ANGKA kelahiran di Malaysia belakangan ini menurun dikarenakan berbagai faktor. Salah satu alasannya adalah turunnya tingkat kesuburan pasangan di negeri jiran tersebut.
Koran The New Sunday Times memberitakan pada 12 Juli, makin banyak pasangan Malaysia kini menjajagi pengobatan kesuburan pada saat angka kelahiran di negara tersebut mengalami penurunan.
Sebuah laporan PBB belum lama ini menunjukkan, angka fertilitas negara itu turun dari 3,6 bayi per pasangan dalam 1990 jadi 2,6 bayi dewasa ini.
Alasan utama penurunan itu adalah memburuknya problema fertilitas di antara wanita-wanita Malaysia, dengan separuh dari mereka yang mengunjungi spesilais ginekologi meminta bantuan pengobatan agar mereka bisa mengandung, papar Menteri Kesehatan Liow Ting Lai.
“Banyak dari pasangan itu akan terus tak punya anak kecuali jika mereka dibantu menggunakan teknik ‘teknologi reproduktif bantuan’,” papar Liow kepada koran tadi.
Liow menjelaskan antara 10 sampai 15 persen dari pasangan yang tak punya anak di negara tadi, berusia antara 30 sampai 40 tahun, menderita problema fertilitas.
Sebuah studi oleh pemerintah dalam 2004 lalu memprediksi bahwa angka kesuburan Malaysia akan menurun 0,1 persen setiap lima tahun, karena wanita menunda perkawinan dan punya anak.
Studi itu juga mengungkapkan jumlah anak-anak yang dilahirkan sangat beragam menurut level pendidikan ibu. Wanita-wanita yang tak punya pendidikan formal punya anak dalam jumlah hampir dua kali lipat anak wanita yang mengenyam pendidikan tertiari.
Pejabat-pejabat telah menyatakan keprihatinan bahwa rendahnya angka fertilitas bisa menyebabkan terjadinya berbagai perubahan dalam struktur demografi negara itu, termasuk proses penuaan gradual populasi.
Penduduk Malaysia kini diperkirakan hampir 27 juta jiwa. Kebijakan pemerintah menetapkan target 70 juta djiwa pada tahun 2100 mendatang.
(afp/bh)