Di sekelilingnya banyak sekali penjaga. Yang berbaju seolah jubah panjang......berwarna putih bersih Dengan wajah yang bersinar. Entah, Mungkinkah itu wujud malaikat Huh? Ataukah itu enggambaran bidadara penunggu surga. Entah. Tapi yang terbersit di hati. Mereka adalah orang-orang yang baik Saat bunda memandang ke arah Rafif Dia tertidur dengan tenang Nyaman dalam buaian. Bunda pun berusaha menghampiri. Entah kenapa selalu saja tak bisa. Padahal....dengan jelas Rafif bisa terlihat jelas. Tampak di depan mata seolah bisa tergapai dengan tangan Namun tetap tak bisa teraih juga Jadi semua seolah-olah dekat tetapi jauh. Rafif....Sini Nak,....Ini Bunda Namun Rafif tetap tidur dalam kotaknya. Seolah tak mendengar apapun â€Anakku sayang,.....Bunda datang...Yuk...sama Bunda,nak Bunda pun berusaha memandang wajah si kecil Rafif Namun Rafif seolah memalingkan wajahnya. Saat bunda melihat ke arah kanan, ia memalingkan wajahnya ke kiri Saat bunda melihat ke arah kiri, ia memalingkan ke kanan Seolah tak mau memandang lekat wajah Bundanya Tak lama kemudian tangis Rafif pun terdengar. Mungkin ia mengerti akan kedatangan Bundanya Sang penjaga pun menggendongnya Berusaha mendiamkan tangis si kecil sini biar saya saja yang menggendong Mungkin Rafif haus.....biar saya susui,Jangan.
Penjaga itu mulai berbicara kepada Bunda. Kamu tidak boleh menggendongnya Tapi...dia nangis..., biarkanlah saya menggendong dia Bunda berusaha meminta kepada penjaga agar memperbolehkan untuk menggendong Rafif. Jangan.....Kamu tetap tidak boleh menggendongnya Kenapa.....Kenapa saya tidak bolehâ Jangan. Dialog demi dialog pun terjadi Tak banyak yang bisa bunda ingat dan ungkapkan Semua berlangsung demikian lancarnya Meski sejatinya hal itu bukan dibicarakan dalam bahasa keseharian kita Ya...bukan dengan bahasa Indonesia Melainkan dengan bahasa seperti yang ada dalam Al Quran. Entah kenapa ...semua bisa dimengerti dan jelas apa adanya Beberapa pesan dan amanat juga disampaikan dalam percakapan itu. Sabar,...... Tegar dan ikhlaskanlah.Semua adalah Takdir dan kehendak Allah.
Allah telah memberikan yang terbaik buat kalian Sabar, tegar dan Ikhlas, itulah pesan Pertama buat kami. Bukan pekerjaan yang mudah... namun InsyaAllah kami coba dan bisa melakukannya. Saya ikhlas....atas kepergian Rafif....tapi saya tidak sanggup menanggung kesedihan atas kehilangannya.Apalagi Kami telah menanti dan menunggunya Penjaga pun kembali memberi bunda jawaban yang jelasJika Allah hendak memberi kalian maka Ia akan memberinya namun atas kehendak-Nya pula jika Ia ingin kembali mengambilnya pulaSesungguhnya atas ijin Allah pulalah kami bisa datang kemari, kami tidak punya kemampuan apa-apa atas hal tersebut Tapi ijinkanlah saya menyentuh anak saya...boleh kan? Bunda pun kembali meminta ijin pada penjaga itu. Tidak. Kamu tidak boleh menyentuhnya......karena jika kamu meyentuhnya maka kamu akan enggan melepasnya dan akan tinggal bersama di siniKamu belum diijinkan oleh Allah untuk tinggal di alam ini Kata penjaga itu dengan tegas. Lalu ia menyampaikan pesan kembali. Kamu adalah orang yang beruntung.
Karena Allah sayang pada kamu, dan insyaAllah atas kehendak “ Nya anak ini kelak akan menolong kamu dan suamimu di akherat kelakâ Subhanallah. inilah janji Allah pada orang-orang yang sabar dan ikhlas atas ketentuan-Nya dan memang hal ini hanya diberikan pada orang-orang tertentu.....dan insyaAllah Allah menjadikan kami salah satu di dalamnya. Wahai manusia.......sampaikan pula kepada suami agar kalian mengkoreksi diri, perbaikilah diri kalian, perbaiki keluarga kalian hingga menjadi keluarga yang sakinah Persiapkan diri kalian agar kelak kalian dapat bertemu kembali dengan buah hati kalian, Rafif Sesungguhnya ada hikmah yang dapat kamu ambil dari semua peristiwa ini Inilah amanat kedua kepada kami agar memperbaiki diri dan menambah kebajikan agar kelak di Alam akherat, di kehidupan yang abadi kami dapat bekumpul kembali sebagai sebuah keluarga. Pulanglah..Kemudian bunda terbangun dari tidurnya akibat guncangan saya. Bunda menceritakan hal ini secara jelas dan perlahan kepada saya, suaminya. Hati ini bergetar mendengar penuturannya. Namun saya yakin, bahwa hal ini bukanlah mimpi yang biasa, bukan mimpi yang sekedar buaian angan dalam tidur.