Berapa Orang Dari Kita ..... ?

kakul

Bro/Sis, pernah tidak terbersit dalam hati bor/sis semua bahwa agama yang bro/sis anut saat ini memang benar-benar sebuah pilihan? Sebab mungkin kebanyakan dari kita menerma agama sebagai sebuah pemberian. Kenapa?

Seorang orok laki-laki dilahirkan dari keluarga Muslim, Ayahnya bernama Mustafa dan ibunya bernama Rosidah melahirkan seorang bayi lelaki. Begitu nongol ke dunia si jabang bayi langsung diberi nama Muhammad dengan harapan si jabang bayi nantinya bisa mentauladani sifat luhur Rasulullah. Maka jadilah si jabang bayi yang baru nongol dengan nama Muhammad dan langsung memeluk agama Islam.

Di tempat lain, seorang ibu muda bernama Maria yang bersuamikan Johanes melahirkan putri pertamanya. Putri yang baru lahit itupun dibawanya ke Gereja dan dibaptis. Putri yang baru beberapa hari nongol ke bumi ini pun mendapat nama Theresia dan memeluk agama Katolik.

Masih dimuka bumi sepasang suami istri Ajay dan Pooja nampak gembira karena keluarga ini baru saja dikaruniai seorang putra. Maka malam itu pun mereka datang ke Mandir dan memberikan putra pertama mereka nama Khana. Pasangan ini melihat putranya mirip Sri Krshna, jadi nama Khana pantas untuknya. Jadilah si Khana kecil sebagai seorang Hindu.

Tentu saja ketiga pasang orang tua ini belum sempat menanyakan kepada anak-anak mereka, agama apa yang akan dipilihnya. Boro-boro memberikan kesempatan kepada ketiga jabang bayi ini untuk membaca kitab suci dan membandingkan satu dan lainnya lantas menjatuhkan pilihan. Suka atau tidak suka, orang tualah yang menentukan apa agama si anak. Seiring dengan perkembangan usia anak itu, dicekokinya pula dengan doktrin-doktrin agama yang dianut orang tua mereka, maka menjadilah dia seorang pemeluk agama yang diberikan orang tua mereka sampai ajal menjemputnya.

So what? Nothing bro/sis. Hanya saja yang mengusik adalah kerap bro/sis mengaku telah memilih agamanya sendiri karena melihat agamanya itulah yang paling benar dan cocok di hatinya. Ya ialah, masa ya iya dong, wong doktrin agama dicekoki orang tua mereka sejak baru mengenal dunia.

warga

pernah berpikir g sis kenapa cuma kita/Manusia yang diberikan akal dan pikiran serta nafsu dibumi? maaf cuma sharing aja....

jatno180

Yup sis kakul..., ragu diakibatkan dari ketidak tahuan atau setengah tahu. oleh sebab itu saran saya pelajari dengan baik apa yang kita ragu itu sampai kita mengerti benar dan paham, inilah yang melahirkan keyakinan (yakin benar atau yakin tidak benar) karena kita mengerti dan paham. Dalam konteks agama maka diperlukan adanya diskusi perbandingan agama tentunya dalam suasana damai dan saling bersikap objektif, karena dari sinilah kita dapat sebuah agama yang benar2 bisa kita terima kebenarannya berdasarkan pemikiran kita sebagai sebuah aturan yang pantas kita jadikan acuan dalam kehidupan ini.

brainwashed

adam dan hawa turun ke dunia karena makan buah pengetahuan (baik dan buruK)

Setelah anak menjadi besar sekitar 3-5 tahun umurnya, maka si ortu memberikan buah pengetahuan itu kepada si anak ... kalau kencing diantar ke toilet, kalau makan di meja makan, bahwa itu baik dan ini buruk dlsb-nya.

kalau Adam makan buah pengetahuan yang baik dan buruk terus diusir ke dunia,

bagaimana dengan si ortu yang mengajarkan bahkan meracuni hal yang serupa kepada anak-anaknya mau diusir kemana?...

makanya si anak harus berusaha mencari jalan untuk mengangkat orang tuanya kembali ke surga...

biar 7 keatas...7 kebawah bisa naik ke surga...

justintimberlake

numpang senyum aja krn thread ini bagus untuk renungan :)

paldivano

Bro/Sis, pernah tidak terbersit dalam hati bor/sis semua bahwa agama yang bro/sis anut saat ini memang benar-benar sebuah pilihan? Sebab mungkin kebanyakan dari kita menerma agama sebagai sebuah pemberian. Kenapa?

Seorang orok laki-laki dilahirkan dari keluarga Muslim, Ayahnya bernama Mustafa dan ibunya bernama Rosidah melahirkan seorang bayi lelaki. Begitu nongol ke dunia si jabang bayi langsung diberi nama Muhammad dengan harapan si jabang bayi nantinya bisa mentauladani sifat luhur Rasulullah. Maka jadilah si jabang bayi yang baru nongol dengan nama Muhammad dan langsung memeluk agama Islam.

Di tempat lain, seorang ibu muda bernama Maria yang bersuamikan Johanes melahirkan putri pertamanya. Putri yang baru lahit itupun dibawanya ke Gereja dan dibaptis. Putri yang baru beberapa hari nongol ke bumi ini pun mendapat nama Theresia dan memeluk agama Katolik.

Masih dimuka bumi sepasang suami istri Ajay dan Pooja nampak gembira karena keluarga ini baru saja dikaruniai seorang putra. Maka malam itu pun mereka datang ke Mandir dan memberikan putra pertama mereka nama Khana. Pasangan ini melihat putranya mirip Sri Krshna, jadi nama Khana pantas untuknya. Jadilah si Khana kecil sebagai seorang Hindu.

Tentu saja ketiga pasang orang tua ini belum sempat menanyakan kepada anak-anak mereka, agama apa yang akan dipilihnya. Boro-boro memberikan kesempatan kepada ketiga jabang bayi ini untuk membaca kitab suci dan membandingkan satu dan lainnya lantas menjatuhkan pilihan. Suka atau tidak suka, orang tualah yang menentukan apa agama si anak. Seiring dengan perkembangan usia anak itu, dicekokinya pula dengan doktrin-doktrin agama yang dianut orang tua mereka, maka menjadilah dia seorang pemeluk agama yang diberikan orang tua mereka sampai ajal menjemputnya.

So what? Nothing bro/sis. Hanya saja yang mengusik adalah kerap bro/sis mengaku telah memilih agamanya sendiri karena melihat agamanya itulah yang paling benar dan cocok di hatinya. Ya ialah, masa ya iya dong, wong doktrin agama dicekoki orang tua mereka sejak baru mengenal dunia.

kebanyakan kesempatan untuk memilih tidak ada pada kita, tetapi sudah disibukkan untuk memdalami doktrin agama yang telah diterima.

jadi wajar aja kalau setiap orang berteriak agamanya paling benar, karena itu sudah mendarah daging pada dirinya. dengan syarat tidak menyalahkan agama orang lain..:

sutisna

hmmmmm........... sharing dikit pengalaman aja......

secara jujur... sayah memang muslim dari kecil..... sempet masuk pesantren 1 tahun (kelas 5 sd).....

tapi mengenal dan mempelajari islam secara sungguh-sungguh ketika kuliah.... dan terus berkembang..... (i hope so)

bukan hanya "kata" ulama dan ustadz..... tapi cari ilmunya..... cari pemahamannya..... cari kebenarannya..... cari kesalahannya....... cari keanehannya..........

dan kebetulan sayah awali ketika membaca terjemahan al quran........ dan kata kata yang teulis lebar di sebuah mesjid di kampus.... ISLAM PUNYA SOLUSI......

akhirnya.........

sayah beruntung jadi muslim..... dan benar-benar beruntung sudah menjadi muslim mulai dari kecil.... penyesalan sayah ialah....

dari sejak akil baliq..... baru saat kuliah sayah mempelajari dan berusaha memahami islam dgn lebih baik....

jika saja minimal sejak smp.... pendidikan agama yang diajarkan ke umat islam.... tidak hanya sholat, zakat, baca al quran.... tapi secara lebih luas dan juga mendalam... termasuk science.... sejarah... teknologi... dll.... mungkin sejak smp sudah mendalami islam secara lebih baik.....

sayah ingat di smp...... temen sayah (cewe) pakai jilbab... tapi kelakuan... ampoen dah......

kebetulan sempet nanya..... dia jawab enteng... soalnya disuruh orang tua.... dan juga terlihat lebih cantik jika pake jilbab.....

saat itu sayah tidak paham .... hanya mangut-mangut........

tapi saat ini.... menyayangkan... kalo saja sejak smp itu diberi pengetahuan dan ilmu agama yang cukup... terutama tentang keutamaan dan keuntungan berjilbab......... mungkin teman sayah akan memahami jilbab juga sebagai penjaga perilaku.....

ini hanya sharing berdasarkan pengalaman.....

:
kebanyakan kesempatan untuk memilih tidak ada pada kita, tetapi sudah disibukkan untuk memdalami doktrin agama yang telah diterima.

jadi wajar aja kalau setiap orang berteriak agamanya paling benar, karena itu sudah mendarah daging pada dirinya. dengan syarat tidak menyalahkan agama orang lain..:

oleh karena itu......

cari ilmunya..... cari pemahamannya..... (kalo perlu cari kesalahannya... cari keanehannya)

tapi jangan tanpa arahan... tanpa petunjuk.....

kalo memang sudah lebih jauh......

fahami lah agama lain juga......

bandingkan dengan agama kita......

kebetulan sayah melakukan ini.... pada konsep ketuhanan dari 5 agama di Indonesia....... (walaupun secara dasar... tidak mendalam)....

dari konsep inilah....... sayah meyakini Islam yang paling benar....

dan karena itulah sayah bilang wajar..... kalo setiap orang memilih apa yang paling benar .....

dan sayah merasa aneh jika ada orang yang mengatakan... memilih agama bukan karena yang paling benar menurut nya.... aneh bin ajaib..... yang aneh orangnya... bukan agamanya.....

warga

dan sayah merasa aneh jika ada orang yang mengatakan... memilih agama bukan karena yang paling benar menurut nya.... aneh bin ajaib..... yang aneh orangnya... bukan agamanya.....

hmmp...ya..ya..ya

paldivano

hmmmmm........... sharing dikit pengalaman aja......

secara jujur... sayah memang muslim dari kecil..... sempet masuk pesantren 1 tahun (kelas 5 sd).....

tapi mengenal dan mempelajari islam secara sungguh-sungguh ketika kuliah.... dan terus berkembang..... (i hope so)

bukan hanya "kata" ulama dan ustadz..... tapi cari ilmunya..... cari pemahamannya..... cari kebenarannya..... cari kesalahannya....... cari keanehannya..........

dan kebetulan sayah awali ketika membaca terjemahan al quran........ dan kata kata yang teulis lebar di sebuah mesjid di kampus.... ISLAM PUNYA SOLUSI......

akhirnya.........

sayah beruntung jadi muslim..... dan benar-benar beruntung sudah menjadi muslim mulai dari kecil.... penyesalan sayah ialah....

dari sejak akil baliq..... baru saat kuliah sayah mempelajari dan berusaha memahami islam dgn lebih baik....

jika saja minimal sejak smp.... pendidikan agama yang diajarkan ke umat islam.... tidak hanya sholat, zakat, baca al quran.... tapi secara lebih luas dan juga mendalam... termasuk science.... sejarah... teknologi... dll.... mungkin sejak smp sudah mendalami islam secara lebih baik.....

sayah ingat di smp...... temen sayah (cewe) pakai jilbab... tapi kelakuan... ampoen dah......

kebetulan sempet nanya..... dia jawab enteng... soalnya disuruh orang tua.... dan juga terlihat lebih cantik jika pake jilbab.....

saat itu sayah tidak paham .... hanya mangut-mangut........

tapi saat ini.... menyayangkan... kalo saja sejak smp itu diberi pengetahuan dan ilmu agama yang cukup... terutama tentang keutamaan dan keuntungan berjilbab......... mungkin teman sayah akan memahami jilbab juga sebagai penjaga perilaku.....

ini hanya sharing berdasarkan pengalaman.....
:
kebanyakan kesempatan untuk memilih tidak ada pada kita, tetapi sudah disibukkan untuk memdalami doktrin agama yang telah diterima.

jadi wajar aja kalau setiap orang berteriak agamanya paling benar, karena itu sudah mendarah daging pada dirinya. dengan syarat tidak menyalahkan agama orang lain..:

oleh karena itu......

cari ilmunya..... cari pemahamannya..... (kalo perlu cari kesalahannya... cari keanehannya)

tapi jangan tanpa arahan... tanpa petunjuk.....

kalo memang sudah lebih jauh......

fahami lah agama lain juga......

bandingkan dengan agama kita......

kebetulan sayah melakukan ini.... pada konsep ketuhanan dari 5 agama di Indonesia....... (walaupun secara dasar... tidak mendalam)....

dari konsep inilah....... sayah meyakini Islam yang paling benar....

dan karena itulah sayah bilang wajar..... kalo setiap orang memilih apa yang paling benar .....

dan sayah merasa aneh jika ada orang yang mengatakan... memilih agama bukan karena yang paling benar menurut nya.... aneh bin ajaib..... yang aneh orangnya... bukan agamanya.....

Kembali dengan keterbatasan waktu dan pikiran seseorang yang membuat orang akan lebih menyakini agama yang telah di doktrinkan, karena pada prinsipnya gak ada agama yg mengajarkan kejelekan toh.

Apa sepanjang hidup kita harus trus mempelajari semua agama tanpa peduli dengan pekerjaan dan keluarga kita?. sedangkan untuk mempelajari dan mendalami agama sendiri memerlukan waktu sampai akhir hayat.

Kalau untuk membedakan secara kulitnya saja itu gampang lah, mungkin 1 jam aja sudah tahu, tetapi dengan menggunakan kesadaran dan rasa yang benar-benar yakin itu dah pasti memerlukan waktu yang panjang. sedangkan di dalam agamanya sendiri keimanan seseorang belum tentu stabil khan..

Jadi tetaplah berjalan dalam keyakinan kita masing-masing tanpa harus melihat kesalahan orang lain untuk menyatakan kebenaran kita.

Cukup iblis aja yang menjadi ukuran tangga keimanan diri kita ini, karena memang tugasnya seperti itu.

uday

Begini All Prend, kita pakai logika aja, idealnya keturunan kita yg sesuai dengan kita, tapi kalau suatu saat keluar dari jalur kita, itu mungkin mereka sudah mulai memilah dan meilih menurut nurani masing-2.

Tapi kalau anak masih kecil kita tidak ajarkan apa yang semestinya kita ajarkan { tentunya yg baik- baik kan ?? } akan jadi apa nanti kalau besar.

Contoh kecil saja, ga mungkin Harimau mengajarkan anaknya untuk menggonggong ato mengembek, dst..............

Dan tidak ada seorang Kiyai { yang bener-2 Kiyai } akan mengajararkan anak-2 nya untuk memeluk Agama selain yg Kiyai anut,

Tidak ada seorang Pendeta { yg bener-2 Pendeta } menyuruh anak- anaknya memeluk agama selain yg Pendeta anut dst.....

Maka jalani apa yang menurut anda benar, tapi kalau anak masih kecil, kita- kita berhak mengajari apa yang kita yakini benar.

ryoh

SETUJUUUUUU GAN :

Salam from Ngayojokarto Hadiningrat

budhay

"Tentu saja ketiga pasang orang tua ini belum sempat menanyakan kepada anak-anak mereka, agama apa yang akan dipilihnya. Boro-boro memberikan kesempatan kepada ketiga jabang bayi ini untuk membaca kitab suci dan membandingkan satu dan lainnya lantas menjatuhkan pilihan. Suka atau tidak suka, orang tualah yang menentukan apa agama si anak. Seiring dengan perkembangan usia anak itu, dicekokinya pula dengan doktrin-doktrin agama yang dianut orang tua mereka, maka menjadilah dia seorang pemeluk agama yang diberikan orang tua mereka sampai ajal menjemputnya."

kalimat itu terburu-buru, jadi generalisasi tergesa-gesa, saat anak aqil baleq akan diberi pikiran yang mantap, pilih yang mana............, tidak sedikit anak yang baru smp sudah pindah agama, apalagi yang sudah benar-benar dewasa, seperti pendeta yahya waloni

sutisna

Kembali dengan keterbatasan waktu dan pikiran seseorang yang membuat orang akan lebih menyakini agama yang telah di doktrinkan, karena pada prinsipnya gak ada agama yg mengajarkan kejelekan toh.

Apa sepanjang hidup kita harus trus mempelajari semua agama tanpa peduli dengan pekerjaan dan keluarga kita?. sedangkan untuk mempelajari dan mendalami agama sendiri memerlukan waktu sampai akhir hayat.

Kalau untuk membedakan secara kulitnya saja itu gampang lah, mungkin 1 jam aja sudah tahu, tetapi dengan menggunakan kesadaran dan rasa yang benar-benar yakin itu dah pasti memerlukan waktu yang panjang. sedangkan di dalam agamanya sendiri keimanan seseorang belum tentu stabil khan..

Jadi tetaplah berjalan dalam keyakinan kita masing-masing tanpa harus melihat kesalahan orang lain untuk menyatakan kebenaran kita.

Cukup iblis aja yang menjadi ukuran tangga keimanan diri kita ini, karena memang tugasnya seperti itu.

dan akhirnya ...... urusannya... bukan lagi mengenai agama....

tapi yang jadi masalah adalah......

manusianya... mau atau tidak...... mempelajari agamanya......?

dan bukan juga bisa atau tidak........

kakul

"Tentu saja ketiga pasang orang tua ini belum sempat menanyakan kepada anak-anak mereka, agama apa yang akan dipilihnya. Boro-boro memberikan kesempatan kepada ketiga jabang bayi ini untuk membaca kitab suci dan membandingkan satu dan lainnya lantas menjatuhkan pilihan. Suka atau tidak suka, orang tualah yang menentukan apa agama si anak. Seiring dengan perkembangan usia anak itu, dicekokinya pula dengan doktrin-doktrin agama yang dianut orang tua mereka, maka menjadilah dia seorang pemeluk agama yang diberikan orang tua mereka sampai ajal menjemputnya."

kalimat itu terburu-buru, jadi generalisasi tergesa-gesa, saat anak aqil baleq akan diberi pikiran yang mantap, pilih yang mana............, tidak sedikit anak yang baru smp sudah pindah agama, apalagi yang sudah benar-benar dewasa, seperti pendeta yahya waloni

Mungkin saja bro, tetapi tidak seluruhnya benar atau tidak seluruhnya salah. Jika saja orang tua punya rasa toleransi yang kuat serta adanya komitmen untuk menghargai hak si anak, maka si orang tua akan easy saja menghadapi kenyataan anaknya pindah agama. Biasanya, kultur timur tidak memungkinkan hal ini. Anak bersangkutan akan merasa sangat berdosa dan merasa berkhianat jika dia pindah agama. Demikian juga keluarga akan menganggap aneh dan bisa jadi memperlakukan lain terhadap si anak yang pindah agama.

Biasanya pindah agama terjadi karena adanya tekanan pihak lain, misalnya memperistri atau bersuamikan orang yang berbeda agama atau menuruti ajakan kawan. Kalau atas kesadaran sendiri masih sangat kecil, meski tidak tertutup kemungkinan ke arah itu.

Persoalannya apakah mungkin salah satu anggota keluarga berpindah agama tanpa adanya reaksi negatif dari keluarganya?

warga

Persoalannya apakah mungkin salah satu anggota keluarga berpindah agama tanpa adanya reaksi negatif dari keluarganya?

Pertanyaan aneh?

Jelas ada..sekarang tergantung dari pihak keluarga dan si pulan yang ingin pindah agama..banyak contoh-nya

akamaru

yah jelaslah mank anak bayi bisa milih.... paling2 klo da gede baru bisa menganalisa mana yang baik ato ga.... tapi yang jadi masalah mank rela dari bayi sampe gede anaknya ga punya agama sampe dia bisa milih sendiri.....

dilanjut......

thonkʹs

numpang senyum aja krn thread ini bagus untuk renungan :)

ikutan ah :)

arlnov

Sesungguhnya tiap bayi yang dilahirkan ke dunia adalah dalam keadaan polos. orang tuanyalah yang akan menjadikan dia nasrani yahudi atau majusi (penyembah api).

islamnya ketinggalan bos : karena memang rata2x beragama memang karena warisan

mamang1aja

bang es teh manis satu ya...

pinjem korek bang ya

/me break dolo sambil ngerokok...