Agama dapat dikatakan sebagai sebuah kendaraan untuk kembali dan pulang ke rumah Tuhan dengan sopir dan navigator yang tahu jalan lurus dan benar, sehingga penumpang sampai tujuan dengan selamat dan bertemu dengan empunya.
Penumpang diberi kebebasan untuk memilih kendaraan tersebut sesuai dengan kedamaian,nurani dan kenyamanan masing-masing. Sedangkan si sopir dan navigator harus tetap konsen dan memperhatikan jalan agar tidak terjadi tabrakan antar kendaraan tersebut atau bahkan terjerumus ke jurang yang membuat para penumpang celaka dan tidak sampai pada tujuannya.
Tetapi dewasa ini sepengetahuan saya para supir sering sibuk sendiri untuk menghitung penghasilan dan jumlah penumpang yang menaiki mobilnya, sedangkan para navigator sibuk berteriak bagaikan seorang "kernet" yang sedang mencari penumpang. Yang hal ini membuat konsentrasi sopir dan navigator kacau dan lupa akan rute yang akan di laluinya. "AKANKAH KITA SAMPAI & SELAMAT DALAM PERJALANAN INI?"
Akankah kita percayakan perjalan kita kepada sopir tersebut?
Akankah kita rela mengeluarkan kocek banyak hanya untuk sebuah ANGKOT yang mewah tetapi tidak tahu jalan..?
Kenapa Anda harus percaya dengan seorang sopir dan navigator tersebut apabila Tuhan sudah membekali sebuah peta jalan pulang pada diri Anda sendiri.