Memang pada pemilu kali ini banyak penyihir yang mencoba menguji kedalaman ilmunya. Lihat saja, betapa saktinya mereka hingga sanggup menghilangkan 49 juta nama rakyat dari DPT. Ada juga yang menggandakan satu pemilih menjadi berlipat-lipat jumlahnya!
Sihir lain yang lebih hebat bahkan melanda rakyat. Mereka kena 'pelet' agar memilih pasangan SBY-Boediono, supaya pilpres bisa berjalan hanya dalam satu putaran dengan 'mantra' dan 'sesaji' penghematan anggaran Rp 4 triliun.
Tetapi penyihir itu pengecut semua. Hanya dua orang yang berani 'meneluh' SBY di hadapan banyak orang. Pertama, Butet Kertarejasa yang 'menyantet' SBY dengan monolognya hingga wajah korbannya merah tertekuk saat deklarasi pemilu damai di Komisi Pemilihan Umum.
Kedua, JK yang 'menggendam' alias menghipnotis SBY dalam debat capres di televisi, sehingga capres dari Partai Demokrat itu terpaksa menganggukkan kepalanya saat disebut iklan soal pilpres satu putaran bersifat ilegal.
Mungkin pernyataan SBY yang mudah berubah-ubah juga karena pengaruh ilmu hitam. Seperti alasan mengapa pesawat militer jatuh dan juga KPK yang dikatakan uncheck. Tim suksesnya pun seperti kesurupan karena selalu bicara meracau, tak jelas juntrungannya.
Sayang, Mak Erot sudah meninggal dunia. Padahal, dengan jasanya mungkin kita bisa memperpanjang kekuasaan sesuai keinginan kita.
sumber