Ditulis Oleh Farih Ibnu Khozin di Suara Merdeka
Saat itu Anda dan pasangan pasti merasa teramat bahagia. Walau mungkin ada air mata, itu adalah syukur karena saat itu, Allah SWT telah menakdirkan Anda memiliki pendamping hidup. Mulai saat itu, Anda berdua sepakat bersama-sama mengarungi samudera di dalam bahtera rumah tangga. Aneka surprise, baik yang berasa pahit ataupun manis, silih berganti. Sebelumnya Anda bukanlah siapa-siapa, tiba-tiba ada pasangan jiwa untuk menjadi saling memandu hidup menuju bahagia dunia akhirat.
Ternyata tak gampang melakukan segala apa yang telah dikehendaki, dan Anda inginkan sebelumnya. Siapa yang tak ingin menjadi sosok yang baik, sholih atau sholihah. Mampu menerima dengan ikhlas segala kelebihan dan kekurangan pasangan Anda. Membaktikan diri sepenuh hati kepada Sang Belahan Hati, untuk menuju ridho Illahi? Tentu setiap orang sangat mengharapkannya. Demikian jugakah dengan Anda…
Ah jika saya, saya belum yakin benar, apakah gelar mulia (sosok sholeh) itu telah pantas dianugerahkan kepada saya.
Kadang tidak bisa saya pungkiri, betapa masih banyak tingkah kekanakan-ku membuat gundah hati belahan jiwsaya. Sering nasihat kusambut dengan paras kecut, sedih, bahkan dengan muka masam-semasam masamnya. Apakah Anda juga begitu ?
Sekian tahun atau bulan atau hari telah berlalu. Sekian orang buah hati telah hadir di tengah-tengah kita. Anugerah dari-Nya yang sangat berarti, mengisi lembaran-lembaran kehidupan Anda berdua. Begitu indah mereka menorehkan kisah-kisah, sedih ataupun gembira. Persaudaraan yang tulus, pertengkaran-pertengkaran yang menguji kesabaran, kelucuan yang mengundang tawa, hari-hari yang penuh keajaiban.
Kini..
Setelah sekian lama Anda berdua telah bersama, sudahkah Anda saling mengenal? Adakah Anda bahagia hidup bersama Sang belahan Jiwa?
Apakah Anda telah menjadikan ‘seseorang itu’ telah Anda terima dengan ikhlas. Apakah Anda dapat selalu seiring sejalan menjaga dan mendidik anak-anak Anda, menyelesaikan semua pekerjaan dan tugas-tugas Anda. Apakah Anda dengan yakin dapat mempertanggungjawabkan semua itu di hadapan Sang Pemberi Amanah.
Dan, pernahkan muncul keinginan hati hati Anda, agar Anda-lah yang menjadi belahan Jiwa di negeri abadi nanti ?
Apakah Anda pernah mengungkapkan kepada Sang belahan Jiwa “Say saya sangat mencintaimu, I love You forever, Wo Ai Ni, ich habe dich sehr lieb dan ada hadiah-hadiah kecil dalam senyum yang tulus? Atau malah kita lupa mengungkapkannya ?
Berapa banyak manusia-manusia yang sangat keji pada pasangannya, menyakiti, memarahi, melukai, bahkan membakar tubuhnya. Akankah Anda mengikutinya atau meninggalkannya? Hak prenogatif di tangan Anda.
Tulisan yang bagus. Pantas untuk diposting kembali di FBI