Ini semua dr akal manusia yg terlewat kreatif.
Pada awalnya manusia dilahirkan Blank. Yang dimana bisa sy perumpamakan bahwa awalnya manusia diberi baju putih polos.
Karna manusia mempunyai akal dan sebagian kelewat kreatif, maka baju polos itu ada yg beri panorama macam2.
Ada yg sablon, bordir, celup warna dgn berbagai corak menurut imajinasi dan kesukaan masing2. Dimana beberapa baju terpilih sebagai Top 10 (sepuluh besar) corak yg diminati. Kurang lebih seperti Partai Politik.
Alasan pengikut juga berbagai ragam macam. Dari pemeran utama sampe pd yg sekedar ikut2an.
Padahal saat lahir kita semua hanya memilki satu baju, yaitu baju putih yg polos tadi. Kenapa "Beliau" seakan-akan tidak peduli terhadap mereka yg memberi panorama pd baju tersebut.
Karna hal paling utama Beliau menciptakan kita adalah dgn tdk mengikat satupun larangan atas pilihan hidup manusia itu sendiri. Itulah rahasia Beliau menjadikan kita dan memberi semua unsur hidup kepada kita maupun unsur pendamping alam semesta bagi kita.
Dimana makna kebenaran HIDUP ada pada hati masing2 utk melangkah sesuai apa yg terbentuk semenjak lahir sampe akhir hayat nanti.
Perbedaan lahir Normal dan Tidak Normal sudah jelas kondisi hidup sangat berbeda. Kemudia kaum Adam dan Hawa juga demikian. Dan yg lbh tdk nampak adalah yg sama2 Normal bukan berarti tidak ada perbedaan yg signifikan.
Maka dari itu....kita semua akan mengerti arti hidup apabila masing2 lbh sering memandang kedalam diri masing2. Apa yg seharusnya kita perbuat....
Dgn demikian manusia akan tertib dgn sendirinya (semakin tertib). Tapi apabila kita selalu memandang perilaku orang lain, dan seterusnya bagi satu yg lain-nya terus memandang perbedaan utk dijadikan tolak ukur hidup dalam pembenaran, maka keadaan ini akan lebih menyakitkan pada kedua belah pihak (yang mengecam dan yg terkecam).
Bukan mengurui...tapi ini menurut saya pribadi.
Apapun pandangan kita terhadap Agama / Kepercayaan. Cukup kita menundukan kepala masing2 dan berperilaku selayaknya hidup dlm etika manusia.
Pertanyaannya adalah bagaimana dgn "IMAM" atau guru Agama (bukan Nabi).
Bagi sy tdk ada yg namanya Guru Agama atau Pengajar Agama. Karna Agama tidak bisa di-ajarkan seperti pelajaran ilmu pasti.
Saya lebih setuju dgn kata "Pewarta Berita". Cukup mewartakan apa yg benar2 ada dan terjadi terdahulu. Masalah penafsiran, Beliau telah berkuasa pada setiap pikiran atas kebutuhan orang / orang.
Jadi masalah KAPIR itu karena manusia berusaha menjadi GURU AGAMA dan selalu memandang yg bukan menjadi otoritasnya.
Kata KAPIR alias ciptaan manusia dgn suatu emosi yg terkandung didalam hati utk memberi kategori pada manusia tertentu di-atas imajinasi si-pemberi.
Bagi saya Tuhan tidak pernah mencampuri dan memberi sebutan apapun tentang perilaku manusia.
Maaf, kepanjangan.... lg kerajinan aza nih.
SEKALI LG INI HANYA PERSEPSI SAYA YG TDK UTK DIPERCAYA ATAU PUN DIBENARKAN OLEH SIAPA PUN YG MEMBACA.