Wah belum....gue pingin tahu lebih jauh aja..contoh begini...
Kalau di Islam tuh identik dengan peristiwa Isro' Mi'roj...gak bisa kebayang deh..kalau tanpa ada kejadian itu...umat muslim sholat 50 raka'at..
Gimana perjuangan Kanjeng Nabi untuk meminta keringanan Sholat wajib bagi umatnya...sehingga disetujui cuman 17 raka'at sholat wajib alias 5 waktu...
Kalau di agama laen..kira-kira ada tidak ya...peristiwa seperti itu..
Cuman pingin tahu lho...
Nih teman dari Budha dan Hindu...gue sangat menanti ceritanya..tapi kalau kurang berkenan di ekspos ya monggo lewat PM...:
heheheh...kok masih percaya mitos tawar menawar jumlah solat toh yo mas..
itu hanya dongeng anak kecil saja lho mas...
Sebenarnya perbedaan itu hanya penyesuaian proses pola pikir dan kemajuan manusia aja kok yah..
karena memang manusia itu sebenarnya mahkluk yg paling unik, sehingga membutuhkan waktu yg
agak lama untuk pemrosesannya kembali kesadaran menjadi sejatinya manusia.
saya coba sharing pemahaman dikit yah, sebab kalau cerita sejarah terlalu panjang mas.
Tuhan tidak butuh disembah atau di puja puja,
sebab tanpa itu semua tidak akan mengurangi kekuasaan dan kemulian Dia.
Ritual agama cuman cara pemrosesan diri pada manusia aja,
untuk mengembalikan manusia kepada kodradnya sebagai sejatinya manusia itu sendiri.
bukan sebagai ritual pemujaan terhadap YMK, sebab Tuhan hanya menginginkan manusia
untuk kembali pada kesadaran yang tinggi sebagai sejatinya manusia.
untuk mencapai kesadaran diri itu diperlukan sebuah cara atau system yang sesuai dengan
keyakinan dan pemahaman pada diri manusia itu masing-masing yang bisa disebut sebagai agama atau ajaran.
pemahaman atau ajaran itu bisa di peroleh dengan hasil dari leluhur yang turun menurun,
sebab pada dasarnya semua leluhur kita hingga nabi adam mempunyai tanggung jawab mengembalikan
manusia pada tingkat kesadaran sebagai sejatinya manusia ciptaan Tuhan yang sebenarnya.
nah cara atau ajaran para leluhur yang sudah mencapai tingkat kesadaran itu selalu diwariskan
terhadap anak turunannya agar bisa mencapai kesadaran tersebut.
pola pikir dan pemahaman dari leluhur itu didapatkan dengan berbagai cara yang berbeda-beda
sebab satu kepala tidak sama dengan kepala yang lainnya,
tetapi RASA atau hati nurani itu biasanya mempunyai kesamaan yang satu dengan yang lainnya.(kecocokan)
jadi ada yang cepat, tenang dan damai dalam memahami ajaran leluhurnya,
tetapi ada yang merasa tidak cocok terhadap pemahaman itu, sehingga memulai
pemrosesan pencarian pemahaman yang sesuai dengan hati nuraninya.
dan ini terus berkembang baik dalam kotak-kotak agama atau ajaran
serta ada yang memperoleh kesadaran diri itu dengan berdiri sendiri tanpa
harus menjalankan sebuah ritual keagamaan.(ini yang terjadi pada bang Muakman diatas..heheh)
ini tergantung dari nilai pasrah dan kesabaran terhadap kehendak YMK sendiri.
jadi menurut pandangan saya sebenarnya tidak ada perbedaan agama itu sendiri,
yang ada cuman perbedaan pemahaman manusia itu sendiri
dalam mencapai tingkat kesadaran sebagai sejatinya manusia ciptaan Tuhan YME.
Hmm...ada benarnya juga....jadi dengan kata lain...pikiran manusia yang membuat seolah-olah agama tuh sulit dicerna....: