PENDAHULUAN
Secara etimologi, kriptografi berasal dari gabungan 2 (dua) kata, yaitu crypto (rahasia) dan graphien (tulisan) sehingga kriptografi sering diartikan sebagai seni menyembunyikan tulisan rahasia. Kriptografi merupakan salahsatu dari subkegiatan pada kriptologi selain kriptanalisis. Jika kriptografi, bagaimana kita melakukan pengkodean agar berita menjadi tersandi maka kriptanalisis adalah bagaimana kita bisa memecahkan berita tersandi itu menjadi berita terang seperti semula.
Kombinasi bidang kriptografi dan kriptanalisis adalah kriptologi, atau ilmu yang khusus berbicara tentang persandian, baik teknik penyandian maupun pemecahannya. Dalam kriptografi, proses penyandian sering diistilahkan dengan enkripsi dan sebaliknya, untuk proses pemecahan berita sandinya disebut dengan dekripsi. Secara umum, dalam proses kriptografi ada 3 (tiga) unsur utama, yaitu plaintext (teks terang), key (kunci) dan ciphertext (teks sandi).
Pada awal sejarahnya, kriptografi pertamakali digunakan pada jaman Mesir dengan menggunakan huruf-huruf Eurogypt. Kemudian digunakan juga pada masa kerajaan Julius Caesar, bangsa Romawi, dimana proses penyandian berita rahasianya hanya menambahkan berita terang dengan kelipatan tertentu. Jika enkripsinya menggunakan proses pertambahan, maka proses dekripsinya menggunakan sebaliknya. Dalam hal ini, kunci yang digunakan adalah bilangan kelipatannya. Perkembangan selanjutnya, kriptografi tidak hanya terbatas pada dunia paper and pencil yang bersifat klasik, tetapi mengarah pada teknologi digital secara elektronik.
APLIKASI KRIPTOGRAFI
Kriptografi sudah banyak diaplikasikan dalam berbagai kebutuhan. Pada dasarnya, aplikasi tersebut berdasarkan pada service (layanan) komunikasi. Layanan komunikasi tersebut antara lain confidentiality (kerahasiaan), authentication (autentikasi), integrity (keutuhan), non-repudiation dan lain-lain. Secara realita, kebutuhan akan keamanan informasi dalam hal kerahasiaan berita jauh lebih banyak. Hal ini terjadi sejak awal dunia kriptografi di bangsa Mesir, kemudian pada masa Kerajaan Caesar bahkan dunia perang sekalipun.
Seiring perkembangan komunikasi, aplikasi kriptografi kini mengalami perkembangan pesat dan terjadi di berbagai bidang layanan kehidupan. Dari individual, kelompok, instansi, perusahaan dan lainnya hampir menggunakan metode kriptografi dalam hal pengamanan berita rahasia. Salahsatu contoh instansi yang menggunakan kriptografi adalah bank. Bagaimana aplikasi kriptografi di bank ?
Bank dalam menggunakan kriptografi pada dasarnya atas dasar layanan kerahasiaan dan otentikasi. Namun, ada juga yang difungsikan untuk memenuhi semuanya, otentikasi, kerahasiaan, non-repudiation dan availability. Contoh aplikasi tersebut pada pembuatan no PIN kartu ATM. Di sini bank menggunakan algoritma tertentu yang digunakan untuk proses kerahasiaannya, sedangkan otentikasinya bisa menggunakan algoritma digital signature, hash function atau Message Digest. Untuk menguak ini, tentunya membutuhkan pembahasan yang cukup panjang.
KRIPTOGRAFI MUTAKHIR
Kini, bidang kriptografi mengalami perkmbangan yang cukup pesat. Ruang lingkup kriptografi pun semakin kompleks. Dari algoritma simetrik, asimetrik, algoritma Digital Signature, algoritma Hash Function, Protokol Kriptografi, dan lainnya. Rekomendasi algoritma yang digunakan pun sebagian besar sudah dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, seperti oleh NIST. Dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat di bidang ini, sering dilakukan konferensi kriptografi yang dilakukan oleh para peneliti, akademisi dan masyarakat peminat kriptografi, baik bersifat lokal, regional maupun internasional. Hasil penelitian juga sering dipublikasikan di media manapun. Selain itu, dalam suatu negara juga biasanya terbentuk suatu instansi yang khusus bergerak di bidang kriptografi.
KRIPTOGRAFI DI INDONESIA
Kalau menengok kriptografi di Indonesia, maka hal ini tidak terlepas dari proses persandian pada masa sejarah perjuangan kemerdekaan. Saat itu, bidang persandian dilakukan oleh Kementerian Pertahanan R.I. pada masa perang. Awal permulaan kegiatan persandian memang tidak diketahui, namun tahun 1946 sudah terbentuk lembaga Jawatan Sandi yang khusus bergerak di bidang persandian. Pada akhirnya, lembaga ini setelah melalui proses panjang digantikan namanya menjadi Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) yang sampai sekarang masih eksis. Tidak hanya itu, untuk peningkatan ilmu dan teknis persandian di tanah air, dibentuk sekolah khusus yang bergerak di bidang kriptografi ini, yaitu Akademi Sandi Negara (AKSARA), yang sekarang telah berubah menjadi Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN).
Meski demikian, pengembangan kriptografi di Indonesia juga dilakukan oleh pihak-pihak lain yang berminat di bidang kriptografi, baik akademisi, lembaga bisnis maupun lainnya. Bahkan, tidak hanya diajarkan di STSN, kriptografi pun dijadikan menu khusus untuk para mahasiswa yang mengambil studi komputer, sebagaimana yang diajarkan di ITB. Ini lah yang akan menjadi harapan akan masa dengan kriptografi yang cerah untuk ke depan, karena kriptografi tidak dimonopoli oleh suatu lembaga tertentu yang bisa melahirkan stagnansi, melainkan tercipta iklim kompetisi yang berakibat pada dinamisasi ilmu.
BAPAK PERSANDIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ada pertanyaan menarik dari beberapa teman tentang “siapakah Bapak Persandian Negara Republik Indonesia ?” Kelihatannya hanya sedikit orang saja yang mengetahui siapa Bapak Persandian Negara Indonesia, seperti halnya ilmu persandian/kriptografi di Indonesia yang juga sangat sedikit orang saja yang menekuninya.
Mayor Jenderal dr. Roebiono Kertopati pada tanggal 4 April 1946 mendirikan Persandian bagi Negara Republik Indonesia. Profesi beliau saat itu adalah dokter Kepresidenan di masa Presiden RI Pertama Soekarno. Persandian Negara Indonesia tersebut sekarang dikenal dengan nama Lembaga Sandi Negara dan dr Roebiono Kertopati adalah Kepala Lembaga Sandi Negara yang pertama.
Maka almarhum Mayor Jenderal (pur) dr. Roebiono Kertopati dinobatkan sebagai Bapak Persandian Negara Republik Indonesia.