Bagi yg pernah membaca thread gw “CINATIT AYNMALEGGNET” di RSJ bisa melewatkan tulisan berwarna hijau dan langsung menuju ke tulisan berwarna hitam
Dalam pelayaran perdananya, dari Southampton menuju New York, kapal besar dan mewah Titanic mengalami petaka, menabrak gunung es di laut lepas, dini hari, 15 April 1912. Titanic tenggelam. Lebih dari 1500 orang terperangkap di kapal, dan 705 korban selamat, seperti terlukis dalam tulisan di bawah ini.
Langit cerah di hari Minggu 14 April 1912. Bagi mereka yang menyadari, itu adalah hari terakhir mereka di tengah lautan lepas di atas kapal raksasa dan mewah milik White Star Line.
Di kelas satu, seusai sarapan Kapten Edward John Smith bersama perwira seniornya mengikuti kebaktian. Di kelas dua, asisten kepala keuangan Reginal Baker memimpin ibadah, disusul misa yang dipimpin Pastor Thomas Byle, salah seorang penumpang. Lalu pastor byle mempersembahkan misa bagi penumpang kelas tiga.
Di ruang radio, operator senior Jack Phillips dan operator yunior Harold Bride sibuk menangkap pesan-pesan yang masuk. Pesan terakhir diterima Phillips datang dari kapal Baltic yang dikirim oleh kapal Yunani, Athina: “Gunung dan ladang es pada posisi 41 51 Utara, 49 52 Barat.
Pesan dari Baltic itu disodorkan kepad Kapten Smith. Tanpa komentar, kapten ngeloyor ke dek A, menyerahkan pesan itu kepada J. Bruce Ismay, managing director White Star Line. Ismay membaca pesan itu lalu mengantonginya begitu Smith pergi.
Sekitar pukul 17.00, Marian Thayer dan Emily Ryerson, dua wanita penumpang bersantai di dek. Tanpa permisi Ismay duduk di samping mereka dan menunjukkan telegram peringatan adanya gunung es. Pesan itu juga menyebut-nyebut kapal Deutschland yang tak berdaya di tengah laut. Apakah Titanic akan membantu kapal itu? Ismay tidak menjawab. Ia malahan bilang, Titanic akan menyalakan dua ketel tambahan supaya tiba di New York sehari lebih awal.
LAGUNYA, BAHAYA DI LAUTAN
Ada dua jalur pelayaran alternatif, jalur selatan dan utara. Pada bulan-bulan musim dingin, kapal menempuh jalur selatan yang dianggap lebih aman dari jebakan gunung es. Pada rute ini terdapat kawasan yang oleh para pelaut disebut “The Corner”. Di titik ini kapal yang berlayar ke barat berbelok ke kanan beberapa derajat menuju Amerika. Dengan begitu waktu dan jarak tempuh dipersingkat. Bagi Titanic, titik itu dijadwalkan akan dicapai pukul 17.00
Mengingat sejumlah peringatan yang diterima, Smith memilih mencapai titik itu pukul 17.45. Itu berarti Titanic bergerak 16 mil lebih jauh ke arah barat daya dari rute tercepat menuju New York. Sepanjang hari Minggu itu, Titanic menerima tiga peringatan bahaya es, yakni dari kapal Baltic, Amerika, dan Californian.
Pukul 18.00, Charles H. Lightoller memeriksa semua pesan, kecuali peringatan dari Baltic, yang masih disimpan Ismay. Ia menghitung, kapal seharusnya mencapai gunung es itu pukul 23.00. Sejam kemudian Lightoller makan malam dan meninggalkan William Murdoch bertugas di anjungan kapal.
Pukul 19.15, lamp trimmer (bagian penerangan kapal) Samuel Hemming ,melapor pada Murdoch, semua lampu navigasi sudah dinyalakan. Kepada Hemming, Murdoch berpesan agar penerangan di belakang anjungan dimatikan supaya hambatan di depan kapal terlihat jelas.
Antara pukul 17.30 – 21.30, kehidupan dan kegiatan di atas Titanic normal-normal saja. Di ruang makan kelas satu, Kapten Smith jadi tamu kehormatan dalam jamuan makan malam dengan George dan Eleanor Widenner sebagai “tuan rumah”. Tamu lainnya, keluarga Thayer, Archibald butt, dan william carters. Sesuai peraturan White Star Line, Kapten Smith tidak boleh disuguhi minuman keras.
Di kelas dua, seratusan penumpang berkumpul dan menyanyikan lagu-lagu pujian. Tema-tema lagunya berkaitan dengan “bahaya di lautan”, “alangan”,dsb.
Di kelas tiga, sebuah pesta berlangsung spontan. Setiap kelompok menyumbangkan musik masing-masing. Di menara pengintai, George Symons (petugas pengintai) menyinggung seputar es. “Dari aromanya, orang dapat mencium gunung es yang menghadang di depan,” katanya kepada Archie Jewell, rekan kerjanya.
Menjelang pukul 21.00, Kapten Smith kembali ke anjungan, mengecek operasi kapal sebelum berbelok di “the corner”. Laut begitu tenang, tidak ada bulan, namun bintang-gemintang bertaburan di langit yang cerah. Smith meninggalkan anjungan pukul 21.20, dengan pesan terakhir kepada Lightoller, “Jika ada keraguan kasih tahu saya. Kalau cuaca berkabut, kita harus perlambat laju kapal.”
Phillip masih sibuk menangkap pesan radio. Pukul 21.30, ia menerima peringatan lagi dari kapal Masaba. Phillips membalasnya hanya dengan ucapan terima kasih, tanpa konfirmasi. Isi peringatan itu tentang adanya ladang es yang luas di depan jalur Titanic. Sementara Titanic tengah melaju dengan kecepatan tertinggi yang pernah dicapainya.
Pukul 22.00 lampu-lampu di kelas tiga tempat orang berkumpul dan bermain kartu mulai dimatikan. Menjelang pukul 23.00 sebagian besar penumpang Titanic berada di kabin masing-masing. Di ruang merokok di kelas satu permainan kartu masih ramai. Pukul 22.00 Symons dan Jewel digantikan Frederick Fleet dan Reginal Lee yang terus pasang mata kalau-kalau ada gunung es di depan.
Ketika menyerahkan anjungan kepada perwira pertama William Murdoch, Lightoller sambil lalu menceritakan percakapannya dengan Kapten, “Kita akan mencapai es itu sekitar pukul 23.00.” Setelah melakukan kontrol ke beberapa bagian kapal, Lightoller kembali ke kabinnya.
“SENGGOLAN” DAN ROBEK 90 m
Titanic melaju dengan kecepatan 22,5 knot (41 km/jam), sehingga perkiraan Ismay untuk tiba sehari lebih awal bukan omongan kosong. Tapi kalau ia berubah pikiran sehingga tiba di New York sesuai jadwal, Selasa 16 April 1912, laju Titanic mesti diperlambat menjadi 20 knot sepanjang sisa perjalanannya.
Di menara pengintai, Fleet dan Lee mengeluh kedinginan, namun tetap waspada meski tanpa dibantu teropong binokuler. Pukul 23.40 Fleet melihat di cakrawala muncul sesosok hitam, lebih hitam dari langit di sekitarnya. Tak ada angin, gelombang, ataupun pantulan sinar bulan. Fleet segera tahu apa yang terlihat. Ia membunyikan bel menara pengintai sampai tiga kali dan meraih telepon untuk menghubungi anjungan.
“Ya, ada apa?” tanya Murdoch
“Ada gunung es persis di depan!” jawab Fleet.
“Terima kasih,” kata Murdoch menutup telepon.
Murdoch memerintahkan kapal dibelokkan, semua pintu kedap air ditutup, dan memberikan aba-aba kepada juru mudi Robert Hitchens, “Awas, bagian kanan kapal!”
Gunung es itu semakin dekat dan besar. Haluan kapal mengarah persis ke gunung es itu dan pelan-pelan berbelok ke kiri. Murdoch merasa berhasil menghindarinya, tapi mendengar sekaligus merasakan kapal menabrak gunung es.
“Senggolan” itu tak menimbulkan suara gaduh sehingga orang-orang di kapal punya dugaan sendiri-sendiri. Symons si pengintai mengira jangkar kapal terlepas. Selena Cook, seorang penumpang, menduga anak-anak di kabin sebelah sedang lempar-lemparan bantal. Juru mudi George Rowe tidak mendengar apa-apa, namun sempat melihat gunung itu. Ia mengira nyaris bertabrakan dengan kapal lain. Meski berada di anjungan, perwira keempat Harold Lowe tidak mendengar suara tabrakan ataupun melihat gunung es.
Kapten Smith sadar terjadi sesuatu. Di anjungan, ia mengetes lampu darurat dan mengaktifkan pintu kedap air. Smith meminta kecepatan kapal dikurangi sampai setengahnya. Namun seorang awak kapal melaporkan, Titanic sudah kemasukan air.
Di kabinnya di dek B, Ismay terbangun oleh guncangan kapal. Ia mengira baling-baling kapal lepas. Masih mengenakan piyama yang dirangkapi mantel, ia menuju anjungan. Smith memberi tahu Ismay, kapal mengalami kerusakan serius. Ismay kembali ke kabin dan di tangga utama bertemu kepala masinis Joseph Bell yang melaporkan, dek-dek bawah kemasukan air dan kapal rusak berat. Tetapi menurut Bell, pompa-pompa air mestinya mampu mengurasnya sehingga kapal tetap terapung.
Kapten masuk ruang markoni memerintahkan operator bersiap-siap minta bantuan. Berdasarkan laporan soal banjir yang diterima dari enam kompartemen pertama – lima ruang kargo dan satu ruang ketel – kerusakan bagian lambung Titanic mencapai lebih dari 60 m panjangnya. Thomas Andrews paham, ini malapetaka! Sebagai pembuat ia sadar, sejam lebih setelah itu separuh penumpang kapal akan berjuang mencari selamat karena jumlah sekoci terbatas. Andrews, Boxhall, Wilde, dan Smith berkeliling kapal. Kekhawatiran Andrews benar; kerusakan lambung kanan kapal mencapai 90 m! Pukul 23.50, air masuk setinggi 14 kaki di bagian haluan kapal.
Pukul 00.10, Senin dini hari, 15 April 1912, Kapten Edward John Smith - perwira senior White Star Line yang dipercayakan mengoperasikan karya terbesar perusahaan itu - memerintahkan awak kapal melepas sekoci-sekoci untuk mengangkut penumpang wanita dan anak-anak. Sekoci hanya mampu mengangkut setengah dari 2.227 penumpang dan ABK. Juga memerintahkan petugas radio mengirim sinyal tanda bahaya kepada kapal lain.
KIRIM KODE SAMBIL BERCANDA
Titanic memiliki segalanya. Namun di saat krisis, hal kecil yang tidak dimiliki kini justru sangat dibutuhkan; Titanic butuh pelaut handal untuk mengerahkan para awaknya menenangkan penumpang setelah peristiwa senggolan itu. Kesadaran itu membuat Smith “menyerah kalah”
Ketika Smith memerintahkan sekoci-sekoci disiapkan. Boxhall memperingatkan para perwira lain agar jangan Cuma menjadi penonton. Sewaktu bertemu Lightoller, Boxhall berkata bahwa air sudah naik sampai ke dek F di ruang pos.
Andrews berkeliling di antara awak kapal, memberi tahu bahwa tak lama lagi kapal akan tenggelam. Namun ia meminta hal itu dirahasiakan supaya penumpang tidak panik. Andrews meminta kepada pramugari May Sloan agar para penumpang mengenakan pakaian hangat dan berkumpul di dek kapal.
Lama-kelamaan penumpang sadar ada yang tidak beres. Beberapa pelayan dan pramugari membesarkan hati para penumpang dan lainnya menasihati mereka agar tetap tenang dan melanjutkan tidurnya.
Banyak penumpang yang tidak percaya sesuatu yang buruk menimpa Titanic yang digembar-gemborkan “tak bisa tenggelam” itu. Toh mereka keluar di dek, meski kemudian masuk lagi karena di luar dingin dan bising raungan ketel uap. Seorang wanita nyeletuk, “Benar-benar gila. Kapal ini sanggup menerjang seratus gunung es tanpa seorang pun merasakannya”.
Lewat pukul 00.10, Smith masuk ruang markoni untuk kedua kalinya. “Kirim berita minta bantuan,” katanya kepada Phillips setelah menyodorkan posisi kapal yang dihitung oleh Boxhall. “Kirim berita internasional tentang keadaan bahaya. Itu saja.”
Phillips dan Bride mengirim kode “CQD MGY” (COD adalah kode panggilan permintaan pertolongan, MGY kode panggilan radio bagi Titanic). Mereka mengirimkannya sembari tertawa-tawa dan bercanda. Persis di seberang dek, di sisi kanan kapal, Murdoch dan perwira ketiga Herbert Pittman menyiapkan sekoci 7. Mereka memanggil para penumpang wanita, tapi tak seorang pun mendekat. Malah ada yang iseng bicara, naikkan saja para pengantin baru ke dalam sekoci.
Akhirnya ada juga penumpang yang naik. Namun sebenarnya tidak ada yang ingin meninggalkan kapal mewah besar untuk kemudian naik perahu kecil gelap. Murdoch memerintahkan awak kapal Hogg, Jewell, dan William Waller untuk mengawaki seoci 7. Setelah tak ada lagi wanita yang naik, sekoci diturunkan ke laut. Sekoci berkapasitas 65 orang itu hanya memuat 32 orang
TIBA-TIBA MESIN KAPAL MATI
Menjelang pukul 00.25, ketika Boxhall berada di ruang kemudi di anjungan, telepon berdering. Rupanya juru mudi George Rowe, di anjungan bagian buritan, bertanya apakah sekoci sudah diturunkan di air. Boxhall menjawab tidak tahu. Saat itu ia melihat sebuah kapal pada arah haluan kira-kira 10 mil jaraknya. Ia memerintahkan Rowe datang ke anjungan sambil membawa roket tanda bahaya.
Di dek sekoci, para penumpang kelas satu dan kelas dua sulit diyakinkan bahwa situasi sedang gawat, sementara penumpang kelas tiga sudah menyadarinya. Banyak penumpang kelas tiga di bagian haluan terseret banjir keluar dari kabin dan tertahan di ruang umum di bagian buritan. Sejumlah awak kapal bergegas menuju dek-dek bawah untuk mengunci pintu-pintu masuk dari kelas tiga menuju ke atas. Semua lorong diblokade oleh para pramugara, dan penumpang kelas tiga dilarang lewat
Di bagian kanan kapal, Murdoch dan Pittman menyiapkan sekoci 5. Para wanita dipanggil untuk naik. Ismay memaki-maki Pittman karena terlalu lama meluncurkan sekoci. Meski berkapasitas 65, sekoci 5 diturunkan dengan 40 penumpang. Murdoch meminta Pittman mengawaki sekoci itu. Semua sekoci di bagian kiri kapal masih berada di tempatnya. Ketika lima buah sekoci diturunkan, tiga kapal merespon kode QCD dari Titanic, yaitu kapal Frankfurt (170 mil jauhnya), Olympic (500 mil), dan Carpathia (58 mil). Carpathia mencoba menuju tempat kejadian dan memperkirakan tiba pukul 04.30 pagi.
Kerja sama yang tidak rapi terjadi. Ketika sekoci di bagian kiri kapal siap dimuati, Wilde tidak mengijinkan Lightoller memasukkan penumpang. Menurut dia, hanya kapten satu-satunya pemegang komando. Ide Lightoller agar sekoci diturunkan sampai ke jendela-jendela dek A untuk memudahkan pemuatan ditolak Wilde. Setelah Lightoller menghadap kapten, ide itu disetujui.
Di tengah kesibukan itu, tiba-tiba mesin kapal mati. Sesaat suasana berubah sunyi, tapi kemudian alunan orkes Titanic yang berpindah ke dek sekoci memainkan musiknya.
MENCURI JAKET PELAMPUNG
Pukul 00.45 Kapten Smith meminta Rowe meluncurkan roket-roket darurat. Namun peluncuran roket yang dibarengi musik orkestra itu justru bikin bingung penumpang. Ada yang menyelamatkan orang-orang yang dicintai. Ada yang mengira “atraksi” itu untuk menghibur penumpang.
Lightoller meluncurkan sekoci 6 dari sisi kiri kapal. Untuk memudahkan penumpang naik, sekoci 4 diturunkan ke jendela dek A, tapi dikerek naik lagi karena jendela-jendela di dek A tidak bisa dibuka. Setelah beres, sekoci diturunkan lagi.
Lightoller memerintahkan beberapa lelaki turun ke dek C untuk membuka pintu-pintu gang agar para penumpang bisa memenuhi sekoci. Mereka turun, namun pintu-pintu yang dimaksud tak pernah terbuka, dan para lelaki itu tak pernah tampak sosoknya lagi. Ketika itu jam menunjukkan pukul 00.55
Delapan belas dari 20 sekoci diluncurkan. Tidak ada masalah, namun ada sedikit insidennya. Antar lain, perwira Lowe terpaksa menembakkan pistol untuk mencegah penumpang berebut masuk sekoci 14. Dua kali pistol meletus, tapi pelurunya tak mengenai seorang pun.
Ketika 16 sekoci reguler diluncurkan, tinggal tersisa empat sekoci lipat A, B, C, dan D. Dalam peluncuran sekoci C, Ismay mengaku menolong penumpang masuk ke dalamnya.
Murdoch berteriak, “Masih ada lagi?” Ketika tak ada lagi yang masuk ke sekoci, Murdoch memerintahkan untuk menurunkannya. Saat itulah Ismay melompat ke sekoci, lalu duduk dengan posisi punggung membelakangi Titanic.
Lain dengan cerita Jack Thayer yang dipublikasikan beberapa tahun kemudian. Menurut Thayer, kerumunan pria di sekitar sekoci mencoba menyerbu masuk sekoci, dan ada perwira – mungkin Murdoch – menembak tewas dua orang lelaki karena tidak mau mundur. Thayer juga menulis, ia melihat Ismay “menerobos dan menembus” kerumunan itu untuk mengambil tempat duduk di sekoci. Setelah sekoci itu diluncurkan, Murdoch bunuh diri dengan menembak kepalanya.
Pukul 02.00, sekoci D – sekoci terakhir – dipasang pada kerekan. Air laut naik begitu kuat. Lightoller sadar tidak ada lagi kesempatan meluncurkan sekoci cadangan, tapi tetap mencobanya.
Kapten Smith untuk terakhir kalinya masuk ke ruang markoni, tetapi berita radio tetap tidak berubah. Satu-satunya kapal yang terjangkau hanya Carpathia, yang waktu kedatangannya memakan waktu lebih dari dua jam. Phillips, meski tenaga listrik mulai melemah, tetap mengirim panggilan bahaya. Ketika tenaga listrik untuk transmiter berhenti, phillips tetap mengetikkan tombol-tombol papan kuncinya.
Ketika sibuk mengumpulkan sesuatu, Bride melihat seorang juru api menyelinap masuk ruang radio dan mencoba mencuri jaket pelampung jatah untuk Phillips. Phillips dan Bride menghajarnya sampai pingsan lalu meninggalkannya hingga mati. Air laut membanjiri dek bangunan atas di bagian depan kapal. Dari dek perwira di luar anjungan, Kapten Smith menaksir air sudah naik persis di bawahnya. Beberapa perwira anak buahnya yang masih ada di atas atap di bagian buritan, mencoba menurunkan dua sekoci cadangan terakhir.(BERSAMBUNG)