Mencermati Pesan Ganda IRAN
Pesan kepada Barat
Pesan pertama kepada Barat bahwa Iran secara jelas telah berhasil
melepaskan diri dari berbagai upaya dan belenggu Barat untuk tetap
menjadikan negeri Mullah itu sebagai salah satu negara terbelakang di
dunia ketiga.
Embargo teknologi secara ketat yang dilakukan Barat akhirnya terbukti
tidak mampu menghentikan usaha keras negeri kaya minyak Teluk itu untuk
menguasai teknologi super canggih seperti teknologi luar angkasa yang
selama ini hanya monopoli negara-negara besar.
Masih teringat pada tahun 80-an dan 90-an abad 20 lalu, ketika Indonesia
akhirnya urung menjual sejumlah helikopter produk IPTN saat itu ke Iran
atas desakan AS karena dikhawatirkan dimanfaatkan untuk tujuan militer.
Negara-negara di dunia yang berada dibawah ketiak Washington pun
melakukan embargo serupa.
Segala kesulitan yang dihadapi oleh negeri itu tidak membuatnya putus asa
bahkan saat ini berhasil memproduksi pesawat-pesawat tempur dengan jarak
jelajah 3 ribu kilo meter non stop tanpa memerlukan pengisian bahan bakar
di udara.
Ketika TV Iran menayangkan peluncur roket mutakhir yang dapat membawa
satelit ke orbit, nampak para pemimpin Barat dalam keadaan penuh
kekhawatiran dan sikap kecewa yang berlebihan. Tidak ada yang tersisa
dari Barat untuk mencoba kembali menggoyang negeri Persia itu kecuali
dengan memutar kembali kampanye sebelumnya tentang keanggotaan Iran
sebagai poros jahat yang mendukung terorisme.
Di lain pihak sebagian kekuatan Eropa terutama Rusia ditambah Cina,
Jepang dan India mulai bersikap menerima anggota baru dalam klub nuklir
dan teknologi angkasa luar. Karena dengan kemampuan Iran
``berswasembada`` teknologi mutakhir, sudah tidak ada lagi manfaatnya
untuk mengganjal negeri itu menguasai teknologi nuklir dan luar angkasa.
Sedangkan pesan kedua adalah ditujukan kepada negara-negara terkemuka di
dunia Islam seperti Indonesia , Turki, Mesir , Pakistan dan Saudi Arabia
. Pesan ini juga ditujukan kepada dunia ketiga di negara-negara Amerika
Latin, Afrika dan Asia .
Negara-negara tersebut sebenarnya dapat bangkit dengan kemampuan kolektif
yang mereka miliki selama memiliki political will (kehendak politik)
untuk menentukan nasib sendiri. Dunia Islam harus segera melepaskan
kendala pisikis dan semangat juang yang lembek selama ini akibat belenggu
Barat.
Dunia Islam terutama negara-negara Arab sebenarnya memilki sumber daya
manusia (SDM) yang handal di bidang penguasaan teknologi mutakhir. Namun
karena situasi politik dalam negeri masing-masing yang tidak kondusif,
menyebabkan mereka lebih memilih dunia Barat sebagai tempat mengamalkan
kemampuannya sehingga hanya dimanfaatkan untuk kepentingan Barat.
Sudah menjadi rahasia umum sejak lama bahwa lebih dari separo pakar-pakar
terkemuka di berbagai bidang sains di dunia Barat berasal dari keturunan
negara-negara dunia ketiga. Dalam konteks ini Iran sering menegaskan
tekadnya untuk menjadikan kemampuan teknologi yang dimilikinya untuk
kepentingan dunia ketiga terutama negara-negara Islam.
Mencermati Pesan Ganda IRAN
Persekutuan baru
Prestasi Iran tersebut yang dibarengi dengan perkembangan penting di
kawasan Laut Hitam terutama “unjuk otot” Rusia di Georgia menghadapi AS
dan Barat memunculkan wacana persekutuan baru. Bahkan sebagian analis
menyebutnya sebagai kembalinya perang dingin dalam bentuk lain.
Seperti dimaklumi rezim Georgia pimpinan Presiden Mikhail Saakashvili
adalah antek AS yang berusaha untuk menggabungkan negaranya dengan
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa (EU). Dengan
demikian konflik di Georgia soal Ossetia Selatan seperti perang antara
Rusia dan AS.
Selama dekade terakhir ini pandangan dunia hampir sama bahwa Rusia
dibawah Mikhail Gorbachev dan Borris Yeltsin telah berubah menjadi sebuah
negara dibawah pengaruh Barat terutama ditinjau secara ekonomis. Namun
Presiden Vladimir Putin dan dengan dukungan kuat militer mengembalikan
wibawa Rusia sebagai salah satu negara besar yang disegani.
Putin mulai mengembalikan wibawa Rusia dan menjadi salah satu unsur
penentu dalam percaturan dunia menghadapi hegemoni AS. Perang Georgia
terakhir dan pengakuan Moskow atas kemerdekaan Ossetia Selatan dan
Abkhazia makin menunjukkan bahwa Rusia merupakan kekuatan yang dapat
mengembalikan wibawa bekas Uni Soviet pada masa perang dingin dulu.
Perkembangan diatas menunjukkan fase baru sebuah perang dingin antara dua
kekuatan. Tidak sulit untuk memprediksikan bahwa perang dingin tersebut
akan meluas sehingga meliputi kawasan Timur Tengah yang membersitkan
isyarat akan kesediaan Moskow untuk membangun persekutuan strategis
termasuk dengan bergabungnya Iran dan sebagian negara Arab menghadapi dua
sekawan AS-Israel.
Yang masih menjadi pertanyaan apakah ada negara Arab yang menyusul Suriah
yang berani mengatakan ``tidak`` kepada Washington dalam kondisi negeri
adidaya itu yang sedang lemah. Dan bagi negara Islam lainnya seperti
Indonesia apakah harus menunggu dimusuhi AS ``lahir-batin`` (sebab secara
batin AS memusuhi dunia Islam) baru bangkit melepaskan diri dari pengaruh
AS seperti Iran ???