Kisah iblis yang diceritakan didalam al-quran merupakan contoh hati yang tidak beriman, meskipun akalnya telah tunduk. Iblis mengakui Tuhan, beriman kepada hari akhir dan sungguh sungguh mengakui para nabi. Tetapi pada saat yang sama Tuhan menyebut Iblis sebagai orang yang kafir sebagaimana tercatat di dalam alquran surat 2 ayat 34:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
Bukti bahwa Iblis mengakui/percaya/beriman kepada Tuhan bisa kita temukan di Al-quran pada surat 7 ayat 12 :
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah."
Bukti bahwa Iblis mengakui/percaya kepada hari akhir bisa kita temukan di Al-quran pada surat 7 ayat 14 :
“Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan." “
Bukti bahwa Iblis mengakui/percaya kepada nabi-nabi bisa kita temukan di Al-quran pada surat 38 ayat 81-82
“sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat) . Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,”
Coba kita duduk dan merenung sejenak tentang apa yang kita lihat ini, Setan digambarkan mengenal dan mempercayai semua itu, percaya bahkan sudah ‘ngobrol’ dengan Tuhan, pecaya kepada hari akhir dan percaya kepada nabi. Namun Tuhan masih menyebutnya sebagai orang-orang yang kafir.
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa TERNYATA mengenal dan mengakui dengan akal saja tidaklah cukup dikatakan sebagai yang beriman jika HATI MASIH BELUM TUNDUK terhadap kebenaran.
Iblis mengenal dan mengakui semua apa yang dilihat dengan mata kepalanya sendiri. Iblis mengakui fakta dan realistas yang dia hadapi adalah benar, namun perasaannya/hatinya masih menolak. Hatinya masih bergejolak tidak mau menerima kelebihan yang dimilik Adam. Hatinya menolak karena kesombongannya, hatinya tidak bisa tunduk bahkan menyimpan dendam yang tiada tara. Dan karena persoalan seperti inilah Tuhan menyebutnya termasuk orang-orang yang kafir.