Mulai tahun 2010, pemerintah Pakistan akan mencanangkan hari Jumat Agung sebagai hari libur nasional bagi umat Kristen di negeri itu.
Ya, para pemuka rohani Kristen di Pakistan, dipastikan akan menerima jaminan dari pemerintah setempat untuk merayakan Paskah dengan damai—termasuk ‘pengaruh’ dari militan Taliban.
Tahun ini, perayaan Paskah di Pakistan berlangsung dengan semarak. Ini karena, menurut Arthur Charles dari gereja Katolik St. Patrick, umat Kristen di Pakistan menghayati pentingnya makna Paskah—kematian dan kebangkitan Kristus—bagi mereka. “Beberapa orang mungkin tidak menghadiri ibadah gereja dengan rutin, tetapi mereka pasti datang ke gereja untuk merayakan hari yang istimewa seperti Paskah. Bagi mereka, perayaan ini mengingatkan mereka untuk datang kepada Tuhan,” terang Charles.
“Bagi umat Kristen di Pakistan, kebangkitan Yesus dan janji kedatanganNya yang kedua kali untuk mengalahkan maut, memiliki arti yang penuh kuasa. Oleh karena itu kami mengajarkan mereka untuk menjadi ciptaan baru, menghayati dan membawa kuasa kebangkitan Yesus di hati dan pikiran mereka. Sehingga mereka dapat menjadi saksi Yesus di tengah-tengah masyarakat Pakistan.
Perayaan Paskah di St. Patrick juga dimeriahkan dengan pertunjukkan musikal bertajuk Shaam-e-Calvary atau ‘malam di Gunung Kalvari’, oleh anak-anak muda di Lahore. Pertunjukkan ini bercerita mengenai penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus.
Menurut Andrew Nisari, vikaris dari Archdiocese of Lahore, anak-anak muda Lahore lainnya juga sibuk membersihkan gedung gereja, memastikan keamanan ibadah, dan menolong jemaat.
Sementara Iftikhar Moon, dari gereja di wilayah Warispura, merayakan paskah bersama para narapidana di Kota Faisalabad. Sebelumnya, Moon rutin menggelar ibadah minggu di penjara tersebut, termasuk memberikan layanan konseling dan memotivasi para narapidana untuk tidak mengulangi kesalahan mereka.
Source : Global Ministry