Orang sering ingin menyembah dan merasa sudah menyembah pada Yang Kuasa.
Hal itu terdorong oleh berbagai ajaran yang diperolehnya.
Salah satu ajaran menerangkan bahwa rumah itu ada pembuatnya yakni manusia, maka bumi dan langit dengan semua isinya pasti ada juga pembuatnya, yaitu Yang Kuasa.
Dia dinamakan Yang Kuasa sebab ia kuasa membuat apa saja yang tak mungkin dibuat oleh manusia. Bahkan Yang Kuasa itu pun memberikan hidup serta penghidupan jiwa dan raganya. Malah, anak, istri, dan suaminya juga pemberian Yang Kuasa. Angin, hujan, matahari dan lain-lain termasuk pemberian Yang Kuasa.
Oleh karena Yang Kuasa itu yang memberikan segala sesuatu, maka pantas sekali jika orang memohon dan menghaturkan terima kasih kepadanya. Andaikata ia tidak diberi matahari, betapa besarnya biaya langganan listrik yang harus dibayarnya.
Oleh karenanya orang lalu menyembah dan memohon kepada Yang Kuasa.
Adapun cara menyembahnya berbagai macam. Ada yang dengan membakar dupa/kemenyan di depan pohon besar. Ada yang memberi sesajen di jalan perempatan (simpang empat). Ada yang memuja sesuatu dan sebagainya.Ada yang duduk diam saja sambil menerawang jauh ke angkasa.Ada yang jengkang jengking,Ada yang bakar dupa,dan lain lain
Menyembah Yang Kuasa dengan menghaturkan terima kasih tidak selalu dapat dijalankan, karena pada waktu orang menderita sakit atau mengalami kesusahan, ia tidak yakin bahwa sakitnya dan kesusahannya itu pemberian Yang Kuasa, sehingga ia mengurungkan niatnya.
Pikirnya, mustahil Yang Kuasa memberikan sakit dan kesusahan pada umatnya. Perbuatan itu bertentangan dengan kekuasaannya yang bisa dianggap sewenang-wenang.Sehingga orang pergi ke dukun(dokter),karena tidak percaya bahwa Yang Kuasa dapat memberikan apa saja termasuk penyakit.
Kalau maksud semula menyembah itu untuk menghaturkan terima kasih, agar memperoleh kemuliaan setelah mati, dengan kata lain sebagai "sogokan". Lagi pula orang menderita kesusahan pada waktu sekarang, sabarkah ia menanti kemuliaan setelah mati. Tentu tidak, sebab daya upayanya mengatasi kesusahan belum habis.
Misalnya petani mohon hujan, sedang pemain ketoprak mohon cuaca terang. Sulitlah dua macam permohonan yang bertentangan itu dilaksanakan. Maka menyembah demikian itu tidak masuk di akal.
Jadi, menyembah dengan maksud menghaturkan terima kasih, tidak dapat dilakukan bila orang sedang sakit atau susah. Menyembah dengan maksud memperoleh kemuliaan setelah mati, orang pasti tak sabar menanti mati.
Kenyataannya orang minta diberi umur panjang,berarti orang itu tidak ingin kemuliaan.Yang Kuasa jelas kebingungan dengan tingkah pola manusia?
Adapun cara menyembah yang masuk di akal, ialah apabila orang mengerti:
1. Yang menyembah itu apa ?
2. Yang disembah itu apa ?
Mari kita beri tahu Yang Kuasa biar Dia tidak kebingungan.