Geser Patok, Malaysia Serobot Lahan
Pontianak, 2 Maret 2009 15
Pangdam VI Tanjungpura Mayor Jenderal TNI Tono Suratman menduga orang Malaysia melakukan penyerobotan wilayah di Benua Martinus, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, untuk pengembangan perkebunan sawit, dengan cara menggeser patok tapal batas negara.
"Temuan itu berdasarkan laporan yang saya terima dari personel yang mengetahui ketika melakukan patroli rutin di sekitar TNBK (Taman Nasional Betung Karihun) beberapa waktu lalu," kata Tono Suratman, saat menghadiri Serah Terima Koordinator Forum Kerjasma Revitalisasi dan Percepatan Pembangunan Regional Kalimantan (FKRP2RK) dari Gubernur Kalimantan Tengah, A. Teras Narang, kepada Gubernur Kalbar, Cornelis, di Pontianak, Senin (3/2).
Ia mengatakan, berdasarkan laporan personel di lapangan pihak Malaysia sudah membangun jalan dari tanah kuning dengan lebar lima hingga enam meter yang lokasinya masuk ke wilayah NKRI dengan cara menggeser patok tapal batas negara.
"Belum diketahui secara pasti berapa patok tapal batas negara yang sudah bergeser dan panjang jalan yang sudah dibangun," katanya.
Tono Suratman mengatakan, hingga kini belum bisa berbuat banyak mengingat lokasi tersebut hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki yang membutuhkan waktu sekitar empat hari.
Sebelumnya, Komandan Korem 121/Alambhana Wanawwai, Kolonel (Inf) Nukman Kosadi, mengatakan pihaknya menemukan sekitar 50 patok tapal batas negara antara Kalbar (Indonesia) - Sarawak, yang hilang.
Ia mengatakan hilangnya patok tapal batas negara itu di sepanjang dua kilometer tepatnya di kawasan Bukit Batu dan Pegunungan Muba, Kabupaten Kapuas Hulu. "Patok tapal batas negara yang hilang itu sebagian besar tipe B, dugaan kita sementara hilangnya patok tersebut karena aktivitas pembukaan jalan untuk perkebunan sawit dari negara tetangga (Malaysia-red)," katanya.
Korem 121/ABW telah menyampaikan temuan hilangnya patok tapal batas negara itu ke tentara Malaysia. "Mereka menyebutkan hilangnya patok itu karena aktivitas perkebunan bukan oleh pemerintah Malaysia," katanya.
Nukman menambahkan, juga telah melaporkan kasus tersebut ke Kodam VI Tanjungpura, Mabes TNI dan Departemen Pertahanan Indonesia.
Ia menduga hilangnya patok tapal batas negara bisa lebih banyak lagi mengingat panjang perbatasan darat antara Indonesia - Malaysia di Kalimantan mencapai 2.004 kilometer, terdiri dari Kalbar 857 kilometer dan Kaltim 1.147 kilometer.
Kalbar diakuinya cukup rawan tindak kejahatan, seperti konflik, sasaran eksploitasi kekayaan alam, praktek illegal logging (pembalakan hutan secara liar), jalur pedagangan gelap, penyelundupan, trafficking (perdagangan manusia), infiltrasi, sabotase, kegiatan intelijen asing dan lain-lain.