BILA kita berbicara mengenai raja, biasanya yang langsung muncul dalam pikiran kita adalah kekuasaan, kemewahan, istana indah, permaisuri cantik, pembesar, panglima, prajurit dan hamba. Kerapkali, untuk memperluas kekuasaan, raja tidak segan-segan menggunakan kekuatan meliternya. Bila kita membaca cerita atau menonton film yang berlatarbelakang kerajaan, maka kita menemukan dan melihat bahwa hal-hal yang kita sebutkan di atas memang lekat dengan kehidupan seorang raja.
Dalam dunia dewasa ini, presiden (dalam arti tertentu) mirip dengan raja. Presiden pun mempunyai wilayah kekuasaan besar. Tidak jarang dengan kekuatan besar itu, presiden mengeluarkan kebijakan yang sama sekali bertentangan dengan prinsip kasih, kedamaian, keadilan dan kebenaran, misalnya agresi meliter. Dengan berbagai alasan, agresi ini dijalankan dari seorang penguasa di dunia.
Dalam Zak 9-10, kita melihat bahwa penduduk Yerusalem diajak untuk bersukacita dan bersorak-sorai dengan nyaring. Mengapa? Karena seorang raja akan datang kepada mereka. Raja itu adalah Raja Mesias. Namun, bertolakbelakang dengan gambaran mengenai para penguasa di dunia. Raja Mesias itu tidak datang dengan kemewahan dan kekuatan hebat. Ia tidak datang dengan menggunakan kekuasaan, kekuatan dan perangkat perang untuk menundukkan rakyat guna meluaskan kerajaanNya. Ia datang dan mau meraja dalam kejujuran, kedamaian, keadilan, kelemahlembutan dan kesederhanaan. Inilah ciri-ciri yang melekat dalam diri dan pemerintahan Raja Mesias tersebut. Dengan ciri pemerintahan yang demikian, Ia sanggup menghadirkan suasana tenteram dan sejahtera. Dengan kelembutan, bukan semarak kerajaan yang diandalkan, melainkan kewibawaan yang muncul dari kesederhanaan. Dengan demikian, karya yang muncul adalah karya keselamatan dan kedamaian. Bukan kekuatan dan kekuasaan yang dibanggakan, melainkan karya Allah, yakni melayani sesama demi kebahagiaan, kesejahteraan dan kedamaian bersama. Ini berarti bahwa peranan raja itu betul mengabdi demi kepentingan bersama.
Ciri Raja Mesianis yang demikian tampak dalam diri Yesus. Injil Mat 11-30 menampilkan bagaimana Mesias datang memanggil orang-orang yang sejalan dengan pribadiNya. Syaratnya adalah rendah hati dan kelembutan, bukan kecerdikan dan kepandaian. Kepada mereka yang memenuhi syarat itu akan disampaikan warta keselamatan dan sukacita. Mereka juga akan dipercayakan tugas mewartakan dan menampilkan misteri Allah. Mereka akan memikul beban itu dengan semangat baru karena sikap mereka berlambangkan kasih dan damai. Ucapan syukur Yesus sekaligus sebuah seruan kenabian. Inilah proklamasi Kerajaan Allah yang dicanangkan Yesus dalam hidupNya. Dalam diri Yesus, kita diajak untuk mengenal Allah yang prihatin terhadap manusia. Dalam doa Yesus, wajah Allah bukanlah seram melainkan sederhana dan penuh perhatian pada sesama. Dalam diri Yesus, Allah telah menganugerahkan segalanya kepada manusia sehingga manusia berkembang mencapai kepenuhannya.
Ia mengundang orang datang kepadaNya “Marilah kepadaKu kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Mat 11). Warta Yesus membebaskan dan memberi kelegaan sebab Ia “lemah lembut dan rendah hati” (Mat 11)
Sesuai dengan judul renungan ini, kita diajak membangun kerajaan dengan “senjata” kedamaian. Kita membangun kerajaan bukan dengan agresi, curiga dan antipati. Melainkan dengan kasih, damai dan keadilan Illahi. Bila sikap ini kita lakukan bersama dengan Yesus maka Kerajaan ini mulai kita cicipi. Kita senantiasa merasa et home, aman, damai dan bahagia. Kapan pun waktunya dan dimana pun kita berada. Amin**
< BILA kita berbicara mengenai raja, biasanya yang langsung muncul dalam pikiran kita adalah kekuasaan, kemewahan, istana indah, permaisuri cantik, pembesar, panglima, prajurit dan hamba. Kerapkali, untuk memperluas kekuasaan, raja tidak segan-segan menggunakan kekuatan meliternya. Bila kita membaca cerita atau menonton film yang berlatarbelakang kerajaan, maka kita menemukan dan melihat bahwa hal-hal yang kita sebutkan di atas memang lekat dengan kehidupan seorang raja.
Dalam dunia dewasa ini, presiden (dalam arti tertentu) mirip dengan raja. Presiden pun mempunyai wilayah kekuasaan besar. Tidak jarang dengan kekuatan besar itu, presiden mengeluarkan kebijakan yang sama sekali bertentangan dengan prinsip kasih, kedamaian, keadilan dan kebenaran, misalnya agresi meliter. Dengan berbagai alasan, agresi ini dijalankan dari seorang penguasa di dunia.
Dalam Zak 9-10, kita melihat bahwa penduduk Yerusalem diajak untuk bersukacita dan bersorak-sorai dengan nyaring. Mengapa? Karena seorang raja akan datang kepada mereka. Raja itu adalah Raja Mesias. Namun, bertolakbelakang dengan gambaran mengenai para penguasa di dunia. Raja Mesias itu tidak datang dengan kemewahan dan kekuatan hebat. Ia tidak datang dengan menggunakan kekuasaan, kekuatan dan perangkat perang untuk menundukkan rakyat guna meluaskan kerajaanNya. Ia datang dan mau meraja dalam kejujuran, kedamaian, keadilan, kelemahlembutan dan kesederhanaan. Inilah ciri-ciri yang melekat dalam diri dan pemerintahan Raja Mesias tersebut. Dengan ciri pemerintahan yang demikian, Ia sanggup menghadirkan suasana tenteram dan sejahtera. Dengan kelembutan, bukan semarak kerajaan yang diandalkan, melainkan kewibawaan yang muncul dari kesederhanaan. Dengan demikian, karya yang muncul adalah karya keselamatan dan kedamaian. Bukan kekuatan dan kekuasaan yang dibanggakan, melainkan karya Allah, yakni melayani sesama demi kebahagiaan, kesejahteraan dan kedamaian bersama. Ini berarti bahwa peranan raja itu betul mengabdi demi kepentingan bersama.
Ciri Raja Mesianis yang demikian tampak dalam diri Yesus. Injil Mat 11-30 menampilkan bagaimana Mesias datang memanggil orang-orang yang sejalan dengan pribadiNya. Syaratnya adalah rendah hati dan kelembutan, bukan kecerdikan dan kepandaian. Kepada mereka yang memenuhi syarat itu akan disampaikan warta keselamatan dan sukacita. Mereka juga akan dipercayakan tugas mewartakan dan menampilkan misteri Allah. Mereka akan memikul beban itu dengan semangat baru karena sikap mereka berlambangkan kasih dan damai. Ucapan syukur Yesus sekaligus sebuah seruan kenabian. Inilah proklamasi Kerajaan Allah yang dicanangkan Yesus dalam hidupNya. Dalam diri Yesus, kita diajak untuk mengenal Allah yang prihatin terhadap manusia. Dalam doa Yesus, wajah Allah bukanlah seram melainkan sederhana dan penuh perhatian pada sesama. Dalam diri Yesus, Allah telah menganugerahkan segalanya kepada manusia sehingga manusia berkembang mencapai kepenuhannya.
Ia mengundang orang datang kepadaNya “Marilah kepadaKu kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Mat 11). Warta Yesus membebaskan dan memberi kelegaan sebab Ia “lemah lembut dan rendah hati” (Mat 11)
Sesuai dengan judul renungan ini, kita diajak membangun kerajaan dengan “senjata” kedamaian. Kita membangun kerajaan bukan dengan agresi, curiga dan antipati. Melainkan dengan kasih, damai dan keadilan Illahi. Bila sikap ini kita lakukan bersama dengan Yesus maka Kerajaan ini mulai kita cicipi. Kita senantiasa merasa et home, aman, damai dan bahagia. Kapan pun waktunya dan dimana pun kita berada. Amin**
Copas Dari :
Oleh: Fr Hieronimus Papantro, OFM Cap