Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripadaKu.
Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
Matius 15-9
(Baca Matius 15-20 atau Markus 7-23)
Bagaimana kita dalam memahami ibadah yang kita lakukan itu menentukan apakah Tuhan berkenan atau tidak atas apa yang kita lakukan. Perkenanan dari Tuhan akan menentukan bagaimana Ia akan bertindak atas diri kita. Jadi kuasa yang akan Tuhan berikan berhubungan dengan sikap hati, jiwa, roh, bahkan seluruh keberadaan kita dalam memahami aktifitas ibadah kita entah itu saat kita berdoa, menyanyi, dan segala sesuatu yang kita lakukan.
Bagaimanakah kita dalam memahami ibadah kita selama ini? Apakah dalam ibadah kita kuasa Tuhan dinyatakan dalam segala sesuatu yang kita lakukan dalam kesehariannya?
Bila kita memahami ibadah kita dalam artian yang tersirat dalam aktifitas berikut maka sungguh kita tidak akan pernah melihat perbuatan tangan Tuhan akan dinyatakan dalam hidup kita. Yaitu sebelum ujian akhir sekolah kita memaksakan diri untuk berdoa lebih (dalam segi waktu maupun kengototan kita dalam meminta berkat Tuhan) supaya doa kita lebih manjur dan didengar Tuhan, supaya kita mendapatkan pekerjaan atau jodoh kita ngotot dalam berdoa dan minta didoakan oleh pendeta bahkan ada yang rela berpuasa, sebelum mengadakan KKR kita berdoa berpuasa dan mengerahkan jemaat untuk ikut berdoa puasa. Dengan kata lain kita telah mengartikan ibadah sebagai suatu ritual yang wajib dilakukan sebelum kita melakukan sesuatu yang kita anggap penting.
“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya bisa dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.” (Matius 6-8). Kata-kata itu yang Yesus ajarkan pada para muridNya saat mereka bertanya pada Yesus bagaimana harus berdoa. Itulah perbedaan Yesus dan yang dilakukan kaum Farisi, ahli taurat dan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan secara benar. Kaum Farisi, ahli taurat dan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan secara benar melakukan dan mengajarkan ibadah sebagai suatu tradisi dan ritual yang harus dipertahankan. Lihat juga persembahan yang dilakukan oleh Kain dan Habel. Tuhan menerima persembahan Habel karena ia tidak melakukan itu untuk sebuah ritual atau tradisi atau sesuatu yang wajib untuk dilakukan, tapi karena ada suatu sikap dalam hati Habel yang percaya bahwa Bapanya mengetahui apa yang dia perlukan, sebelum dia minta kepadaNya. Panjangnya kata-kata atau kengototan dalam berdoa tidak akan membawa dampak apa-apa. Hanya percaya pada Tuhan adalah Bapanya itulah yang ada dalam hatinya. Dalam hatinya tidak ada keragu-raguan bahwa Tuhan tidak akan menolongnya, yang dapat membuat ia harus melakukan ritual tertentu sebelum bertindak. Ia selalu bertindak berdasarkan iman! Tidak ada dasar lain yang menjadi dasar baginya dalam menjalani hidup.
Dari sini nampak sebuah pemahaman yang lebih penting tentang ibadah itu sendiri. Yaitu ibadah jangan dijadikan sebuah ritual sebelum Anda melakukan sesuatu. Ibadah harus dilakukan sealamiah mungkin, menjadi bagian dari diri kita dalam setiap harinya bahkan setiap waktu dalam hidup kita jangan pernah sampai terlewatkan sedetikpun. Roh Tuhan harus selalu berkuasa atas hidup kita. Setiap saat kita harus penuh akan Roh Tuhan sehingga kita selalu siap sedia akan segala sesuatu yang ada di depan kita. Apabila Roh Tuhan itu penuh atas kita maka kita tidak akan pernah takut akan hal yang akan terjadi, kita akan selalu melangkah dengan iman. Roh Tuhan dan iman kita akan membawa kuasa yang sanggup menolong kita, sehingga kita benar-benar tahu bahwa Tuhan selalu turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihiNya. Kita akan terus bertumbuh dari iman kepada iman!
Jadi masihkah kita akan mengambil sikap ritual jika Tuhan membenarkan kita karena iman kita dan bukan karena suatu perbuatan? Lakukanlah suatu perubahan mulai dari sekarang! Tuhan Yesus memberkati.