perkenalkan saya brainwashed...kafirun murtadun bin firaun.
saya jawab satu satu :
- Apakah anda yakin pasti dalam kondisi saat muhammad berhadapan langsung dengan ALLAH tanpa selubung / tirai yang dapat meredam dahsyatnya nur ALLAH ???
jawab : saya yakin ...kalo kamu ga yakin ...berarti perintah sholat itu(adanya negoisasi dengan tuhan allah anda ragu)
pemikiran jahiliah manusia yang menyamakan zat pencipta dengan sifat manusia yang fana. bahkan merasa menyatu denganNya, mana buktinya ???
- loh yg jahil itu siapa?
sekarang saya tanya....kamu kalo mati....siapa yang merasakan sebab dan akibat?
badan kamu? roh kamu ? atau apa kamu?
kalo bisa jawab....kamu tahu siapa yg menyatu itu ....selamat berfikir....
Coba perhatikan pertanyaan saya :
1. Apakah anda yakin bahwa saat muhammad bertemu dengan ALLAH tanpa ada sesuatu yang melindungi muhammad (meredam) efek nur ALLAH ?
Tentang perjumpaannya, saya percaya bahwa muhammad bertemu, namun pertemuannya itu "detail" kondisi saat itu tidak ada yang tahu. Saya YAKIN yang tahu hanyalah ALLAH.
2. Pemikiran jahiliah yng saya maksudkan adalah istilah anak beranak. Allah jelas menolak perumpamaan (teori) yang dikeluarkan oleh gereja yang menyepakati istilah peranakan bapak & anak. Karena dasar pemikirannya adalah tidak ilmiah & hanya prasangka saja.
hancur ga muhammad?kalo ga...ya udah...jagan ngotot dong..
satu hal...kalo kamu tidak tahu pertemuan "detail" tersebut...kenapa ngotot kalo ketemu allah akan hancur...itu namanya sok tahu.
hancur ga arab....kamu ini baca baik2....perkataan kamu itu sendiri.
hancur ga indonesia....aduh mbah dewa.
kamu itu sudah menjawab sendiri...anak beranak itu hanya istilah.
aduh mbah dewa.
gunung hancur saat ALLAH mendekatinya (zaman musa).
jadi secara pendekatan ilmu, manusia tidak bisa "menyatu" dengan ALLAH. Hanya "berdekatan".
Muhammad adalah tamu yang diundang, Tuan rumah pasti mempersilahkan.
Lalu para manusia yang mengaku MENYATU dengan ALLAH ???
menurut saya itu hanyalah angan2 mereka saja, karena bahasanya adalah salah kaprah. mengakibatkan konotasi mendewakan diri sendiri atau mendewakan kiai atau nabi.
Istilah juga penting dalam berbahasa.
"menyatu" adalah istilah yang tidak tepat & cenderung menyesatkan.