Ahli sejarah Arab terkemuka AS, Prof. Phillip Hitti dari Universitas Princeton, membuat pengakuan di depan Anglo-American Committée di tahun 1946, dengan mengatakan: “ Tidak pernah ada “Palestina” dalam sejarah, sama sekali tidak.”
Memang, Palestina juga tidak pernah ditulis dengan tegas dalam Qur’an yang disebut adalah “Tanah Suci” (al-Arad al-Muqaddash).
Sebelum adanya pembagian daerah, orang2 Arab Palestina tidak melihat diri mereka punya identitas yang terpisah. Tapi ketika First Congress of Muslim-Christian Associations bertemu di Jerusalem di bulan Februari 1919 untuk memilih wakil2 Palestina untuk Konferensi Perdamaian Paris, pernyataan berikut diumumkan:
Kami merasa Palestina adalah bagian dari Syria Arab, karena bagian ini tidak pernah terpisah dari Syria dalam waktu kapanpun. Kami berhubungan dengan Syria secara kenegaraan, agama, bahasa, ekonomi dan ikatan daerah.
Tahun 1937, pemimpin Arab setempat, Auni Bey Abdul-Hadi, menyatakan Peel Comissión yang pada prinsipnya menuntut bagian Palestina: “ Tidak ada negara (Palestina)!! Kata “Palestina” itu diciptakan oleh Zionist! Tidak ada kata Palestina dalam Alkitab. Tanah air kami sejak berabad-abad merupakan bagian dari Syria.
Wakil Arab Higher Committee untuk PBB mengajukan pernyataan di General Assembly di bulan May 1947 yang menyatakan bahwa “ Palestina” merupakan bagian dari Propinsi Syria” dan karenanya, secara politis, orang2 Arab Palestina tidak terpisah dari Syria dan tidak bisa membentuk kesatuan politis yang terpisah dari Syria.
Beberapa tahun kemudian, Ahmed Shuqeiri, yang lalu jadi PLO, mengatakan pada Security Council: “ Sudah jadi pengetahuan umum bahwa Palesrtina adalah bagian Selatan Syria”.
Nasionalisme Arab Palestina kebanyakan muncul setelah Perang Dunia I. Tapi ini tidak jadi gerakan politik yang bermakna sampai terjadi Perang Enam Hari (six day war) di tahun 1967 dan Israel menguasai Tepi Barat.
Tambahan bro
'Isa (Yesus), salah satu nabi yang diutus kepada umat Yahudi, menandai titik balik penting lainnya dalam sejarah Yahudi. Orang-orang Yahudi menolaknya, dan kemudian diusir dari Palestina serta mengalami banyak ketidakberuntungan. Pengikutnya kemudian dikenal sebagai umat Nasrani. Akan tetapi, agama yang disebut Nasrani atau Kristen saat ini didirikan oleh orang lain, yang disebut Paulus (Saul dari Tarsus). Ia menambahkan pemandangan pribadinya tentang Isa ke dalam ajaran yang asli dan merumuskan sebuah ajaran baru di mana Isa tidak disebut sebagai seorang nabi dan Al-Masih, seperti seharusnya, melainkan dengan sebuah ciri ketuhanan. Setelah dua setengah abad ditentang di antara orang-orang Nasrani, ajaran Paulus dijadikan doktrin Trinitas (Tiga Tuhan). Ini adalah sebuah penyimpangan dari ajaran Isa dan pengikut-pengikut awalnya. Setelah ini, Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW sehingga beliau bisa mengajarkan Islam, agama Ibrahim, Musa, dan Isa, kepada seluruh umat manusia.
Yerusalem itu suci bagi umat Islam karena dua alasan: kota ini adalah kiblat pertama yang dihadapi oleh umat Islam selama ibadah sholatnya, dan merupakan tempat yang dianggap sebagai salah satu mukjizat terbesar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad: mikraj, perjalanan malam dari Mesjid Haram di Mekkah menuju Mesjid Aqsa di Yerusalem, kenaikannya ke langit, dan kembali lagi ke Mesjid Haram. Al-Qur'an menerangkan kejadian ini sebagai berikut:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qur'an, 17)
Dalam wahyu-wahyu Al-Qur'an kepada Nabi SAW, sebagian besar ayat-ayat yang berkesesuaian mengacu kepada Palestina sebagai “tanah suci, yang diberkati.” Ayat 17 menggambarkan tempat ini, yang di dalamnya ada Mesjid Aqsa sebagai tanah “yang Kami berkati disekelilingnya.” Dalam ayat 21, yang menggambarkan keluarnya Nabi Ibrahim dan Luth, tanah yang sama disebut sebagai “tanah yang Kami berkati untuk semua makhluk.” Pada saat bersamaan, Palestina secara keseluruhan penting artinya bagi umat Islam karena begitu banyak nabi Yahudi yang hidup dan berjuang demi Allah, mengorbankan hidup mereka, atau meninggal dan dikuburkan di sana.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan dalam 2000 tahun terakhir, umat Islam telah menjadi satu-satunya kekuatan yang membawa kedamaian kepada Yerusalem dan Palestina.