan bangsanya dari cengkraman perbudakan di Mesir harus mengalami kematian visi selama empat puluh tahun dengan menjadi gembala domba di padang gurun. Abraham yang memiliki visi untuk menjadi bapak banyak bangsa harus mengalami kematian visi sebab ia dan istrinya sudah berumur lanjut tetapi belum juga punya keturunan.