
Kekayaan Indonesia meliputi semua aspek. Salah satunya peninggalan bersejarah berupa benda-benda pusaka. Perlindungan dan penyelamatan terhadapnya, bagian upaya melestarikan sejarah bangsa.Sejarah Indonesia meliputi rentang waktu sangat panjang. Dimulai zaman prasejarah oleh manusia Jawa, pada 500.000 tahun silam. Hingga era reformasi sekarang. Tapi, secara umum ada 5 periode sejarah Indonesia.Meliputi era kerajaan Hindu-Budha, Islam di Jawa dan Sumatera. Era colonial, dengan masuknya bangsa-bangsa Eropa. Era kemerdekaan, pasca Proklamasi (1945) hingga jatuhnya Soekarno (1966). Era Orde baru, yang ditandai 32 tahun kekuasaan Soeharto (196601998), hingga era reformasi yang berlangsung sekarang.Betapa tidak ternilainya sejarah Indonesia. Semua simbol atau saksi-saksi sejarah menjadi bagian penting terjadinya negara ini. Paling penting tentu saja peninggalan berupa benda-benda bersejarah. Sebab, dengan benda-benda peninggalan-lah salah satunya yang mencatat perjalanan bangsa ini. Hilang salah satu pusaka, hilang pula satu alur perjalanan bangsa.
H Diemyati Rais, termasuk salah satu pelestari pusaka-pusaka bersejarah bangsa. Banyak benda pusaka dikoleksi pengusaha kopi asal Pagar Alam. Diantaranya keris, siwar, buku dari kulit kayu dengan tulisan huruf "Ulu", dan bambu pembungkus surat bertuliskan huruf kuno.
"Benda-benda bersejarah ini adalah koleksi keluarga. Usianya sudah ratusan tahun. Semuanya adalah warisan dan peninggalan jaman dulu," ungkap Dimyati kepada Sumatera Ekspres.
Benda bersejarah tersebut tersimpan rapi dalam brangkas. Itu untuk menjaga agar tidak rusak. Sedangkan dua siwar dan satu keris masih terawat dengan baik. Belum terlihat ada kerusakan. Ada juga besi sebagai bahan baku pembuat senjata tajam yang diketahui sangat berbeda dengan besi biasa. "Besi ini warnanya hitam pekat dan tidak termakan karat," sambungnya.
Ditambahkannya, pemilik benda-benda pusaka adalah turun-temurun. Tak sekadar simbol sejarah, tapi pusaka-pusaka diyakini mempunya kekuatan supranatural. Misalnya, keris yang diikat kain, tidak bisa dicabut saat pemiliknya hendak memperlihatkan bentuknya (sekadar pamer).
Dimyati mengaku, menerima warisan pusaka tersebut sekitar tahun 1967. Telah dirawatnya selama lebih dari 40 tahun. Menurutnya, berbagai peninggalan bersejarah cukup banyak di Pagaralam.
"Tapi biasanya masih tersimpan secara pribadi di kalangan masyarakat setempat," masih katanya.
Meski mengelokesi benda bersejarah, tapi tidak diperjualbelikannya. Namun, bisa digunakan untuk penelitian sejarah. Terutama untuk meneliti dan mempelajari sejarah kejayaan daerah "Besemah" di Pagaralam pada masa lalu.
Cerita Besemah memang melegenda. Konon, itu tidak terlepas dari mitos Atung Bungsu, yang merupakan salah satu di antara 7 orang anak ratu (= raja) Majapahit. Dia melakukan perjalanan menelusuri sungai Lematang. Akhirnya bermukim di dusun Benuakeling.
Atung Bungsu menikah dengan putri Ratu Benuakeling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih). Melalui keturunannya Bujang Jawe (Puyang Diwate), puyang Mandulike, puyang Sake Semenung, puyang Sake Sepadi, puyang Sake Seghatus, dan puyang Sake Seketi yang menjadikan penduduk Jagat Besemah.
"Kalau benda-benda ini hilang atau dicuri orang yang tidak bertanggung jawab, sama artinya menghilangkan bukti sejarah Besemeh,"pungkasnya. (44).
SUMBER: http://www.sumeks.co.id/index.php?optio ... &Itemid=29