"Nama Ismail punya arti yang dalam. Yishmael, Allah mendengarkan. Yishmael, Allah sedang mendengarkan ..."
Banyak orang Kristen yang salah paham tentang nama Ismail. Ada yang berkata, "Itu nama Arab." atau "Itu julukan jelek, yaitu keledai liar."
Salah paham itu pertama-tama disebabkan karena mengira bahwa yang bernama Ismail dalam Alkitab hanyalah satu orang yaitu anak Abraham dan Hagar. Padahal dalam Alkitab ada banyak orang lain yang bernama Ismail.
Ini beberapa contohnya.
Pertama, ayah seorang hakim yang memenuhi kualifikasi "takut akan Tuhan, setia dan tulus hati" di Yerusalem (lihat 2 Taw 19-11).
Kedua, seorang pemimpin pasukan Yehuda (lihat 2 Taw 23).
Ketiga, seorang imam yang turut membangun Bait Allah (lihat Ezra 10). Keempat, seorang perwira tinggi (lihat Yer.40 s/d 4).
Memang benar yang lebih dikenal adalah Ismail anak Abraham dan Hagar. Namun tentang ini pun ada banyak salah paham.
Ada yang menafsirkan bahwa Ismail anak Hagar tidak meneruskan garis keturunan Abraham. Padahal eksegese teks asli Kejadian 21-13 menunjukkan garis ganda keturunan. Eerdman's Dictionary of the Bible menegaskan (terj.), "Meskipun Abraham mempunyai banyak putra lain, namun hanya Ismail dan Ishak yang mendapat keistimewaan sebutan putra."
Selanjutnya, ada yang menafsirkan Ishak dan Ismail kemudian menjadi seteru. Anggapan itu keliru, sebab kedua saudara itu sama-sama memakamkan ayah mereka (lihat Kej.25). Dalam budaya Yahudi itu merupakan tanda keakraban saudara kandung. Juga keturunan mereka tidak berseteru. Seorang keturunan Ismail menjadi panglima pasukan Daud (lihat 2 Sam.17), seorang lagi menjadi kepala pengawas unta-unta keluarga raja Daud (lihat 1 Taw.27).
Ada pula salah tafsir atas ungkapan "keledai liar", "tangan melawan" serta "menentang" di Kej.16; Padahal dalam budaya Yahudi itu merupakan pujian atas sifat tangguh.
Sejarah Yahudi menunjukkan bahwa keturunan Ismail pada umumnya diterima baik sebagai bagian anak bangsa. Namnun ada saja orang berprasangka. Ada orang Yahudi yang menganggap Sarah danIshak sebagai lambang kebebasan anugrah, sedangkan Hagar dan Ismail sebagai lambang perbudakan dosa. Ketika mengecam Gereja Kristen Yahudi di Galatia yang kembali menjalankan Taurat, Rasul Paulus terpengaruh oleh lambang itu dan mengibaratkan mereka sebagai Ismail yang "hidup menurut daging" sedangkan Gerjea Kristen Yahudi yang menginggalkan Taurat disebut sebagai Ishak yang "hidup menurut roh" (lihat Gal.2 s/d 5).
Dua puluh abad kemudian prasangka itu dibesar-besarkan dengan menyebarkan anggapan bahwa Ishak dan Ismail adalah seteru, bahwa keturunan Ishak adalah bangsa Yahudi yang beragama Yahudi sedangkan keturunan Ismail adalah bangsa Arab yang beragama Islam, dengan kesimpulan bahwa kedua bangsa dan agama itu adalah seteru. Anggapan itu samasekali tidak punya dasar historis.
Para pengarang Kejadian secara eksplisit menghargai Ismail dalam sejarah Yahudi, dengan mencatat bahwa Ismail disunat bersamaan dengan Abraham (lihat Kej.17). Budaya Yahudi menilai putra yang disunat bersamaan dengan ayahnya sebagai putra utama. Pengarang juga mencatat bahwa janji berkat Allah berlaku atas Ismail (lihat Kej.21) lalu menyimpulkan pasal itu dengan ungkapan "Allah menertai anak ini" (Kej.21). Tetapi tetap saja banyak orang Kristen yang kurang mengerti dan menganggap Ismail sebagai "warganegara kelas dua".
Pengantar Warta Jemaat Minggu 30 Jan 2005 - GKI Samanhudi